Biarkan air mata ini mengalir bersama dengan dosa-dosa yang teringat. Lelapkan semua kesemuan dunia yang hanya sementara. Bukalah sedikit matamu untuk melihat dunia yang abadi, telungkupkanlah tanganmu untuk memberi... Berikan senyummu agar orang lain merasakan kabahagiaanmu... mari lukis perasan hati mencintaiNya dengan keimanan dan ketakwaan. Bismillah...

Selasa, 18 Februari 2014

Khalifah Umar Bin Khatab. RA

Benarkah Pernah Mengubur anak Perempuannya Hidup-hidup?

By. Abu Majid & OneDay-OneJuz Community


     Umar bin Khatab, sosoknya yang ‘angker’ dan beringas dimasa jahiliyah seolah membenarkan cerita yang selama ini berhembus. Sebagian besar kaum muslimin pasti pernah pula mendengar dan bahkan meyakini kebenaran cerita bahwa Umar bin Khatab pernah mengubur hidup-hidup anak perempuannya dimasa jahiliyah.
Beberapa saat yang lalu seorang ustad menceritakan bagaimana Umar bin Khatab mengubur anaknya. Suatu ketika Umar mengajak anak perempuanya yang berumur sekitar 8-10 tahunan. Umar mengajak anak perempuanya itu menggali lubang bersama-sama, ketika umar menggali, sang anak bertugas menyingkirkan tanah galian tersebut. Dan ketika giliran sang anak menggali, umar bertugas menyingkirkan tanah galian, begitu seterusnya hingga ketika giliran sang anak menggali, dan lubang itu dalamnya telah melebihi kepala sang anak, maka dengan cepat umar menimbun lubang itu dengan tanah galian yang berada disisi-sisi lubang. Ketika timbunan itu hampir menutup kepalanya, sang anakpun berkata “ Ayah, apa salahku sehingga ayah menguburku demikian rupa”. Moment itulah yang diceritakan bahwa umar selalu menangis tersedu-sedu ketika mengingat anak perempuanya. Cerita ini dikemas begitu apiknya, sehingga dengan didukung sosok Umar bin Khatab sendiri, membuat kita membenarkan dan menyakini kisah tersebut.

Bagaimanakah sebenarnya kisah itu, benarkah Umar pernah melakukannya ?
Dari Riwayat Shohih yang mana kisah tersebut berdasar ?
Sebaliknya, fakta-fakta bahwa kisah tersebut adalah dusta belaka dapat dibuktikan dari beberapa naskah, diantaranya :

1. Di dalam kitab-kitab Hadits Ahlus Sunnah wal Jama’ah, riwayat tersebut tidak ada sama sekali. baik itu kitab Hadits Shohih maupun Hadits Dho’if. Bahkan di dalam kitab Tarikh (sejarah) Islam yg ditulis para ulama Ahlus Sunnah pun tidak ada dan tidak pernah disebutkan.

2. Riwayat ini sebenarnya sangat sering disebutkan dan disebarluaskan oleh orang-orang Syi’ah Rofidhoh yg sesat , karena mereka sangat dengki kepada para khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khoththob, dan para sahabat radhiyallahu anhum.

3. Umar bin khatab RA berasal dari kabilah Bani Adiy, dan mengubur hidup-hidup anak perempuan bukanlah tradisi dan kebiasaan keluarga kabilah Bani Adiy di masa Jahiliyah.
buktinya bahwa Umar bin Khoththob menikah dengan seorang wanita yg bernama Zainab binti Mazh’uun (saudari Utsman bin Mazh’uun radhiyallahu ‘Anhu), dan melahirkan beberapa anak, diantaranya Hafshoh, Abdurrahman dan Abdullah bin Umar bin Khoththob RA.
Hafshoh adalah anak perempuan Umar bin Khoththob yg paling besar. Ia dilahirkan 5 tahun sebelum diutusnya Rasululloh sebagai Nabi dan Rasul. Demikian pula Umar memiliki saudari kandung yang bernama Fathimah binti al-Khoththob.
Jadi, sekiranya mengubur hidup-hidup anak perempuan adalah tradisi dan kebiasaan keluarga Umar bin Khoththob dan Bani Adiy, maka kenapa Hafshoh dan Fathimah binti Khoththob dibiarkan masih hidup hingga dewasa? Bahkan Hafshoh binti Umar bin Khoththob menjadi salah satu istri Nabi shallallahu alaihi wasallam.
Padahal Hafshoh adalah anak perempuan Umar bin Khoththob yg paling besar. Lalu anaknya yang mana yang dikubur hidup-hidup oleh Umar bin Khatab ?
Kisah/kejadian inipun tidak pernah diceritakan oleh anak-anak Umar dan keluarganya setelah mereka memeluk agama Islam?

4. Hadits Shohih yang menunjukkan bahwa Umar bin Khoththob RA tidak pernah mengubur anak perempuannya hidup-hidup di masa Jahiliyyah. Yaitu riwayat berikut ini:
An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu anhu berkata: “Aku pernah mendengar Umar bin Khoththob berkata ketika ditanya tentang firman Allah (yg artinya) : “Dan apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya.” (QS. At-Takwir: 8)

Umar menjawab: “Qois bin ‘Ashim pernah mendatangi Rasulullah shallallahu alaihi wasallam seraya berkata; “Sesungguhnya aku pernah mengubur hidup2 delapan anak perempuanku di masa Jahiliyyah.” Maka Nabi berkata kepada Qois: “Merdekakanlah seorang budak untuk setiap anak perempuan (yang engkau kubur hidup-hidup).” Qois menjawab: “Aku memiliki Onta.” Nabi berkata: “jika engkau mau, bersedekahlah dengan seekor Onta untuk setiap anak perempuanmu yang engkau kubur hidup-hidup.”

(Diriwayatkan oleh Al-Bazzar 1/60, Ath-Thobroni di dalam Al-Mu’jam Al-Kabir 18/337, dan Al-Haitsami berkata; “Dan para perawi (dalam isnad) Al-Bazzaar adalah para perawi yg ada dlm kitab Ash-Shohih (Shohih Bukhari/Muslim), kecuali Husain bin Mahdi al-Ailiy, dia perawi yg tsiqoh (terpercaya).”, (Lihat Majma’ Az-Zawaid VII/283. Dan hadits ini dinyatakan SHOHIH oleh syaikh Al-Albani di dalam Silsilatu Al-Ahaadiitsi Ash-Shohiihati no.3298).

Hadits Shohih yang diriwayatkan oleh Umar bin Khoththob RA ini menerangkan tentang kaffaroh (penebus dosa) bagi orang yang pernah mengubur hidup-hidup anak perempuan di masa Jahiliyyah. Mengapa Umar bin Khoththob hanya meriwayatkan tentang perbuatan Qois bin Ashim, dan ia tidak menceritakan tentang dirinya ?. Ini membuktikan bahwa Umar bin Khoththob tidak pernah mengubur hidup-hidup anak perempuannya, sebagaimana riwayat dusta yang beredar di tengah kaum muslimin.

Semoga Allah melindungi kita semua dari bahaya riwayat-riwayat dusta dan batil dalam urusan agama Islam, dan semoga Alloh memberikan kecerdasan kepada kita dalam memahami Dienul Islam. Wallahu a’lam bish-showab.(dari berbagai sumber///)

Senin, 17 Februari 2014

Khanzab, setan spesialis shalat


By: Abu Majid and OneDay-OneJuz Community

      Kita semua paham pentingnya ibadah sholat dalam kehidupan seorang muslim. Didalam Al-Qur’an maupun Al-Hadist pun telah dijelaskan bahwa Amalan ibadah seseorang itu akan ditentukan oleh kualitas ibadah sholatnya. Ibarat wadah/kantong, maka sholat adalah tempat menampung semua amalan baik yang dilakukan oleh seorang muslim. Jika kantong itu berlubang-lubang maka sudah barang tentu barang-barang yang dimasukkan kedalamnya akan berceceran kemana-mana.

Iblispun sangat paham bahwa Shalat adalah ibadah paling menentukan posisi seorang hamba di akhirat kelak. Jika shalatnya baik, maka baiklah nilai amal yang lain, begitu pula sebaliknya. Wajar jika iblis menugaskan tentara khususnya untuk menggarap proyek ini. Ada setan khusus yang mengganggu orang shalat, menempuh segala cara agar shalat seorang hamba kosong dari nilai atau minimal rendah kualitasnya. Setan itu bernama ‘Khanzab’.


Utsman bin Affan pernah bertanya kepada Rasulullah: “Wahai Rasulullah, setan telah mengganggu shalat dan bacaanku.” Beliau bersabda:
“Itulah setan yang disebut dengan ‘Khanzab’, jika engkau merasakan kehadirannya maka bacalah ta’awudz kepada Allah dan meludah kecillah ke arah kiri tiga kali.” (HR Ahmad) 

Utsman melanjutkan: “Akupun melaksanakan wejangan Nabi tersebut dan Allah mengusir gangguan tersebut dariku.”

Di posisi mana saja Khanzab merusak sholat kita ?

1. Melafazhkan Niat

Sebagaimana halnya dengan wudhu, serangan pertama yang dilakukan setan kepada orang yang shalat adalah menyibukkan ia untuk melafazhkan niat. Terkadang diiringi dengan gerakan aneh, dia membaca niat lalu mengangkat tangannya, lalu gagal dan diturunkan kembali tangannya. Dia ulangi lagi seperti itu berkali-kali hingga terkadang imam sudah rukuk atau sujud, sementara ia masih dipermainkan setan dalam niat dan takbirnya. Di dalam wudhu pun kita sering disibukkan dengan pikiran benar atau salah niat wudhu, sudah pas atau belum urutannya dll.

Niat dan usaha menghadirkan hati memang dituntut ketika hendak shalat, namun tak ada tuntunan sedikitpun bagi orang yang hendak shalat untuk melafazhkan niatnya. Sebaiknya kita kaji ulang pemahaman kita mengenai tuntunan melafadzkan niat ini.

Ibnul Qayyim Al-Jauziyah di dalam Zaadul Ma’ad berkata:
Nabi memulai shalatnya dengan bacaan ‘Allahu Akbar’, dari Nabi beliau tidak membaca apapun sebelumnya dan tidak melafazhkan niatnya sama sekali. Beliau tidak mengatakan: ushalli.., ‘aku niat shalat anu karena Allah menghadap kiblat empat rekaat sebagai imam (sebagai makmum)..” Tidak pula beliau mengatakan ‘ada’an’ atau ‘qadha’an’, atau ‘fardhan’ dan sebagainya. Semua itu adalah bid’ah yang tidak disebutkan sedikitpun dalam hadits yang shahih, atau dha’if, tidak pula terdapat dalam musnad atau mursal, walau hanya satu kalimat saja. Bahkan tak satupun sahabat mengerjakannya, tidak ada tabi’in yang menganggapnya baik, begitupun dengan empat imam madzhab. 

Orang-orang belakangan yang membacanya keliru memahami perkataan Imam Syafi’i yang berbunyi 'shalat itu tidak sebagaimana shaum, tidak ada orang yang memulai shalat kecuali dengan dzikir’. Mereka menyangka bahwa maksud beliau adalah melafazhkan niat, padahal yang dimaksud tidak lain hanyalah takbiratul ihram.”

2.Ingat Ini..Ingat Itu !

Serangan kedua, setan akan mendatangi orang yang tengah mengerjakan shalat untuk mengingatkan urusan di luar shalat. Maka berapa banyak orang yang jasadnya mengerjakan shalat namun hatinya sibuk menghitung laba rugi perniagaan, mengingat barang yang telah hilang, atau bahkan urusan ‘kebaikan’ yang tidak ada hubungannya dengan shalat. Tidak heran jika usai shalat seseorang menjadi ingat letak barang yang mana ia telah lupa sebelumnya. Setan rela ‘membantu’ orang itu untuk mengingatkan dan menemukan barangnya kembali, asalkan shalat yang dikerjakan menjadi rusak dan tidak bermutu. Pernah di zaman salaf seseorang kehilangan barang, seseorang menyarankan agar ia mengerjakan shalat dan diapun segera melaksanakan shalat. Ajaib, usai shalat tiba-tiba dia beranjak dari tempatnya dan mengambil barang yang telah dia ingat letaknya ketika shalat. Diapun ditanya: “Apa yang Anda dapatkan ketika shalat?” Dia menjawab: “Aku mendapatkan bahwa setan mencuri perhatian saya dari shalat.” 

Ada yang terlalu asyik dengan khayalan dan pikirannya tentang urusan di luar shalat, hingga dia lupa sudah berapa rekaat yang telah dia kerjakan. Tentang godaan setan ini, Nabi SAW. bersabda:
“Jika adzan untuk shalat dikumandangkan, setan akan lari terbirit-birit sambil mengeluarkan bunyi kentutnya sehingga tidak mendengar adzan. Jika adzan telah usai diapun akan kembali menggoda. Ketika iqamah dikumandangkan setanpun akan lari hingga usai iqamah setan akan mendatangi orang yang shalat lalu membisikkan ke hati seseorang sembari berkata: ‘Ingat ini..ingat itu..’ setan mengingatkan apa-apa yang telah dia lupakan hingga seseorang tidak mengetahui berapa rekaat yang telah ia kerjakan.” (HR al-Bukhari) 

3.Ragu antara Kentut dan Tidak

Ada kalanya muncul dalam benak seseorang keraguan, apakah dia kentut ataukah tidak. Ini adalah keraguan yang dihembuskan oleh setan untuk mengacaukan shalat seseorang. Dia tidak lagi konsentrasi dengan shalatnya karena ragu, atau dia akan membatalkan shalatnya, lalu dia berwudhu dan memulai shalatnya lagi, lalu akan digoda lagi dengan cara yang sama. Sehingga untuk satu shalat dia bisa mengulangi tiga sampai empat kali berwudhu. Bisa dibayangkan, seandainya ada lima orang saja dalam satu masjid yang terkena godaan ini, niscaya cukup membuat kacau jama’ah yang lain.

Untuk menangkal godaan tersebut Nabi memberikan solusi dan informasi:
“Jika salah seorang di antara kalian mendapatkan yang demikian itu maka janganlah membatalkan shalatnya hingga dia mendengar suaranya dan mencium baunya tanpa ragu”. (HR Ahmad)

Di antara ulama ada yang menyebutkan bahwa hadits ini merupakan salah satu pengecualian dari hadits da’ ma yariibuka ilaa ma laa yariibuka, tinggalkan apa yang meragukan dan ambil sesuatu yang tidak meragukan. Dalam kasus ini kita dilarang membatalkan shalat kendati berada dalam keraguan antara kentut dan tidak, kecuali jika mencium bau kentut atau mendengar suaranya.

4.Mencuri Perhatian

Kita juga sering melihat atau bahkan mengalami sendiri menengok/melirik ketika shalat terkadang tanpa terasa karena terbiasa. Ini juga tak lepas dari serangan setan yang ingin merusak shalat kita. Nabi ditanya tentang orang yang menoleh ke kanan dan ke kiri, beliau menjawab:
“Itu adalah setan yang mencuri perhatian seorang hamba dari shalatnya.” (HR Al-Bukhari dan Abu Dawud)

Untuk menangkal serangan ini, hendaknya orang yang shalat berusaha menghadirkan hatinya, bahwa dia tengah berhadapan dengan Allah Yang Maha Berkuasa atas segalanya. Jika Anda malu atau takut menoleh ke kanan dan ke kiri ketika berbicara kepada pejabat, lantas bagaimana halnya jika Anda sedang berkomunikasi dengan sang pencipta dan Penguasa para pejabat itu? (Ar risalah & OneDay-OneJuz Community)