Setiap kali ada tugas keluar kota, saya selalu mempunyai masalah yang sama, "Sholat". Meskipun tetap menjalankan sholat, tetapi semua serba terburu-buru, susah tuma'ninah apalagi khusu'. Ketika waktu sholat tiba, seperti biasa, saya selalu sibuk bertanya pada rekan-rekan,"sudah sholat belum ?". Saya selalu terkesiap ketika mendapat jawaban rekan saya "Saya sudah sholat, sudah saya Qoshor / sudah saya Jama'..". Suatu saat saya berkata " Saya sengaja tidak belajar tata cara sholat Qoshor dan Jama', karena hati saya nggak sreg kalau nggak sholat biasa ". " Jangan begitu, Alloh menyunahkan seperti itu, kita diberi Rugshoh (dispensasi), kita diberi hadiah kenapa tidak kita ambil. Harus dibiasakan.." katanya panjang lebar. Jawaban itu sungguh diluar dugaan.
Dalam halaqoh yang saya ikuti, Pak Ustadz pun menjelaskan bahwa dengan melakukan Sholat Qoshor dan Sholat Jama', kita mendapatkan dua pahala sekaligus. Pahala melakukan yang wajib yaitu sholat dan Pahala melakukan yang Sunnah, yaitu meng-Qoshor / Jama' sholat.
Pengertian dan Dasar-dasar Hukum :
Sholat Qoshor
Sholat Qoshor adalah sholat yang diringkas diantara sholat fardhu, yang mestinya dilakukan empat roka’at menjadi dua roka’at saja. Dengan demikian yang bisa diqoshor dari kelima sholat fardhu adalah hanya dhuhur, ashar dan isya’ sedangkan maghrib dan shubuh tidak bisa diqoshor, tetap dilakukan sempurna roka’atnya.
Hukum sholat qoshor adalah boleh, bahkan lebih baik dilakukan bagi orang yang dalam perjalanan dengan memenuhi syarat-syaratnya. Sebagaimana firman Alloh dalam Al-Qur’an surat An-Nisa’ ayat 101 :
وَإِذَا ضَرَبۡتُمۡ فِى ٱلۡأَرۡضِ فَلَيۡسَ عَلَيۡكُمۡ جُنَاحٌ أَن تَقۡصُرُواْ مِنَ ٱلصَّلَوٰةِ إِنۡ خِفۡتُمۡ أَن يَفۡتِنَكُمُ ٱلَّذِينَ كَفَرُوٓاْۚ إِنَّ ٱلۡكَـٰفِرِينَ كَانُواْ لَكُمۡ عَدُوًّ۬ا مُّبِينً۬ا
Artinya : “Apabila kamu berjalan di muka bumi, maka tidak ada halangan bagi kamu mengqoshor (meringkas) sholat jika kamu takut dibinasakan oleh orang-orang kafir. Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah musuh kamu yang nyata” Dalam Hadits juga disebutkan :
“Telah bercerita Ya’la bin Umaiyah : “ saya telah berkata kepada Umar, Alloh berfirman “jika kamu takut”, sedangkan sekarang telah aman (tidak takut lagi), Umar menjawab, saya heran juga sebagaimana engkau, maka saya tanyakan kepada Rosululloh, dan Beliau menjawab : Sholat Qoshor itu sedekah yang diberikan Alloh kepada kamu, maka terimalah olehmu sedekah-Nya (pemberian-Nya)” (HR. Muslim)
Dalam Hadits lain :
“Dari Ibnu Mas’ud Ra berkata : Saya sholat bersama Nabi dua roka’at dua roka’at, sholat bersama Abu Bakar dua roka’at dua roka’at”.
“Ibnu Umar Ra berkata : Saya bepergian bersama Nabi, Abu Bakar, Umar. Mereka melaksanakan sholat dhuhur dan ashar dengan dua roka’at dua roka’at”.
Syarat Sah Sholat Qoshor :
a. Perjalanan yang dilakukan itu bukan maksiat (terlarang), adakalanya perjalanan wajib seperti pergi untuk melaksanakan haji atau perjalanan sunnah seperti pergi untuk tugas kedinasan, bersilaturrahim, ziarah, atau juga perjalanan mubah seperti pergi untuk berdagang.
b. Perjalanan itu berjarak jauh, yaitu terhitung kurang lebih sekitar 80,640 km atau lebih (perjalanan sehari semalam). Sebagian Ulama’ berpendapat bahwa tidak disyaratkan perjalanan jauh, yang penting dalam perjalanan jauh ataupun dekat. Sebagaimana dalam hadits disebutkan :
“Dari Syu’bah, katanya : saya telah bertanya kepada Anas tentang mengqoshor sholat. Jawabannya : “Rosululloh SAW, apabila beliau berjalan tiga mil (80,640 km) atau tiga farsakh (kira-kira 25,92 km), beliau sholat dua roka’at” (HR. Ahmad, Muslim dan Abu Dawud)”.
c. Sholat yang diqoshor adalah sholat yang adaan (tunai), bukan sholat qodho’. Adapun sholat yang ketinggalan diwaktu perjalanan boleh diqhosor kalau memang diqodho dalam perjalanan, tetapi sholat yang ketinggalan sewaktu mukim tidak boleh diqodho dengan qoshor sewaktu dalam perjalanan.
d. Berniat qoshor ketika takbirotul ihram.
e. Berniat sholat qoshor ketika berada di luar dari desanya.
Sholat Jama’
Hukum sholat jama’ ini diperkenankan bagi orang yang dalam perjalanan dengan syarat-syarat yang tersebut pada sholat qoshor.
Sholat yang boleh dijama’ hanya antara dhuhur dengan ashar dan antara maghrib dengan isya’, adapun sholat shubuh tetap wajib dikerjakan pada waktu dan tanpa dikumpulkan dengan sholat yang lain.
Sholat jama’ artinya sholat yang dikumpulkan. Yang dimaksudkan adalah dua sholat fardhu yang lima itu dikerjakan dalam satu waktu, umpamanya sholat dhuhur dan ashar dikerjakan diwaktu dhuhur atau diwaktu ashar. Sholat Jama’ ini terbagi atas dua macam dilihat dari pelaksanaan pengumpulan sholat tersebut.
Sholat Jama’ Taqdim
Jama’ taqdim adalah mengumpulkan dalam satu antara sholat dhuhur dengan ashar dilakukan pada waktu dhuhur (waktu sholat yang pertama), dan mengumpulkan dalam satu waktu antara sholat maghrib dan isya’ dilakukan pada waktu maghrib (waktu sholat yang pertama). Sebagaimana hadits Nabi :
“Dari Mu’adz bin Jabal Ra berkata : kami keluar bersama Nabi SAW dalam perang Ghozwah (perang yang dihadiri oleh Nabi), maka ketika itu Nabi SAW mengumpulkan sholat dhuhur dengan sholat ashar serta sholat maghrib dengan sholat isya’…”
Adapun syarat jama’ taqdim ada 3 macam, yaitu :
1. Diharuskan untuk mengerjakan sholat yang pertama, yaitu seperti mengumpulkan sholat dhuhur dan ashar dilakukan pada diwaktu dhuhur dengan cara mendahulukan sholat dhuhur daripada sholat ashar. Karena waktu tersebut adalah milik sholat yang pertama.
2. Berniat jama’ pada takbirotul ihram sholat yang pertama atau ditengah-tengah sholat pertama (menurut qoul Adzhar). Jadi tidak diperkenankan berniat jama’ setelah salam sholat yang pertama.
3. Kedua sholat yang dikumpulkan tersebut harus terus menerus (tidak dipisah), seolah-olah satu rangkaian sholat. Jadi begitu selesai selesai melakukan sholat yang pertama segera melakukan sholat yang kedua. Kalau sampai terpisah yang dianggap lama maka bisa dianggap tidak sah sholat jama’nya.
Sholat Jama’ Ta’khir
Jama’ Ta’khir adalah mengumpulkan dalam satu antara sholat dhuhur dengan ashar dilakukan pada waktu ashar (waktu sholat yang kedua), dan mengumpulkan dalam satu waktu antara sholat maghrib dan isya’ dilakukan pada waktu isya’ (waktu sholat yang kedua). Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW :
“Dari Anas, ia berkata : “Rosululloh SAW apabila berangkat dalam perjalanan sebelum tergelincir matahari, maka beliau ta’khirkan sholat dhuhur ke waktu ashar, kemudian beliau turun (berhenti) untuk menjama’ keduanya (dhuhur dan ashar). Jika telah tergelincir matahari sebelum beliau berangkat, maka beliau sholat dhuhur dahulu kemudian baru beliau naik kendaraan” (HR. Bukhori dan Muslim)”
“Dari Mu’adz : “bahwasanya Nabi SAW dalam peperangan tabuk, apabila beliau berangkat sebelum tergelincir matahari, beliau ta’khirkan dhuhur hingga beliau sholat untuk keduanya (dhuhur dan ashar diwaktu ashar) dan apabila beliau berangkat sesudah tergelincir matahari, beliau kerjakan sholat dhuhur dan ashar sekaligus, kemudian beliau berjalan. Apabila beliau berjalan sebelum maghrib, beliau ta’khirkan maghrib hingga beliau lakukan sholat maghrib beserta isya’, dan apabila beliau berangkat sesudah waktu maghrib beliau segerakan isya’, dan beliau sholatnya isya’ beserta maghrib” (HR. Ahmad, Abu Dawud dan Tirmidzi)”
Adapun Syarat Jama’ Ta’khir :
1. Berniat di waktu sholat yang pertama bahwa ia akan melaksanakan sholat yang pertama itu diwaktu sholat yang kedua, supaya ada maksud yang keras akan melaksanakan sholat yang pertama itu di waktu yang kedua dan tidak ditinggalkan begitu saja.
2. Tidak disyaratkan dalam pelaksanaan harus berurutan, dalam artian misalkan yang dijama’ ta’khir itu adalah sholat dhuhur dan ashar, maka bebas melaksanakannya apakah yang didahulukan sholat ashar ataukah sholat dhuhur dulu (dalam waktu luang), kalau waktunya mendekati pergantian sholat maka yang didahulukan adalah sholat yang mempunyai waktu itu.
3. Menurut qoul tidak usah niat jama’ ketika dalam melaksanakan sholat karena sudah diniati.
4. Tidak wajib untuk berturut-turut atau menyambung, jadi setelah melaksanakan satu sholat tidak disyaratkan untuk melaksanakan sholat kedua.
Boleh pula melaksanakan sholat jama’ bagi orang yang menetap (tidak dalam perjalanan) dikarenakan hujan yang amat deras dengan beberapa syarat yang berlaku sama dengan syarat jama’ dalam waktu perjalanan. Namun ada beberapa syarat tambahan yang harus dipenuhi, yaitu :
1. Disyaratkan hujannya berada diwaktu sholat yang pertama dan diawal sholat yang kedua.
2. Sholat yang kedua itu berjamaah ditempat yang jauh dari rumahnya, serta ia mendapatkan kesukaran untuk pergi ke tempat itu karena hujan. (Bagi orang yang terbiasa sholat berjama’ah).
3. Kondisi hujan dianggap deras ketika melakukan salam sholat yang pertama menurut qoul shohih. (Sholat jama’ taqdim).
4. Disyaratkan hujan tersebut dapat membuat pakaiannya basah kuyup begitu juga sandalnya.
Waktu yang diperbolehkan untuk melakukan sholat Qoshor dan jamak adalah 3 hari berturut-turut, artinya selama tiga hari dalam kepentingan tersebut kita boleh mengqhosor atau men jamak sholat kita.
Wallohu'alam bisshowab........