Biarkan air mata ini mengalir bersama dengan dosa-dosa yang teringat. Lelapkan semua kesemuan dunia yang hanya sementara. Bukalah sedikit matamu untuk melihat dunia yang abadi, telungkupkanlah tanganmu untuk memberi... Berikan senyummu agar orang lain merasakan kabahagiaanmu... mari lukis perasan hati mencintaiNya dengan keimanan dan ketakwaan. Bismillah...

Senin, 22 Agustus 2011

Ketika Keindahan Bahasa menjadi begitu Penting

Oleh : Abu Majid
   
     Ketika suatu pesan disampaikan dengan bahasa yang ‘biasa-biasa  saja’,maka sebagus apapun isi pesan yang ingin disampaikan tidak akan dapat menarik minat penerima pesan. Tetapi sebaliknya meskipun pesan yang ingin disampaikan hanyalah sebuah pesan 'sederhana' jika disampaikan dengan bahasa yang indah maka terasa akan begitu menarik bagi si penerima pesan.

Ingat ketika Ust.Zainudin Mz.Ma menyampaikan tausiah di Kantin wijaya kusuma (Acara Buka Puasa bersama Forum KK-PKT). Di awal tausiahnya beliau berkata: “ Sebenarnya Cerita yang ingin saya sampaikan adalah dongengan yang lebih cocok untuk anak-anak TK atau Play Group”. Tentu saja semua penasaran, tak terkecuali saya, mengingat tamu undangan yang hadir adalah DIR 2 (dirProd), GM SDM, GM Pabrik 1 & 2 dll. masa sih disuguhi cerita dongeng untuk anak TK.

Cerita fabel  tentang "Singa, siraja hutan dan Tikus". Cerita yang nampak sederhana itu disampaikan dengan bahasa arab.
     Nah disinilah rasa 'Keindahan' yang saya maksud. Saya memang tidak pandai berolah 'rasa', tidak pandai mengartikan sebuah kata sehingga meskipun saya berusaha fokus pada  Cerita Ust.Zainudin, namun saya tidak mampu menerjemahkan dengan baik.
Dengan gaya seorang guru TK Ust.Zainuddin pun mulai bercerita.......

Kanaa fii ghoobatun asadun nauman. Jaawaza Fa’run fii ro’isun…….
Secara sederhana, diantara kita yang pernah belajar ilmu nahwu shorof akan mengartikannya  sbb: Dulu, seekor singa tidur di dalam hutan, seekor tikus berjalan diatas kepalanya…….meskipun kita dapat menangkap maknanya tetapi terasa ‘beda’ ketika kalimat itu diartikan oleh beliau dalam bahasa yang indah (sastra ), dimana arti kalimat tersebut menjadi :
Pada jaman dahulu kala, didalam sebuah hutan yang lebat nampaklah seekor singa siraja hutan yang sedang tidur, tiba-tiba ada seekor tikus yang berlari melewati kepala sang singa……..

   Awalnya cerita itu disampaikan dengan bahasa yang sederhana, namun kemudian pemilihan kata yang digunakan dalam cerita itu bukan lagi kata-kata yang jamak dipakai kebanyakan. Setidaknya begitu menurut saya. Cerita itu kemudian mengalir dengan begitu indah ( dalam bahasa Indonesia ).
Kekuatan Bahasa (balaghoh) didalam Kalimat bahasa Arab memang tidak ‘kaku’, sebuah kata ‘penegas’ misalnya, dapat ditulis didepan maupun diakhir kalimat. Bahkan terkadang ditengah.
Seorang yang baru belajar bahasa arab ( Pemula ) biasanya diawali dengan mendalami ilmu nahwu, yang mana ilmu ini merupakan ilmu tata bahasa ( menpelajari tentang struktur penyusun kalimat / S-P-O-K ), Bagaimana membuat kalimat lampau, sekarang maupun akan datang dll. Sedangkan seorang yang sudah mahir lebih banyak menggunakan Ilmu Balaghoh ( Ilmu Sastra ), dimana sebuah makna dapat diwakili oleh beberapa kata, dan sebagaimana ilmu sastra dimanapun kurang memperhatikan kaidah S-P-O-K.

Mengapa Bahasa Arab menarik dan Mengapa Al-Quran Harus Berbahasa Arab?
    Setelah periode satu kaum satu nabi dan satu kitab suci serta satu bahasa, pada bagian akhir dari masa kehidupan manusia, Allah SWT berkehendak untuk menyatukan semua bangsa-bangsa di dunia dengan hanya satu nabi, satu kitab suci dan tentunya satu bahasa kitab suci.
Untuk itu diperlukan satu bahasa yang memang punya kapasitas dan karakteristik yang unik, universal, serta istimewa. Sebab sangat tidak mungkin kitab suci terakhir itu diturunkan dalam banyak bahasa. Mengingat jumlah bahasa umat manusia di penghujung zaman ini sudah tak terhingga banyaknya.
Cukup satu bahasa saja yang digunakan, namun bahasa ini adalah bahasa yang paling istimewa dari semua sisinya. Baik dari jumlah kosa-katanya, sampai kepada strukturisasi gramatikanya.
Faktor Kekuatan dalam Menyampaikan Pesan ( Ilmu Balaghah / Sastra )

   Pastinya, bahasa sebuah kitab suci itu harus punya kemampuan prima dalam penyampaian pesan. Tiap kata yang digunakan benar-benar kata pilihan, tidak asal sebut saja. Karena kitab suci itu akan menjadi sumber rujukan syariah sepanjang zaman. Dan barangkali bahasa selain Arab tidak punya padanannya, sehingga ketika diterjemahkan, akan kehilangan rasa dan kekuatannya.
Contoh sederhana, bahasa arab menggunakan dua kata yang berbeda untuk menyebut Tuhan, yaitu ilah dan rabb. Bahasa lain tidak pernah punya pembedaan sedetail ini. Kata ilah diterjemahkan sebagai Tuhan dan kata rabb juga Tuhan. Padahal makna tuhan dalam kata ilah punya rasa, karakter dan pengertian rinci yang sangat jauh berbeda dengan makna tuhan dalam kata rabb.( coba anda rasakan sendiri !! )
Memang benar bahwa tiap bahasa punya idiom khas yang tidak bisa diterjemah secara sederhana ke dalam bahasa lain. Tetapi idiom dalam bahasa arab jauh lebih sempurna, banyak, serta bervariasi. Semua menggambarkan perasaan, pemikiran, ekspresi, sikap, pola pikir, budaya, moral, etika, seni dan budaya umat manusia.
Orang jawa punya idiom unik, misalnya kata-kata " We lha dalah " apa ya artinya ?. Atau kata 'mbok yo'. Seandainya pas kita jalan-jalan dengan orang bule lalu ada mbah-mbah yang berkata pada orang bule itu,"Mbok yo sampean jangan begitu tho, Mister." Pusing tujuh keliling kita menerjemahkan kalimat tsb pada bule yang bersama kita. Apa terjemahan yang paling tepat dari kata mbok yo?, Apakah mother yes, atau please atau apa ya?

Faktor Keindahan Bahasa

   Yang juga tidak kalah penting adalah faktor keindahan bahasa itu ketika dibunyikan. Agar jangan sampai kitab suci ini tidak enak didengar telinga, akhirnya hanya menjadi ensiklopedi yang tersusun rapi di rak tanpa pernah disentuh, apalagi dibaca.
Al-Quran adalah kitab yang didesain untuk selalu dekat dengan manusia, dalam keadaan apapun. Karena itu membutuhkan sebah bahasa yang bisa setiap saat 'didendangkan', karena memang terdengar indah di telinga, merdu dan bikin kangen. Selain itu mudah diingat karena punya karakter yang mudah.
Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quraan untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran? (Al-Qamar: 17)
Mengapa? Karena bahasa masing-masing sangat berbeda, bukan hanya dalam penggunaan istilah semata, tetapi juga struktur dan cara pengungkapannya.
Faktor Keabadian Bahasa

    Dan juga tidak lupa dari keabadian dan kekekalannya, pasti sangat menentukan. Akan jadi runyam kalau sebuah kitab suci yang berlaku sepanjang zaman, tetapi bahasanya justru sudah punah dan tidak lagi digunakan lagi oleh lidah manusia modern.
Dr. Ahmad 'Arif Al-Hijazi, doktor bahasa Arab dari Mesir pernah mengisahkan bahwa para ahli bahasa dari seluruh dunia pernah melakukan riset spektatuler. Intinya, bahasa Arab memang layak jadi bahasa kitab suci umat manusia karena akan terus abadi sepanjang zaman.
Penelitian mereka berangkat dari rasa ingin tahu tentang bahasa manusia manakah yang masih besar kemungkinannya masih digunakan oleh manusia pada beberapa abad mendatang. Hal itu mengingat bahwa kecenderungan setiap bahasa di dunia ini akan mengalami kemunduran hingga akhirnya lenyap sama sekali. Meski di masa lalu pernah menjadi bahasa yang besar, karena digunakan oleh bangsa-bangsa besar dunia.
Misalnya, bangsa Mesir kuno pernah menjadi bangsa terbesar di muka bumi ini dengan kemajuan peradaban serta teknologinya. Tentunya mereka punya bahasa tersendiri yang sangat mereka banggakan. Namun kita tahu bahwa bahasa Mesir kuno sudah terkubur bersama para Firaun di padang pasir. Hari ini hanya profesor bahasa purba saja yang bisa mengira-ngira terjemahan tulisan heliografi di tembok Pyramid.
Demikian juga dengan bahasa manusia modern sekarang ini, para ahli percaya bahwa beberapa abad ke depan, tidak akan ada lagi manusia yang berbahasa dengan bahasa yang digunakan saat ini. Lalu bagaimana kita bisa menyampaikan informasi tentang peradaban abad 21 ini kepada generasi manusia di abad-abad mendatang?
Setelah melalui beragam pengujian dan penelitian atas sejarah karakteristik berbagai bahasa manusia, akhirnya mereka sepakat bahwa bahasa arab akan tetap dipakai manusia sampai beberapa abad mendatang. Sehingga peradaban manusia bisa menitipkan ilmu dan sejarahnya lewat bahasa arab untuk disampaikan kepada manusia di masa mendatang.....( ABU MAJID / Reff)

Kamis, 18 Agustus 2011

Pitulas Romadhon lan Pitulas Agustus

Dening : Abu Majid
       
       Hariman njenggirat kaget naliko mirsani jam tangane. Jam 05;02 wita.”Waduuhh kawanen...karipan ki, wis imsak....” bathine karo nggrundel.Hariman atine dadi nglokro, dhewek’e banjur arep neruske turune.
“Mas, masak nasi yo mas, wingi sore durung sempat masak” Vera, garwone Hariman nyuoro karo mbenakke selimut .Hariman nuli mangsuli “ Dik, sampeyan ki nglindur. Iki wis jam limo, wis imsak..”.Lho kok wis imsak tho Mas..." Vera melu kaget, dhewek'e tangi banjur nyawang jam sing tememplek ing tembok. " Isih jam loro ki lho..kok Imsyak piye tho..?” wangsulane Vera. Hariman lungguh karo ngucek-ucek motone sing isih kroso abot. Jam tangane di wolak-walik. We lha dalah, jebul Hariman mau salah ndelokke jam, jebul isih jam 02;06 Wita. Hariman gage-gage mudhun seko kasur, karo mlaku metu kamar hariman lambene komat-kamit ndedongo sak kecekele, untung bener “Alhamdulillahiladzi ahyaana ba’dama amaa tana wa illaihinnusyur…”.

Sakjane jam loro iku isih esuk banget, nanging ketimbang neruske turu Hariman kuatir yen malah kebablasen tenanan, ora sido saur malah cotho. Koyo dino-dino biasane, yen sore ora sempat masak nasi mulo esuk-esuk kesibukane Hariman diwiwiti seko masak nasi sakperlu anggo sahur. Sakwise “mejik kom” di “on” ke, Hariman banjur nyetel “tivi” sing ono persis ing ngarep meja makan.Wis  milih chanel sing cocok hariman langsung ngringkesi piring-piring lan gelas kotor nuli digowo menyang dapur.

Kiro-kiro patangpuluh limo menit, ing mejo makan iku wus katon cumepak dhaharan kanggo saur. Yo mung sederhana, nasi putih sing isih katon kemebul, sayur kacang wingi sore, telur dadar lan iwak banyu. Ing pojok mejo ono gelas kang isi teh panas mongah-mongah. “Wis lengkap” bathine Hariman karo neliti opo kiro-kiro ono sing kelewatan.

Ora let suwe Hariman terus mlebu kamar sak perlu nggugah vera lan Rasya , anakke lanang sing wis telung tahunan iki melu poso. Malah wiwit tahun wingi bocah pitung tahunan iku wis poso nutuk sedino plong.” Dik wis jam papat, arep saur opo ora..” kandhane hariman marang vera.” Mas aku ora saur, mengko yen wis nyepak’I Imsak wae aku digugah, arep minum ” wangsulane Vera tanpo mbukak matane.Pancen Vera jarang sahur yen poso, malah senajan vera sregep poso senin-kemis, nanging cukup niat thok, tanpo maem saur.

Hariman banjur ganti nggugah Rasya. Bocah iku isih katon ngantuk banget, motone durung melek temenan. Hariman banjur mbopong Rasya terus nimbali supoyo cuci muka.
*******

    Jam 04;45 wita, suoro sirine tondo Imsak lamat-lamat kabur kegowo angin esuk sing sembribit, rasane adem banget koyo-koyo arep udan deres. Hariman,Vera lan Rasya wus rampungan anggone dhahar saur.

Hariman enggal-enggal nuju kamar mandi sakperlu reresik lan wudlhu. Rasya wis sauntoro menyang mesjid numpak pit  ireng duwek’e. ora let suwe Hariman ugo wus katon nyetarter motore.Motor Honda kuwi dipanasi mesine sedhelo. Mbuh opo filosofine, sing jelas Hariman ngerti yen arep lelungan  motor kudu dipanasi mesine supoyo awet lan suarane tetep kepenak dirungo'ake kuping.

Koyo biasane sholat subuh ing masjid Fathul khoir isih tetep kebak jama’ah, najan ora sasi poso jama’ah masjid Fathul khoir yo pancen akeh banget. Hariman iso niteni sopo wae jama’ah sing biasa sholat subuh lan sopo sing mung menyang mesjid naliko sasi poso. Sebab Hariman pancen salah sawijining jama’ah sing kapitung aktif, najan sok milih ing shof paling mburi,nanging Hariman mesti sholat subuh berjama’ah.kejobo yen udan deres utowo tangi karipan amergo kekeselen nyambut gawe.
*******

    Dino iki tanggal 17 Agustus, Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Kaping piro yo ?. Oh yo, yen ora salah kaping sewidak enem. Hariman pancen kepitung "bocah" saiki, dadi ora patio nasionalis. kepomo malah ora apal yen libur nasional. Koyo kedadean sasi wingi. " lho kok besok libur, hari apa ya ?" pitakone Hariman marang konco kantore wektu iku." Besok hari kamis pak Har..memang kenapa ?" jawab koncone tanpo rasa bersalah."Iya..bener besok hari kamis, maksud saya libur nasional memperingati apa ?". Katon Hariman rodho mangkel, sajak rumongso dipermainke.

Mbaleni babagan Tanggal 17 Agustus, wingi ing kantor diumumake supoyo karyawan esuk iki podho melu Upacara. Pancen angel, wong yen wis podho kerjo ki njur rumongso ora perlu ndadak melu upacara barang, "Koyo cah sekolah wae..." jare sauntoro karyawan. malah-malah yen upacara rutin bulanan, jan iso di etung nganggo driji sopo wae sing biasa melu upacara. Ning yo wis..iku urusane dhewe-dhewe. Koyo tho nindakke poso, iku terserah awake dhewe, wong sing ngerti yo mung awake dhewe lan Gusti Alloh.

Upacara pitulasan sing dianake ing halaman kantor pusat berjalan kanthi lancar. Pak Direktur utama selaku Pembina upacara miosake sambutan menteri BUMN, dhowo banget nganti konco-konco peserta upacara podho guneman dhewe-dhewe, sajak ora sabar mirengake pituture Pak Dirut. ( Wah...yen sing ngrungo'ake ora betah, ndahebo sing moco yo...!!).

Kiro-kiro jam wolu luwih sithik upacara wis rampung. Hariman banjur munggah pinuju  kantore. Sauntoro konco-kancane yo podho munggah. Naliko Hariman arep mulih, dumadakan udan gerimis sing soyo suwe soyo deres. Hariman wurung, ora sidho mulih. " sedhelo meneh paling wis terang.." Bathin atine Hariman.

Ndilalah, dienteni sauntoro wektu jebul udane tansoyo deres. Ora ono pilihan Hariman kudu nglicir. Hariman nekat nyetater motore lan ora let suwe dheweke wis ngendring nerobos udan, sandangane keproh. "Sabar...sabar....yo koyo ngene nasib wong durung nduwe mobil.." Jare Hariman ngeyem-yemi atine dhewe.

Salam.

Selasa, 16 Agustus 2011

Arti Sahabat...!!

Arti Sahabat…..!!
Oleh : Abu Majid   
Sahabat paling sejati menurut saya, ya pasangan kita, suami atau Istri kita. Dimana kita dapat menemukan segalanya pada dirinya. Kelebihan dan kekuranganya silih berganti saling mengisi. Terkadang angan kita dibawa melambung ke langit ketujuh, tapi terkadang juga serasa terpuruk kejurang yang dalam dibawa olehnya. Bagi kita yang menyadari dan memahami arti pasangan hidup, pastilah akan  dengan ringan kita berucap “itulah Romantika”.
Bagaimana dengan orang lain yang menjadi teman atau sahabat kita ?. Sahabat (orang lain ) dan sahabat (pasangan kita ) itu adalah dua hal berbeda, yang sama-sama kita butuhkan, yang sama-sama istimewa.
Bilakah seorang TEMAN dikatakan SAHABAT ?. Kala dia adalah seorang yang biasa tempat kita berbincang. Baik mengenai sesuatu hal yang kita sukai atau pun tidak. Teman yang membuat kita ingin selalu dekat padanya. Teman yang di mata kita merupakan orang yang mampu memahami maupun mengerti apa yang kita sukai. Mungkin juga pada teman tersebut ada sebuah nilai berkilau yang dipunyainya. Ada hal-hal yang membuat kita kagum, ingin menjadikan teladan kita. Atau mungkin pula kita merasa punya pemahaman yang sama pada sebuah hal.
Teman yang  padanya kita bisa membagi suka dan duka tanpa ada yang kita kuatirkan bakal timbul fitnah, adalah merupakan teman yang spesial. Itulah Yang biasa disebut dengan sahabat. Biasanya kita tidak akan segan untuk membagi dunia kita kepadanya, tentang apa yang menurut kita indah. Begitu pula saat mendung menerpa hati, maka sahabatlah tempat kita membuang semuanya. Teman atau sahabat tidak pernah melihat adanya perbedaan tua dan muda. Sebagaimana Rosullulloh mempunyai sahabat-sahabat kecil yang luar biasa. Meski mereka berbeda usia namun mereka dapat berbagi. Justru terkadang teman yang sebaya tidak selalu dapat kita jadikan sahabat. Terkadang muncul perasaan iri dengki, muncul penghianatan dan semisalnya.
Rasulullah menganjurkan kita untuk memilih teman. Seperti hadits beliau: “Bila berteman dengan seorang pandai besi, maka kita akan ikut terbakar. Bila kita berteman dengan seorang penjual minyak wangi, maka kita pun akan tertular dengan keharumannya.”
Tentu saja hadists tersebut untuk mengingatkan kita. Agar kita berhati-hati untuk memilih teman. Karena memang ada teman yang boleh dijadikan sahabat dan ada juga yang tidak layak menjadi orang terdekat kita. Tapi sepanjang kita bisa "kuat" dalam prinsip maka seorang teman bagi kita adalah ladang yang "hijau" baik sebagai tempat dakwah maupun tempat "inspirasi" untuk berolah rasa.
Tapi bila kita hanya punya pegangan, bahwa seorang teman harus selalu “baik” di mata kita, maka tentu lambat laun kita akan kehilangan seorang bahkan banyak teman. Karena pada dasarnya seorang teman punya keistimewaan masing-masing. Teman kita hanyalah seorang manusia biasa, seperti kita juga. Yang penuh dengan kelebihan maupun kekurangan.
Bagaimana pun berkilaunya kebaikan seseorang, pastilah ada kekurangannya. Begitu pula bila kita balik lagi, bahwa tidak semua orang yang “jelek” hanya penuh kejelekan. Pasti ada hal lebih yang dia punyai.
Semua yang diciptakan Allah SWT dimuka bumi ini pastilah ada hikmahnya. Bila kita menemukan “keindahan” akhlak seseorang, dan membuat kita nyaman dengannya maka apa yang dia punyai, apa yang ada pada dirinya merupakan pelajaran bagi kita. Yaitu sebuah pelajaran agar kita bisa mengikutinya.
Jika sesekali ada yang  salah, maka itu hal wajar, karena sesungguhnya kita memang sedang berproses. Bukankah Allah lebih menyukai kebaikan yang sedikit, tapi dilakukan secara istiqomah?. Jika pun kita terjatuh, maka bangkit adalah hal yang harus kita lakukan. Tidak ada orang yang sempurna di dunia ini. Yang ada hanyalah orang-orang yang tekun dan “ikhlas” memperbaiki dirinya guna mencapai tujuan mulia ( syurga ).
    Saya bersyukur kepada Allah SWT, karena ternyata banyak pembelajaran yang bisa dipetik diteladani dari teman dan sahabatku. Belajar dari lingkungan khususnya dari seorang teman atau sahabat  sungguh sebuah kenikmatan. Karena memang semua hal di dunia ini penuh dengan mutiara kehidupan. Maka benarlah bila Allah berfirman ; “Bacalah!”…….

Selasa, 09 Agustus 2011

Cerita Awal Ramadhan

          Senja turun perlahan, gelap merambat memeluk bumi yang masih basah oleh sisa hujan sore tadi.Selarik warna jingga keemasan yang masih tersisa dilengkung langit kian lama kian lemah dan akhirnya..Sirna.
Ayat-ayat Al-Qur’an mengalun syahdu terdengar dari Masjid Fathul Khoir, suaranya menggema menerobos rerimbunan hutan bakau dibelakang rumahku. Kupandangi dua malaikat kecilku yang masih belum beranjak juga dari depan televisi. Seperti hari-hari biasanya, bundanya yang ‘cerewet’ sudah kewalahan menyuruh kedua buah hatinya itu untuk segera bersiap-siap berbuka puasa kemudian sholat maghrib dan tarawih. Rasanya bibirnya makin kering saja mengomeli keduanya. Dengan sedikit paksaan akhirnya keduanya bersungut-sungut meninggalkan tempat duduknya.


Usai sholat Isya’ didirikan, panitya  segera naik ke atas mimbar menyampaikan beberapa pengumuman sebelum Mubaligh memberikan tauziah. Riuh rendah suara jamaah yang membludak, membuat suara panitya terdengar tak begitu jelas. Maklum malam-malam permulaan Romadhon di semua masjid di lingkungan PKT masih penuh sesak oleh jama’ah
Perhatianku tersita pada bocah kecil yang berlarian kesana kemari di barisan ibu-ibu.. Kaki-kaki mungilnya bergerak lincah melompati deretan sajadah. Sesekali bola matanya yang bulat itu menari-nari mengamati sajadah yang berwarna-warni. Sejurus kemudian sikecil melompat-lompat lagi, dan…Upst….tiba-tiba sikecil terpeleset dan terjatuh. Beberapa ibu-ibu didekatnya memekik tertahan. Rupanya suara ibu-ibu itu mengagetkan sikecil sehingga dia lupa untuk menangis dan melupakan rasa sakitnya.
Beberapa ibu-ibu memandang dengan sinis, “ Anak siapa sich, nggak aturan bener” si ibu membatin dalam hati. Yach…barangkali semua anak-anak si ibu adalah anak-anak yang manis, atau barangkali anaknya begitu lahir ‘ujug-ujug’ menjadi remaja sehingga tidak pernah merasakan repotnya punya anak kecil.

Diujung barisan seorang ibu memandangi sikecil dengan gelisah, bibirnya mengatup rapat, gigi-gigi putihnya saling beradu. Satu,dua hitungan sikecil sampai dihadapan sang bunda dan mendaratkan pantatnya yang menggemaskan dipangkuan bundanya. Bertepatan dengan itu hadiah sebuah cubitan mendarat pula dipaha sikecil. Sikecilpun menangis, tangisnya yang tadi sempat tertahan kini pecah sehingga menarik perhatian ibu-ibu didekatnya. Diperhatikan oleh ibu-ibu yang lain membuat wajah bunda memerah, rasa kesal dan rasa malu bertumpuk menjadi satu.” Tidak apa-apa, namanya juga anak kecil, nggak usah dimarahi” , kata ibu setengah baya di samping bunda, sedikit membuat hati bunda tenang.

Ibroh:
 Cerita ini saya tulis sekedar masukan bagi kita yang beranggapan bahwa membawa anak kecil kemasjid lebih banyak mudharat disbanding manfaatnya.
Riwayat yang menyebutkan membawa anak-anak ke masjid begitu banyak dan beragam. Salah satunya tentang kisah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang membawa cucu-cucunya ketika shalat berjamaah bersama para sahabat, di antaranya:

Dari Abu Qatadah Al Anshari Radhiallahu ‘Anhu, katanya:

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُصَلِّي وَهُوَ حَامِلٌ أُمَامَةَ بِنْتَ زَيْنَبَ بِنْتِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلِأَبِي الْعَاصِ بْنِ رَبِيعَةَ بْنِ عَبْدِ شَمْسٍ فَإِذَا سَجَدَ وَضَعَهَا وَإِذَا قَامَ حَمَلَهَا

Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dahulu shalat sambil menggendong Umamah -puteri dari Zainab binti Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan Abul ‘Ash bin Rabi’ah bin Abdisysyams- jika Beliau sujud, beliau meletakkan Umamah, dan jika dia bangun dia menggendongnya. (HR. Bukhari No. 516, Muslim No. 543)

Riwayat lainnya:

عَنْ عَمْرِو بْنِ سُلَيْمٍ الزُّرَقِيِّ أَنَّهُ: سَمِعَ أَبَا قَتَادَةَ يَقُولُ: " إِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى وأُمَامَةُ ابْنَةُ زَيْنَبَ ابْنَةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَهِيَ ابْنَةُ أَبِي الْعَاصِ بْنِ الرَّبِيعِ بْنِ عَبْدِ الْعُزَّى عَلَى رَقَبَتِهِ، فَإِذَا رَكَعَ وَضَعَهَا، وَإِذَا قَامَ مِنْ سُجُودِهِ أَخَذَهَا فَأَعَادَهَا عَلَى رَقَبَتِهِ "

Dari Amru bin Sulaim Az Zuraqiy, bahwa dia mendengar Abu Qatadah berkata: bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sedang shalat sedangkan Umamah –anak puteri dari Zainab puteri Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan juga puteri dari Abu Al ‘Ash bin Ar Rabi’ bin Abdul ‘Uzza - berada di pundaknya, jika Beliau ruku anak itu diletakkan, dan jika bangun dari sujud diambil lagi dan diletakkan di atas pundaknya. (HR. Ahmad No. 22589, An Nasa’i No. 827, Abdurrazzaq dalam Al Mushannaf No. 7827, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih wa Dhaif Sunan An Nasa’i No. 827. Syaikh Syu’aib Al Arnauth juga menshahihkannya dalamTahqiq Musnad Ahmad No. 22589, dan Amru bin Sulaim mengatakan bahwa ini terjadi ketika shalat subuh)

Apa Hikmahnya?

“Berkata Al Fakihani: “Rahasia dari hal ini adalah sebagai peringatan (sanggahan) bagi bangsa Arab yang biasanya kurang menyukai anak perempuan. Maka nabi memberikan pelajaran halus kepada mereka supaya kebiasaan itu ditinggalkan, sampai-sampai beliau mencontohkan bagaimana mencintai anak perempuan, sampai-sampai dilakukan di shalatnya. Dan ini lebih kuat pengaruhnya dibanding ucapan.” (Fiqhus Sunah, 1/262)

Riwayat lainnya, Dari Abdullah bin Syadad, dari ayahnya, katanya:

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam keluar untuk shalat bersama kami untuk shalat siang (zhuhur atau ashar), dan dia sambil menggendong (hasan atau Husein), lalu Beliau maju ke depan dan anak itu di letakkannya kemudian bertakbir untuk shalat, maka dia shalat, lalu dia sujud dan sujudnya itu lama sekali. Aku angkat kepalaku, kulihat anak itu berada di atas punggung Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dan beliau sedang sujud, maka saya pun kembali sujud. Setelah shalat selesai, manusia berkata: “Wahai Rasulullah, tadi lama sekali Anda sujud, kami menyangka telah terjadi apa-apa, atau barangkali wahyu turun kepadamu?” Beliau bersabda: “Semua itu tidak terjadi, hanya saja cucuku ini mengendarai punggungku, dan saya tidak mau memutuskannya dengan segera sampai dia puas.” (HR. An Nasa’i No. 1141, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih wa Dhaif Sunan An Nasa’i No. 1141)

Berkata Imam An Nawawi Rahimahullah:
“Hadits ini menjadi dalil bagi madzhab Syafi’i dan yang sepakat dengannya, bahwa bolehnya shalat sambil menggendong anak kecil, laki atau perempuan, begitu pula yang lainnya seperti hewan yang suci, baik shalat fardhu atau sunah, baik jadi imam atau makmum.

Kalangan Maliki mengatakan bahwa hal itu hanya untuk shalat sunah, tidak dalam shalat fardhu. Pendapat ini tidak bisa diterima, sebab sangat jelas disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memimpin orang banyak untuk menjadi imam, peristiwa ini adalah pada shalat fardhu, apalagi jelas disebutkan itu terjadi pada shalat shubuh.

Shahih Muslim mengatakan: “Jika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bangkit dari sujud, maka dinaikkannya anak itu di atas pundaknya.” Kemudian keterangan Al Khathabi bahwa memikul anak itu mengganggu kekhusyu’an sebagaimana menggunakan sajadah yang bergambar, dikemukakan jawaban bahwa memang memakai sajadah bergambar  itu mengganggu dan tidak ada manfaat sama sekali. Beda halnya dengan menggendong anak yang selain mengandung manfaat, juga sengaja dilakukan oleh Nabi untuk menyatakan kebolehannya. Dengan demikian, jelaslah bahwa yang benar dan tidak dapat disangkal lagi, hadits itu menyatakan hukum boleh, yang tetap berlaku bagi kaum muslimin sampai hari kemudian.” Wallahu A’lam (Imam An Nawawi, Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 2/307. Mawqi’ Ruh Al Islam)

Riwayat lain, dari Abu Qatadah Radhiallahu ‘Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إِنِّي لَأَقُومُ فِي الصَّلَاةِ أُرِيدُ أَنْ أُطَوِّلَ فِيهَا فَأَسْمَعُ بُكَاءَ الصَّبِيِّ فَأَتَجَوَّزُ فِي صَلَاتِي كَرَاهِيَةَ أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمِّهِ

“Saya mengimami dalam shalat dan hendak memanjangkan bacaannya, lalu saya mendengar tangisan anak-anak, maka saya ringankan shalat, aku tidak suka halmembuat sulit ibunya”. (HR. Bukhari No. 707)

Demikianlah berbagai riwayat tentang kebolehan membawa anak-anak ke masjid, dan betapa berkasih sayangnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan anak-anak, dan keterangan para ulama tentang hal ini.

Mengajak anak-anak ke masjid merupakan pendidikan buat mereka sebagai upaya penanaman sejak dini kepada mereka untuk mencintai masjid. Dan juga melatih keberanian, percaya diri dan pendidikan lainya. Ada pun kegaduhan yang mungkin akan terjadi, sebaiknya diantisipasi oleh orang tuanya. Hendaknya orang tua melakukan penjagaan dan himbauan kepada anak-anaknya untuk berlaku tertib. Jika tidak bisa, maka sebaiknya tidak membawanya sampai anak tersebut siap di bawa ke masjid.

Berkat Syaikh Abdul Muhsin Al ‘Abbad Al Badr Hafizhahullah:

إذا حصل منهم إفساد أو ضرر فهذا مطلوب، وأما إذا لم يحصل فإن السنة جاءت بالإتيان بالصبيان إلى المسجد

Jika membawa mereka menghasilkan kerusakan atau mudharat, maka hal itu -yakni menjauhkan mereka dari masjid, pen- adalah diperintahkan, ada pun jika tidak ada dampak apa-apa, maka sunah telah menunjukkan tentang kesertaan anak-anak menuju masjid. (Syarh Sunan Abi Daud, 29/216)

Salam Romadhon, 1432 H

Abu Majid