Lahirkan Mujahid dan Hafidz al-Qur’an
Berawal dari taman pendidikan al-Qur’an (TPA), Isy Karima berkembang menjadi sebuah pondok pesantren. Isy Karima memadukan pendidikan modern layaknya madrasah aliyah (MA) pada umumnya dengan metode salafiyah.
Bagi sebagian warga Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, nama Pondok Pesantren Isy Karima mungkin sudah tidak asing lagi. Selain memiliki bangunan yang terbilang sangat mewah untuk ukuran pondok pesantren, Isy Karima telah melahirkan santri yang fasih al-Qur’an dan bahasa Arab. Tak sulit menemukan pesantren yang berlokasi di Dukuh Pakel, Desa Gerdu, Kecamatan Karangpandan tersebut. Sebab, ia terletak di tepi jalur utama Solo-Karangpandan. Komplek Isy Karima berdiri megah di wilayah perbukitan lereng Gunung Lawu.
Pondok pesantren khusus santri putra tersebut berdiri pada 1991. Awalnya, hanya sebuah taman pendidikan al-Qur’an (TPA) tapi santrinya diinapkan. Kemudian berkembang menjadi pondok pesantren yang sekarang dihuni sekitar 125 santri. Isy Karima memadukan pendidikan modern layaknya madrasah aliyah (MA) pada umumnya dengan metode salafiyah atau santri yang diharuskan mengikuti sistem asrama. ”Semua santri laki-laki,” kata Direktur Ma’had Tahfidzul Qur’an Isy Karima, Syihabuddin Lc.
Tak hanya itu, para santri tak hanya memperoleh pendidikan formal maupun agama tapi juga keterampilan fisik seperti olahraga berkuda, beladiri, serta panjat tebing. Di bidang lainnya yang sangat menonjol adalah penguasaan kurikulum eksakta seperti fisika dan matematika.
Seperti umumnya pondok pesantren, pengelola menerapkan jadwal yang ketat bagi santri. Selepas shalat Shubuh, mereka sudah diharuskan menghafal al-Qur’an hingga pukul 06.30 pagi. Setelah itu mereka diizinkan bersantai sejenak sambil menyiapkan materi untuk pelajaran formal yang akan berlangsung hingga pukul 13.35 WIB. Usai istirahat sejenak, selepas sembahyang Ashar santri sudah kembali disibukkan dengan hafalan al-Qur’an hingga Maghrib.
Menurut Syihabuddin, untuk memperkaya keahlian santri, pengelola memberikan materi mengenal dan memahami bahasa Arab kepada siswa kelas I atau kelas persiapan. Selain itu, mereka juga memperoleh materi Ma’had Aly Tahfidzul Qu’ran dan materi pendidikan untuk para dai. Sedangkan santri kelas atas diberi kesempatan untuk praktik kerja lapangan di sejumlah daerah. Dengan cara tersebut, santri lulusan Isy Karima banyak yang sudah menjadi dai di sejumlah wilayah. Ma’had Isy Karima mempunyai visi: Mencetak Hafizh Qur’an yang berjiwa dai dan mujahid.
Sejarah berdiri
Ma’had Isy Karima pada mulanya merupakan gagasan para pengurus Yayasan Isy Karima untuk mendirikan TPA dengan santri diasramakan, yang kemudian berkembang menjadi pondok pesantren. Pendirian ma’had ini diprakarsai oleh para alim ulama Solo dan dr Tunjung S Soeharso sebagai ketua yayasan. Adapun tingkat pendidikan yang dicita-citakan adalah pendidikan setingkat SLTA dengan harapan lulusannya bisa melanjutkan ke perguruan tinggi terutama perguruan tinggi di Timur Tengah. Tapi karena keterbatasan waktu dan gerak para pengurus yayasan, maka angan-angan tersebut belum dapat terwujud. Sehingga muncullah inisiatif dari pengurus yayasan sendiri untuk berbuat sesuatu berupa, “Proyek Penyelamatan Umat”.
Dalam situs Isy Karima disebutkan, bahwa di dekat masjid ma’had terdapat sebuah rumah kosong yang luas tanahnya sekitar 1.000 m2 dalam status dikuasai oleh sebuah bank. Kelak rumah ini dijual dengan cara dilelang. Tak berapa lama, akhirnya rumah tersebut menjadi milik Yayasan Sosial Isy Karima yang sekarang menjadi gedung TPA dan Madrasah Diniyah Bilal bin Rabah. Sesudah rumah tersebut resmi dimiliki oleh Yayasan Sosial Isy Karima, maka Yayasan segera memikirkan pemanfaatannya dengan berbagai pertimbangan dan saran, baik dari tim penasihat Yayasan yang terdiri dari Ust. Ahmad Husnan Lc, Ust. Muzayyin Abdul Wahhab Lc, Ust. Suwardi Effendi Lc (rahimahullah), dan Ust. Muhammad Ilyas Lc, serta Dewan Dakwah Islamiyyah Indonesia (DDII) Perwakilan Jawa Tengah akhirnya diputuskan untuk menyelenggarakan pendidikan berupa Ma’had Tahfizhul Qur’an dengan pertimbangan bahwa hal tersebut besar manfaatnya untuk umat, sesuai tuntunan dan tidak memerlukan persiapan yang terlalu berat.
Untuk mewujudkan semua itu maka dibentuklah tim pekerja yang ditugasi Yayasan untuk menindaklanjuti program tersebut. Program ini diketuai oleh KH Wahyuddin dibantu para pengurus DDII Perwakilan Jawa Tengah dan sebagian santri diniyah putra binaan Yayasan Isy Karima angkatan I. Sesudah melalui perjuangan dan usaha yang melelahkan, berdirilah Ma’had Tahfizhul Qur’an Isy Karima angkatan I dengan masa pendidikan dua tahun dengan beasiswa penuh, yang santri-santrinya adalah lulusan SLTA atau yang sederajat dengan program Ma’had ‘Aly Tahfizhul Qur’an Isy Karima di bawah bimbingan KH. Wahyuddin, Ust. Eman Badru Tamam Lc dan Ust. Syihabuddin AM.
Pada bulan Syawwal 1419 H atau bertepatan bulan Januari 1999, proses pendidikan sudah dapat dimulai untuk angkatan pertama dengan jumlah santri 16 orang. Jejak perjalanan Isy Karima terbilang lancar. Sesuai dengan rencana semula, yaitu ingin mendirikan pendidikan setingkat SMU, maka pada Juli 2000 dengan berbagai perjuangan akhirnya dapat diwujudkan dalam bentuk Madrasah Aliyah Tahfizhul Qur’an Program Khusus (MATIQ PK) yang dipimpin Eman Badru Tamam Lc. Adapun lama pendidikannya adalah empat tahun.
Dai berkualitas
Sementara itu, Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiyyah Indonesia (DDII) KH Syuhada Bahri yang melakukan muhibah ke Solo, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu menyempatkan diri mengunjungi Isy Karima. Dia sempat memberi tausyiah pada acara pelepasan santri Madrasah Aliyah Ma’had Tahfizhul Qur’an Isy Karima yang ke-6.
Dalam tausyiahnya, Syuhada Bahri menegaskan bahwa sekarang ini sedang terjadi fenomena meningkatnya kemungkaran dan kemaksiatan yang pada akhirnya menjadi penyebab terjadinya banyak bencana. Allah SWT sudah menegaskan dalam al-Qur’an Surat Al-Isra’ ayat 58: “Dan tidak ada suatu negeri pun (yang paling durhaka penduduknya), melainkan Kami membinasakannya sebelum hari Kiamat atau Kami siksa (penduduknya) dengan siksa yang sangat keras. Yang demikian itu telah tertulis di dalam Kitab (Lauh Mahfuzh)”
Kenyataan yang demikian itu, kata Syuhada, tak boleh kita biarkan saja. Kita tidak boleh berdiam diri. Kita harus tetap terus menerus melaksanakan kegiatan dakwah amar ma’ruf nahi munkar yang diarahkan untuk bisa melahirkan manusia-manusia yang beriman dan bertakwa. Untuk mencapai itu harus dengan kegiatan dakwah yang serius, meliputi kerja keras dan kerja cerdas. Artinya seluruh aktivitas dan kegiatan dakwah harus sudah memiliki planning, kurikulum, dan silabus yang matang. ”Dari Ma’had Isy Karima inilah barangkali akan lahir dai-dai berkualitas yang akan memperbaiki keadaan umat sesuai dengan perkembangan zaman,” kata Syudaha.
tata septayuda purnama
Kurikulum MATIQ
MATIQ ISY KARIMA adalah unit pendidikan setingkat SLTA atau yang sederajat yang diperuntukkan kepada siswa (khusus putra) lulusan SLTP atau yang sederajat untuk dididik dan dibina menjadi kader ulama yang hafizh, memahami dasar-dasar ilmu syar’i dan ilmu pengetahuan umum serta berakhlakul karimah.Unit ini menerima calon santri yang mampu baca tulis Al-Qur’an dengan baik dan berbahasa arab minimal pasif (diutamakan aktif) serta memiliki ghiroh tafaqquh fiddin dan memiliki potensi di bidang Matematika dan IPA. Masa pendidikan selama 4 (empat) tahun, tahun pertama program Takhossus (TKS) dan tiga tahun berikutnya program Aiyah.
Unit ini memadukan empat kurikulum, yaitu ; kurikulum Kemenag, kurikulum Depdiknas, kurikulum tahfizh dan kurikulum kepondokan termasuk di dalamnya bahasa Arab dan Inggris.
MATIQ ISY KARIMA mendapatkan akreditasi dari Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah Nomor : 000608 pada tanggal 12 Desember 2007 dengan status terakreditasi A NPSN : 20312430.
STRUKTUR PROGRAM PENGAJARAN
STANDAR KEBERHASILAN MATIQ
Keunggulan
- Tahfizh 30 Juz
- Kurikulum terpadu (Tahfizh, Kepondokan, dan Kemenag)
- Kelas Ideal
- Berkesempatan mengikuti PMDK
- Laboratorium IPA dan Komputer
- Ekstrakurikuler : Berkuda, Memanah, Renang, Beladiri, dan SAPALA