Biarkan air mata ini mengalir bersama dengan dosa-dosa yang teringat. Lelapkan semua kesemuan dunia yang hanya sementara. Bukalah sedikit matamu untuk melihat dunia yang abadi, telungkupkanlah tanganmu untuk memberi... Berikan senyummu agar orang lain merasakan kabahagiaanmu... mari lukis perasan hati mencintaiNya dengan keimanan dan ketakwaan. Bismillah...

Sabtu, 30 April 2011

Batu Nisan

       Mentari senja sudah beberapa saat menghilang dibalik punggung Bukit barisan, gelap perlahan turun memeluk cakrawala. Semburat merah di kaki langit sebelah  barat laksana pijaran lentera yang hampir padam.Bukit barisan membentang sejauh pandangan mata, nampak seperti mahluk raksasa yang tiba-tiba muncul dari persembunyian.  Dengan cepat kususuri jalanan setapak pinggiran desa, jalanan yang sudah hampir 15 tahun tak pernah kulewati. Dari kejauhan kulihat banyak orang berkerumun dekat pemakaman desa dibawah penerangan lampu petromak yang terkadang temaram tertiup angin. Aku sudah tidak menghiraukan keadaan sekelilingku, beberapa duri tumbuhan perdu  yang menusuk kulit kakiku seolah tak kurasakan lagi.

    Sebuah keranda jenazah terlihat kosong disamping tanah pemakaman.Beberapa orang yang berdiri diantara nisan-nisan itu segera menyingkir memberi jalan padaku.Kulihat kedua orangtuaku yang nampak letih dipapah oleh kerabat. Aku segera menghampiri dan memeluk keduanya. Tak sepatahpun kata sanggup keluar dari bibir mereka. Duka yang mendalam terlihat jelas semakin menambah guratan-guratan  diwajah tua mereka.
Sedetik berlalu akupun sudah bersimpuh disamping pusara yang baru saja ditimbun.Aku tak kuasa lagi menahan duka didadaku. Setitik airmata menetes jatuh diatas tanah merah tanpa aku dapat menahanya. Ya, diatas gundukan tanah merah dimana kakakku kini berada didalamnya. Disela duka yang menyesakkan aku seakan baru menyadari bahwa kematian itu begitu dekat, senantiasa mengiringi kemanapun kita melangkah. Jika telah tiba waktunya, Izrail tak akan pernah menundanya barang sedetikpun.

قُلۡ إِنَّ ٱلۡمَوۡتَ ٱلَّذِى تَفِرُّونَ مِنۡهُ فَإِنَّهُ ۥ مُلَـٰقِيڪُمۡ‌ۖ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَىٰ عَـٰلِمِ ٱلۡغَيۡبِ وَٱلشَّهَـٰدَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمۡ تَعۡمَلُونَ (٨)
Katakanlah:” Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan “.( Qs.Al-Jumu’ah : 8 ).

     Seperti diantara mimpi dan kenyataan, rasanya baru kemarin kami bermain kejar-kejaran berebut layang-layang putus yang terbang terbawa angin.Aku, kakakku dan teman-teman lain berlomba mengejar layang-layang dengan kecepatan masing-masing. Kakakku yang gesit dengan cepat mendahului kami. Kamipun hanya bisa mengglosor di rerumputan dengan napas satu-satu begitu melihat layang-layang telah berada ditangan kakakku. Namun aku tak pernah kecewa, karena-layang-layang itu pada akhirnya akan diberikannya padaku. Kakakku lebih suka membuat layang-layang sendiri daripada layang-layang hasil buruannya. Ah..kenangan itu lama tak muncul di ingatanku hingga kemarin malam…..Aku tersentak dari tidurku ketika Hp disampingku berdering keras.dadaku berdebar kencang.kantukku hilang seketika.Jam didinding menunjuk angka 01.25. Ragu kuambil Hp dan kuamati sekilas nama penelpon. ANING keponakanku.Jam segini tidak biasanya keluarga menelpon, pasti ada apa-apa.pikirku. Tiba-tiba jantungku berdetak kian kencang, ada apa gerangan? Aku tak berani menduga-duga. “Haa..lloo Assalamu’alaikum……”sapaku hampir tersekat.” Wa’alaikum salam, om maaf malam-malam begini menggang..guu…” suara ning jelas bergetar.” Ya..Ning, ada apa, mbah sehat khan, bapak ibumu…” suaraku memburu tak beraturan.” Mbah sehat, bapak ibu juga sehat…..”suara ning berhenti mendadak, tiba-tiba suaranya berubah parau diselingi isakan.”Ada apa Ning…kenapa kamu menangis…” kataku semakin bingung, dan tiba-tiba saja sebuah ketakutan datang menyergapku, aku tak berani berandai-andai

********

   Satu persatu para takziah meninggalkan kuburan yang masih basah itu. Hari kian gelap, suasana begitu senyap, tak ada yang bersuara, semua berkata dengan hatinya. Sesekali masih terdengar isakan dari ibu dan adik perempuanku. Beberapa kerabat kemudian memapah bapak Ibu serta adikku untuk segera meninggalkan pemakaman sebelum hari benar-benar menjadi gelap. Aku memberi isyarat agar mereka meninggalkan aku sendiri di pekuburan yang sunyi itu.hanya ditemani Nisan-nisan yang berjejer rapi seolah berkata padaku ”Pada saatnya nanti semua akan berkumpul disini, tak terkecuali engkau hariman”

ٱقۡتَرَبَ لِلنَّاسِ حِسَابُهُمۡ وَهُمۡ فِى غَفۡلَةٍ۬ مُّعۡرِضُونَ (١) مَا يَأۡتِيهِم مِّن ذِڪۡرٍ۬ مِّن رَّبِّهِم مُّحۡدَثٍ إِلَّا ٱسۡتَمَعُوهُ وَهُمۡ يَلۡعَبُونَ (٢)
Artinya : Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling [daripadanya]. (1) Tidak datang kepada mereka suatu ayat Al Qur’anpun yang baru [diturunkan] dari Tuhan mereka, melainkan mereka mendengarnya, sedang mereka bermain-main, (2) “ Al- Anbiya : 1-2
وَإِن كُلٌّ۬ لَّمَّا جَمِيعٌ۬ لَّدَيۡنَا مُحۡضَرُونَ (٣٢)

Artinya :” Dan setiap mereka semuanya akan dikumpulkan lagi kepada Kami. (32)” Yasiin : 32
   
     Aku terpekur sendirian disamping kuburan kakakku, rasanya aku belum percaya kalau kakak lelaki satu-satunya yang kumiliki telah berpulang ke Rahmatullah. Meninggalkan dunia yang melenakan ini. Meninggalkan segala kemelut dunia fana yang makin menyesakkan dada. Ya Alloh, sambutlah kakakku dengan Rohman dan RahimMu, buatlah Mungkar dan Nakir tersenyum dengan kedatanganya.jauhkanlah kakakku dari  kebengisan Munkar dan Nakir. Kembali aku terisak sendiri di pekuburan itu.
    Sayup terdengar suara iqomah dari masjid di tengah desaku. Menyadarkan aku kembali kealam nyata. Bahwa sesungguhnya kakaku telah tiada.Aku segera mengakhiri munajatku pada sang pemilik hidup ini. Dengan gontai kutinggalkan area pemakaman yang masih banyak ditumbuhi perdu dan rumput liar setinggi orang dewasa. Meski redup, kerlipan bintang dilangit membantuku menyusuri jalan setapak yang kulewati senja tadi.
Sepanjang jalan aku merenung, bahwa selama ini aku lupa menyadari kalau kematian itu tak pernah permisi untuk mendatangi kita. Ya.. Allah aku belum mau meninggal. Masih terlalu banyak dosaku. Aku belum sempat mengabdi pada kedua orang tuaku… belum siap untuk mati.. aku takut neraka. Akupun masih belum pantas di surgaMu.
    Sampai dirumah aku bergegas mengambil air wudlu dan segera menunaikan sholat magrib di ruang sholat keluargaku yang tak begitu luas.Bapak dan Ibuku masih terpekur disana Matanya masih basah. Adik perempuanku juga demikian. Terisak sambil memeluk ibuku. Selesai sholat Aku menghampiri mereka. Perlahan kuraih dan kucium tangan keduanya.
Mereka tak lagi mampu mengungkapkan perasaannya. Mata mereka tidak mampu menembus alam yang memisahkan kami dengan kakakku. Diluar sudah gelap pekat, suasana begitu sunyi mencekam, para tetangga yang takziah dan membantu kami sejak siang tadi sudah kembali kerumah masing-masing.
    Kakakku telah pergi bersama waktu, meninggalkan sebuah potret kenangan yang tergantung bisu, yang akan membuat jiwaku terluka kembali kala memandangnya. Dia telah pergi dalam tidurnya yang panjang, meninggalkan sebuah perenungan bagiku yang mengisyaratkan agar aku bersegera KEMBALI PADA AMPUNANNYA….


وَسَارِعُوٓاْ إِلَىٰ مَغۡفِرَةٍ۬ مِّن رَّبِّڪُمۡ وَجَنَّةٍ عَرۡضُهَا ٱلسَّمَـٰوَٲتُ وَٱلۡأَرۡضُ أُعِدَّتۡ لِلۡمُتَّقِينَ (١٣٣)

Artinya : Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang hanya disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (Qs.Ali Imron :133)

******************************************************************************


Didedikasikan khusus untuk kakakku yang “disana”…semoga Sang Maha Rohim senantiasa bersamamu………….( Abu Majid)

Jumat, 29 April 2011

Piwulang

     Dek semono, kiro-kiro patang taunan kepungkur ning Hotel Equator Bontang, sedulur-sedulur rak wis podho melu training motivasi seko lembaga sing arane KUBIK” tho ? iku lho sedulur, sing  trainere jenenge Pak Jamil Azzaini . Pak Jamil ki jan uapiiiik tenan, Lucu tur (ora) wagu. Pak Jamil wektu iku mulang bab being the best (dadi sing paling apik). Ojo dadi wong semenjono. Salah sawijining materi sing menarik ,sing aku isih kelingan tekan seprene yaiku bab cangkriman sing ditako’ake Pak Jamil marang audiens, game-game liyane yo akeh sing menarik, koyo to rebutan bal abang, bal ijo, lan bal kuning, ugo bal biru ( sing nanda’ake wong serakah opo ora, iso kerja sama karo konco opo ora ).
   Mbalik nang cangkriman mau sedulur, kepomo awake dewe wis tau krungu lan wis ngerti jawaban cangkriman sing jarene dikarang dening sawijining konsultan internasional. Nalika iku cangkriman’e ditakoake dening Pak Jamil – ketok’e yo sipiil, sipilitik utowo sepele -- iso di bedhek karo peserta pelatihan. Sing dedishikan pada njawab enthuk hadiah buku karangane si trainer.
Ono filosofi mranani ning njerone isi cangkriman, yaiku ka utaman mikir kanti sederhana. Resep supaya iso njawab cangkriman, yaiku pikiran sing sederhana. Ugo ono piwulang liyane, yaiku sesambungan antarane cangkriman siji lan sijine, mratela’ake anane sesambungan antara masalah siji lan masalah liyane kang diadepi manungsa ing jagat .
Jarene naliko cangkriman ditakokke marang bocah-bocah cilik, sebagian cangkriman iso di jawab. Sebab e cah cilik pikirane isih sederhana banget, durung tau krungu informasi sing aneh-aneh sing marak’ake pikirane rumit.

    Opo tho isining cangkriman iku?.

Cangkriman kaping siji

Piye carane nglebokke jerapah ning kulkas?

Jawaban:
Dibukak lawange, dilebokke jerapahe, banjur lawange ditutup meneh. (persis ngajari bocah TK nyimpen jeruk utowo apel  ning njero kulkas ya ?..he..he..)
Cangkriman kaping pindo
Piye carane nglebokke gajah ning njero kulkas?
Jawaban:
Dibukak lawange, dithok ke jerapahe, dilebok ke gajahe, trus ditutup meneh lawange. (Ojo lali jerapahe dithokke ndisik, ndak suk-suk-an ning jero kulkas, terus malah pada gelut, podho sruduk-srudukan)

Cangkriman kaping telu .
Macan si rajaning alas ngana’ake konferensi kanggo kabeh kewan sing manggoni alas gung liwang liwung.Kabeh wis ngumpul, mung siji kewan sing ora teko. Kewan apa sing ora teka iku?
Jawaban:
Mesthine wae si gajah, amarga isih ndekem ning njero kulkas. ( jebul cangkriman iki isih ana hubungane karo cangkriman-2 )
Cangkriman kaping papat
Lha ..saiki..Piye carane nyabrang kali sing dianggo omah dening boyo cacahe akeh benget?
Jawaban:
Ya garek nglangi, wong bayane lagi pada lungo kabeh melu konferensi (He..he..he.. isih ono sesambungane karo cangkriman sakdurunge).
Salah sawijining peserta ono sing protes babagan cangkriman nomer siji lan nomer loro. “ Pak Saya tidak setuju dengan jawaban Pak Jamil, memang kulkasnya sebesar apa kok gajahnya bisa masuk..??” Pak Jamil mesam-mesem karo njawab enteng “ Bapak yang ganteng…saya Cuma nanya cara memasukkan  bukan menanyakan apakah Gajah bisa masuk kulkas atau tidak” jarene karo di tepuk’i tangan marang kabeh peserta.

Sedulur… Masalah-masalah sing mbendina awake dewe alami mbokmenowo pancen podo saling berhubungan. Utamane menowo masalah iku kerep awake dewe alami, ning leh podho  mikir sederhana wae, ojo abot-abot mundak dadi stress.

Maturnuwun......



Selasa, 05 April 2011

Kapankah "KESALAHAN" Menjadi "KESALEHAN"...

Cuaca kota Bontang siang ini begitu terik menyengat tubuhku, peluh bercucuran disela-sela jaket yang kukenakan. Sepeda motor yang kukendarai  melaju tak begitu kencang. Untuk kesekian kalinya aku menghela nafas panjang. Pikiranku masih menerawang pada kejadian pagi tadi, ketika aku baru saja tiba diparkiran kantor, seorang teman dengan tergesa mendatangiku membawa sebuah kabar duka …”Assalamu’alaikum ….” Sapa si teman ramah.”Wa’alaikum salam Warohmatullah...apa khabar” jawabku sembari menjabat hangat tanganya.”Alhamdulillah…Sudah dengar khabar, tentang Pak D, kemarin beliau meninggal disurabaya..” kata temanku menjelaskan.” Innalillahi wa Inna lillahi Raji’un….memangnya beliau sakit apa..” tanyaku kemudian. Akhirnya kami terlibat dalam pembicaraan tentang berpulangnya Pak D, salah satu dari karyawan terbaik Perusahaan.
      Seminggu yang lalu, serasa baru sepenggal waktu, kala seorang sahabat memutuskan untuk meneruskan perjalanannya.SENDIRIAN. Ia belumlah begitu tua, 45 tahun. Tiga hari yang lalu, istri dari seorang teman, dipanggil oleh sang pencipta. Setelah sebelumnya sempat dalam penanganan medis di RS Perusahaan. Istri temanku  dipanggil di usianya yang baru 39 tahun. Masih cukup muda ….Pagi ini, berita duka yang kuterima tentang pak D, tentu cukup mengagetkan semua orang, karena beliau tidaklah menderita suatu penyakit akut. Beliau sehat-sehat saja. Namun takdir Alloh rupanya telah sampai padanya, dan jika sudah demikian adakah yang bisa menundanya barang sesaat ?.
Dada ini selalu terkesiap setiap kali Pagging dikantor mengumumkan berita duka,”siapa lagi rekan ku yang engkau panggil ya Alloh” begitu selalu bisik hatiku.
     Jatah hidup kita memang telah ditentukan oleh-Nya. Kita memang tidak pernah tahu kapan kita menyelesaikan kontrak untuk hidup. Kita bahkan seringkali lupa bahwa sewaktu-waktu jatah hidup kita ternyata sudah habis.
Seringkali kita merasa bahwa untuk sekedar bertobat, kita bilang nanti-nanti saja. Untuk mendatangi majlis ilmu, masih merasa belum butuh. Seolah-olah kita masih punya seribu tahun lagi untuk merubah segala kesalahan kita menjadi sebuah kesalehan. Kita masih berpikir bahwa kesalahan akan dapat terhapus dengan pertobatan dikala kita sudah merasa tua. Nanti sajalah kalau sudah pensiun aku akan konsentrasi pada kebutuhan rohani, seolah kita yakin benar bahwa kita masih akan sempat mengenyam yang namanya “pensiun”. Jangan-jangan kita akan pensiun “sebenarnya” sebelum menjalani pensiun dari pekerjaan kita.
Sahabat … mungkin bukan “kita”. Mungkin lebih tepatnya, aku …Setiap ada kematian, aku selalu diingatkan lagi mengenai jatah hidup. Yang tidak pernah bisa diperkirakan. Tetapi, lagi-lagi, aku merasa bahwa aku tidak pernah mempersiapkan diri. Masih bergelimang salah, maksiat masih berulang dan berulang lagi. Hari ini menangis bertobat, besok kembali bermaksiat. Rasanya diri ini tak pernah merasa dewasa. Rambut kepala yang mulai “berwarna” pun belum mampu mengubah prilaku diri ini.Usia yang mendekati kepala empat belum mampu membuat diri menjadi lebih bijaksana, masih saja mendzolimi istri yang begitu setia dalam suka dan duka, masih saja mendzolimi saudara dan sahabat.
يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَلۡتَنظُرۡ نَفۡسٌ۬ مَّا قَدَّمَتۡ لِغَدٍ۬‌ۖ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ‌ۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرُۢ بِمَا تَعۡمَلُونَ (١٨)
Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan “. ( Qs. Al-Hashr : 18 )
ٱقۡتَرَبَ لِلنَّاسِ حِسَابُهُمۡ وَهُمۡ فِى غَفۡلَةٍ۬ مُّعۡرِضُونَ (١) مَا يَأۡتِيهِم مِّن ذِڪۡرٍ۬ مِّن رَّبِّهِم مُّحۡدَثٍ إِلَّا ٱسۡتَمَعُوهُ وَهُمۡ يَلۡعَبُونَ (٢)
Artinya : “ Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling [daripadanya]. (1) Tidak datang kepada mereka suatu ayat Al Qur’anpun yang baru [diturunkan] dari Tuhan mereka, melainkan mereka mendengarnya, sedang mereka bermain-main, (2)”. ( Qs. Al-Anbiya : 1-2 )
    Terkadang diri ini merasa iri melihat sebagian teman-teman sebagian sahabat masih lebih diberi kemudahan. Karena meskipun mereka sibuk dengan berbagai kegiatan, sibuk dengan tugas-tugas yang menumpuk, sibuk dengan jadwal yang tak bisa ditunda, namun masih  Bisa leluasa berusaha untuk menghapus kesalahan dan menggapai kesucian.
Sedangkan aku ? Aku jauh dari itu. “Ya Alloh beri aku kekuatan ya Alloh. Beri aku kemampuan untuk mengubah semua kesalahan menjadi sebentuk kesalehan, beri aku kesempatan mencari bekal untuk menghadapMu, dan beri aku kesempatan untuk menjadikan diri ini, hidup ini lebih bermakna bagi sesama….. Amin”

Sebuah tulisan untuk teman-teman hebat, sahabat-sahabat hebat..ajak aku serta dalam kebaikanmu.
(Abu Majid)

Minggu, 03 April 2011

Hakekat Kebahagiaan

    “ BAHAGIA “, sebuah frase yang sederhana, tetapi maknanya tak sesederhana kala kita mengucap kata itu. Setiap orangpun memiliki interprestasi yang berbeda tentang arti bahagia. Namun hakekatnya, Kebahagiaan bukanlah apa yang engkau dapatkan dari luar, kebahagiaan bukanlah apa yang kau terima. Tapi kebahagiaan adalah apa yang engkau munculkan dari dalam dirimu lalu engkau taburkan dan berbagi dengan yang di luar...

    Kebahagiaan bukanlah ketika engkau mempunyai kenalan banyak orang-orang besar dan terkenal ( pejabat ), bukan pula ketika engkau berdekatan dengan orang-orang alim, karena itu sifatnya sementara, tetapi kabahagiaan adalah ketika orang banyak mengenalmu karena kebaikanmu, karena keteladanmu, karena keluhuran budi pekertimu, karena ketinggian ahlakmu.

    Kebahagiaan bukanlah ketika engkau menulis, lalu banyak yang memberi komentar positif dan cap jempol, tapi kebahagiaan adalah ketika engkau tetap berbagi dan menulis walau orang lain tidak memerhatikan tulisanmu. Kebaikan takkan ada yang sia-sia, mungkin bukan hari ini ia bermakna, tapi suatu ketika… nanti. Dan kebahagiaan adalah ketika tanpa sepengetahuanmu tulisanmu itu tersebar dan menjadi manfaat jariyah untuk kemashlahatan alam semesta, dan tiba-tiba saja tabungan energi positifmu di semesta ini meningkat, tiba-tiba saja segalanya menjadi mudah bagimu.

    Kebahagiaan bukanlah manakala engkau berbuat kebaikan lalu diumumkan pada khalayak, tapi kebahagiaan adalah manakala engkau berbuat kebaikan tanpa perduli orang lain tahu atau tidak. Kebahagiaan adalah manakala perbuatan baik yang kau sembunyikan disebarkan orang, karena engkau telah mendapatkan dua pahala, yaitu pahala yang kau sembunyikan dan pahala yang ditampakkan oleh orang lain.
Sebab… Kebahagiaan bukanlah terletak pada kumpulan yang terlihat, tapi kebahagiaan terletak pada kumpulan yang tak terlihat. Semakin tak terlihat amalmu, semakin sejati kebahagianmu.semakin tenang pula jiwamu.
Dan, Kebahagiaan itu bukanlah terletak pada kebebasan bertindak, tanpa peraturan dan rambu-rambu, tapi kebahagiaan adalah keberhasilan menikmati kehidupan yang terikat ini dengan penuh kesadaran dan kebermaknaan yang sejati. Kebahagiaan adalah keiklasan dalam lingkaran  aturan dan larangan-Nya.
Sebab Kebahagiaan itu tidak terikat walaupun begitu banyak keterikatan di luarmu. Dan sebab kebahagiaan itu dari dalam, unlimited, bukan dari luar, limited...

Jadikan dirimu bermanfaat bagi sekitarmu, maka kebahagiaan akan kau rasakan sepanjang hidupmu. Jangan dikira orang yang terlihat serba berkecukupan itu selalu bahagia di dalamnya. ( meminjam kata-kata bijak seorang sahabat dari SDM)

Sejalan dengan  sabda Rasulullah SAW, ” Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain ” (HR. Bukhari).

Sahabat..jika demikian apalagi yang menghalangi kita untuk meraih bahagia ?
Jangan menunggu bahagia baru tersenyum
tapi tersenyumlah maka engkau akan bahagia...Tebarkan senyum maka engkau akan bahagia, tebarkan salam maka engkau akan bahagia.

Lafadzkan Alhamdulillah dalam setiap keadaan, dalam setiap apapun yang menimpa
Lafadzkan Alhamdulillah meski derita yang menerpa. Biasakanlah..maka segalanya akan menjadi indah bagimu….Saudaraku.


Bukit Sekatub Damai…….April 2011 ( Abu Majid )