Biarkan air mata ini mengalir bersama dengan dosa-dosa yang teringat. Lelapkan semua kesemuan dunia yang hanya sementara. Bukalah sedikit matamu untuk melihat dunia yang abadi, telungkupkanlah tanganmu untuk memberi... Berikan senyummu agar orang lain merasakan kabahagiaanmu... mari lukis perasan hati mencintaiNya dengan keimanan dan ketakwaan. Bismillah...

Rabu, 15 Februari 2012

Positive value of Fairy Tales

By. Majid’s Father

    One of  the news from The Jakarta Post  to day gave me inspiration to write an article. And I took  the topic about “ Are Fables  relevant  to be told to our children in today ?”

   My sons are student . The old one, his name’s Dixa, Fifth grade of  Elementary in YPK, and the younger brother's name Majid, is student from Pre elementary (kindergarten) . When I told about tale fable to them. Definitely, one of them says “Is the animal same with people, can they speak, dad  ?”.
Some day, the younger saw TV advert about  Pepsodent ( Irgi Fahrezy and the kid ). He  looked like a complaint, and then said “ Does the monkey can  talk?, it’s non sense.”
   In the past, when I studied in Elementary  School, about 30 years ago. I think the tale fables, like  “ Kancil dan Buaya”, " Kancil dan Pak Tani",“Si Udang bungkuk” are  very popular to us. The els, stories of Cinderela. I think  that stories are the same as the “Timun Emas”, right ?. Cinderella sneaks out in a wooden carriage at night to escape a bad home life, while kindhearted Snow White does the dirty work for a bunch of strangers, until a prince comes along to sweep her off her feet.
   These are some of the most popular characters of fairy-tales, but are they still relevant in today’s changed world ?. How about Indonesian classic, tale of stories “ Bandung Bondowoso”,” Lutung Kasarung” and so on.
Children are always fascinated by stories, and if told properly, their facial expressions and gestures will follow the flow of a story, using their imagination and inviting different emotional expressions.  
Children’s fascination in stories has encouraged parents, and even teachers, to tell or make up stories to teach them certain values in life.

   There are good news, Even the Corruption Eradication Commission (KPK) published story books to teach nine important values crucial to form an anticorruption mentality in children.  
The nine values are : Cooperation, Fairness, Responsibility, Care, Honesty, Discipline, Courage, Perseverance and Modesty — are taught through a fable for kindergarten students.
The KPK believed that the fable could serve as a better alternative to a popular folktale, titled Si Kancil Mencuri Ketimun  (A Mouse-Deer Stealing Cucumbers), which it has long criticized for failing to deliver an anticorruption idea to children.

What do you think about it’s, are you agree ....???

  Director of education and community service,Dedi A. Rachim says,  “I think there is a little contradiction in the old story of the mouse deer. The mouse-deer stole [cucumbers], but at the end of the story, it is treated as a hero act,”.
Across the country, there are countless children stories but the Kancil stories are very popular. The most popular version tells of a hungry mouse-deer that repeatedly stole cucumbers in a farmer’s garden. Angry, the farmer put up a scarecrow smeared by strong glue to trap the mouse-deer and the trick worked well. The farmer, who intended to cook the mouse-deer, locked it in a cage and ordered his dog to guard it.
In a desperate attempt to save its life, the mouse-deer tricked the dog and freed itself.

   In a way, Kancil has some bad sides, Sly (licik), annoying (menjengkelkan) ,but it’s also smart in looking for a solution to solve a problem. It depends on how we retell the story. Of course, We can take moral values from folklores, but they don’t directly make us moralists.

Now, what  point will we take from a tale to your children ?

Action in storytelling might be interesting and amusing for children, but a clear plot was more important because it was the key to ensure children’s understanding.

In fact, stories could serve as effective teaching media as well as entertainment, where it is enjoyed and appreciated. Depend. …………………………………….( Majid’s father / inspired by  “fairy tales”)

Jumat, 03 Februari 2012

S a b a r .....!!

Ketika Sabar (harus) tidak ada Batasnya…..!!!
Oleh : Abu Majid 
 
Selasa sore pukul 17.15 wita:
    Dengan gontai kususuri lorong Rumah Sakit yang sedikit lengang, jam segini pengunjung rumah sakit tinggal satu dua orang terlihat. Tak seperti biasa ketika aku  kerumah sakit ini, hari ini tak satupun orang-orang yang berpapasan denganku disepanjang pintu gerbang hingga ruangan paling ujung rumah sakit ini yang kukenal. Ada perasaan aneh yang menjalari sekujur tubuhku, bahkan ketika sampai diujung salah satu ruangan dimana beberapa orang duduk sambil berbincang-bincang dadaku semakin berdebar kencang. Ruangan itulah yang kutuju dan beberapa diantara mereka adalah rekan-rekan lamaku, sebagian aku tak mengenalnya. Seperti halnya denganku, mereka ingin membezuk Pak Budi dan Pak Mukri yang sabtu kemarin mengalami kecelakaan. Aku sedikit canggung karena jarang bertemu mereka.
    Setelah sedikit basa-basi dan bertanya perkembangan rekan yang dirawat, seorang teman segera mengajakku bersama-sama untuk masuk ruangan. Perasaanku masih tak menentu, bahkan kakiku terasa kian tambah berat ketika memasuki ruangan itu, dadaku terasa sesak tiba-tiba. Mungkin karena seumur-umur aku memang belum pernah masuk ruangan”angker” yang bernama ICU. Terlebih ketika aku menyaksikan kondisi Pak budi dan Pak Mukri, seperti yang diceritakan teman_teman, musibah yang mereka berdua alami benar-benar menggiriskan hati. Aku dapat merasakan seperti apa tanggungan beban yang harus dihadapi mereka berdua  pun dengan  keluarganya. Tentu banyak hal yang bisa dipetik dari musibah ini. Mengingatkan kembali kepada kita bahwa apapun bisa terjadi atas kehendaknya. Rasulullah pun selalu mengingatkan akan hal itu. Beliaupun senantiasa mengunjungi kaum Muslimin yang sedang mengalami musibah. Keberadaan teman-teman diruang ini, demikian juga aku adalah meneladani Rasululloh. Tujuanya sama, ingin memberi spirit kepada mereka yang sedang menderita, memberi dorongan dan motivasi. Selain itu arti kunjungan yang kita lakukan ketika ada kerabat,teman yang mengalami musibah adalah sebagai bentuk keperdulian kepada sesama.
    Aku tak mampu berbuat apa-apa, bahkan untuk sekedar bertanyapun aku tak bisa memilih kata-kata yang tepat. Mataku bergantian memandang pada dua rekan yang  tergolek pada dua tempat terpisah, peralatan –peralatan medik tersambung pada tubuh tubuh mereka. mata saya ikut mengamati peralatan yang ada disekitar teman saya itu,tak dapat dibayangkan bagaimana rasanya selang-selang kecil itu menancap pada kulit kemudian menembus daging. Dari satu rekan saya beranjak menuju ruangan sebelah dimana rekan yang lain tergolek dalam keadaan tidak sadarkan diri, sang istri dengan suara lirih dan parau menyenandungkan ayat-ayat AlQur’an dengan haraan memberi kekuatan kepada sang suami, suaranya kadang tersekat pertanda beratnya beban yang menghimpit dan mungkin sudah tak terhitung sebearrapa banyak air mata yang terkuras oleh kejadian itu. Semoga alloh memberi kesabaran padamu, do’aku. Kala kita menerima musibah, tentulah setiap kita akan berharap segera berlalu.
Jum’at Pagi, 03 Februari 2012 :
   Hampir seminggu sudah kejadian yang dialami Pak Budi dan Pak Mukri. Semua rekan, kerabat apalagi keluarga tentu sangat berharap ada perkembangan yang baik pada beliau berdua. Tak terkecuali Aku, maka disela-sela kesibukan ku sempatkan mengontact rekan di departemen  Ammonia untuk menanyakan kondisi terakhir Pak Budi dan Pak Mukri.”Siang ini Pak Budi akan diterbangkan kejakarta, sedangkan Pak Mukri  kondisinya sudah lebih baik dan sudah dipindahkan ke ruang perawatan.” .kata salah satu rekan. Sayangnya belum jelas dirumah sakit mana Pak Budi akan dirawat. Tentu suatu khabar yang menggembirakan untuk keluarga dan sahabat-sahabat beliau, karena sampai tadi malam pihak rumah sakit belum dapat mengambil keputusan  memberangkatkan Pak Budi untuk menjalani perawatan di Jakarta, mengingat kondisi Pak Budi yang tidak memungkinkan.

Jum’at sore, sekitar jam 17.00:  
   Ada satu pesan singkat di HP ku yang bunyinya,” Sore ini Sdr.Budi Indoyo langsung dibawa ke rumah sakit Mayapada ,Tangerang, mohon do’a restu dari rekan-rekan sekalian agar keadaan sdr.Budi Indoyo segera pulih seperti sedia kala”. Ternyata SMS tersebut dikirim oleh Pak Atang, Lha..Pak Atang yang notabene orang Jakarta malah lebih tahu informasi tersebut dari pada aku yang dibontang. Pak Atang sudah cukup lama pindah dari Ammonia 2, namun ternyata beliau begitu peduli dengan mantan anak buahnya. Bahkan beliau memohonkan do’a kepada rekan-rekan lain.

Dalam percakapan sehari-hari, kita sering mendengar orang yang berkeluh kesah tentang kesulitan yang dihadapinya apakah karena urusan anak, istri, suami ataupun tantangan dan ujian kehidupan yang dijalani.
“Saya sudah berusaha sabar. Tapi sabar khan ada batasnya. Kalau sudah begini saya tidak bisa terima.”
Itulah petikan kalimat yang kadang kita dengar ketika kesabaran diuji sampai batas akhirnya.
Apakah kesabaran memang ada batasnya?. Kita memang jauh jika disbanding dengan Nabi dan orang-orang sholeh terdahulu, baik dalam segi keimanan, ketabahan maupun kesabaran. Namun disitulah kita dapat mengambil sebuah pelajaran, bahwa ujian yang ditimpakan pada mereka jauh lebih dasyat disbanding apa yang mungkin pernah kita alami.
Jadi, Jika kita lihat kehidupan Nabi Muhammad SAW dan orang-orang sholeh lainnya, akan didapatkan kesamaan bahwa kesabaran “seharusnya” tidak berbatas. Segala ujian dan tantangan kehidupan dijalani dengan penuh keberanian, keyakinan, dan kesabaran.
Sabar adalah sabar. Jika sabar itu hanya sampai batas tertentu, maka sebenarnya ia bukanlah sabar.
Karena itu, tugas kita adalah untuk belajar sabar atas segala sesuatu yang Allah hadirkan dan hadapkan. Hal ini terkait dengan sikap kerelaan atas seluruh kejadian baik menyenangkan atau tidak karena suatu kesadaran ada Tangan Allah yang bekerja di sana.
Suatu hari, mungkin akan ada orang yang menghina dengan sangat kasarnya, kesulitan hidup yang tak kunjung selesai meski telah berkali-kali dicari jalan keluarnya, dimusuhi oleh orang lain sehingga tidak memiliki seorangpun teman untuk berbagi, atau harapan demi harapan akan sesuatu yang tak kunjung menjadi kenyataan. Ketika sabar kita hampir mencapai puncaknya, pastilah kita berharap bahwa ujian kita sudah pada puncaknya pula, ketika ternyata ujian tersebut masih berputar dan bertambanh menyengsarakan hati, maka tahulah bahwa batas kesabatran yang kita miliki telah sampai pada limitnya.
Tak dipungkiri, setiap kita akan merasa menjadi paling menderita sedunia ketika mengalami sebuah cobaan, dan orang lain seakan dengan mudah mengatakan “ bersabarlah”.
Manusia akan selalu diuji dengan berbagai bentuk kejadian maupun sikap orang-orang di sekitarnya yang menuntut kesabaran sampai dia menyadari bahwa diri ini memang belum bisa bersabar. Sampai akhirnya Allah akan mengajarkan arti kesabaran yang sesungguhnya. Saat itulah Allah akan menghampiri dan membimbing untuk mengenalkan sabar pada tingkat yang berikutnya. Sampai akhirnya semoga kita dapat mencontoh sikap sabar orang-orang yang Dia kasihi. Dan Allah berkenan menganugerahkan dan menanamkan sifat sabar di dalam diri. Pada saat itulah kita akan mengatakan “Sabar memang tidak ada batasnya.”

Note :.
مَنْ عَظَمَتْ مُصِيْبَتُهُ فَلْيَذْكُرْ مُصِيْبَتِي، فَإِنَّهَا سَتَهَوَّنُ عَلَيْهِ مُصِيْبَتُهُ
Artinya :“Siapa saja yang terasa berat ketika menghapi musibah, maka ingatlah musibah yang menimpaku. Ia akan merasa ringan menghadapi musibah tersebut.

Hadist tersebut mengingatkan bahwa ternyata, musibah orang yang lebih sholih dari kita memang lebih berat dari yang kita alami. Sudah seharusnya kita tidak terus larut dalam kesedihan.

Semakin Kuat Iman, Memang Akan Semakin Terus Diuji
Dari Mush’ab bin Sa’id -seorang tabi’in- dari ayahnya, ia berkata,
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلاَءً
Wahai Rasulullah, manusia manakah yang paling berat ujiannya?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
« الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِى دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِىَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَمَا يَبْرَحُ الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِى عَلَى الأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ »
Para Nabi, kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi. Seseorang akan diuji sesuai dengan kondisi agamanya. Apabila agamanya begitu kuat (kokoh), maka semakin berat pula ujiannya. Apabila agamanya lemah, maka ia akan diuji sesuai dengan kualitas agamanya. Seorang hamba senantiasa akan mendapatkan cobaan hingga dia berjalan di muka bumi dalam keadaan bersih dari dosa.
 Di Balik Musibah, Pasti Ada Jalan Keluar
Dalam surat Alam Nasyroh, Allah Ta’ala berfirman,
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyroh: 5)
Ayat ini pun diulang setelah itu,
إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyroh: 6)
Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di mengatakan, “Kata al ‘usr (kesulitan) menggunakan alif-lam dan menunjukkan umum (istigroq) yaitu segala macam kesulitan. Hal ini menunjukkan bahwa bagaimana pun sulitnya, akhir dari setiap kesulitan adalah kemudahan.”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَأَنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً
Bersama kesulitan, ada kemudahan.
 Merealisasikan Iman adalah dengan Bersabar
‘Ali bin Abi Tholib mengatakan,
الصَّبْرُ مِنَ الإِيْمَانِ بِمَنْزِلَةِ الرَّأْسِ مِنَ الجَسَدِ، وَلَا إِيْمَانَ لِمَنْ لاَ صَبْرَ لَهُ.
Sabar dan iman adalah bagaikan kepala pada jasad manusia. Oleh karenanya, tidak beriman (dengan iman yang sempurna), jika seseorang tidak memiliki kesabaran.
Musibah Awalnya Saja Terasa Sulit, Namun Jika Bersabar akan Semakin Mudah
Hudzaifah ibnul Yaman mengatakan,
إِنَّ اللهَ لَمْ يَخْلُقْ شَيْئاً قَطٌّ إِلاَّ صَغِيْراً ثُمَّ يَكْبَرُ، إِلاَّ المصِيْبَة فَإِنَّهُ خَلَقَهَا كَبِيْرَةً ثُمَّ تَصْغُرُ.
Sesungguhnya Allah tidaklah menciptakan sesuatu melainkan dari yang kecil hingga yang besar kecuali musibah. Adapun musibah, Allah menciptakannya dari keadaan besar kemudian akan menjadi kecil.
 Allah menciptakan segala sesuatu, misalkan dalam penciptaan manusia melalui tahapan dari kecil hingga beranjak dewasa (besar) semacam dalam firman Allah,
هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ يُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوا أَشُدَّكُمْ ثُمَّ لِتَكُونُوا شُيُوخًا
Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua.” (QS. Ghofir: 67)
Namun untuk musibah tidaklah demikian. Musibah datang dalam keadaan besar, yakni terasa berat. Akan tetapi, lambat laun akan menjadi ringan jika seseorang mau bersabar.
Bersabarlah Di Awal  Musibah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّمَا الصَّبْرُ عِنْدَ الصَّدْمَةِ الأُولَى
Yang namanya sabar seharusnya dimulai ketika awal ditimpa musibah.
Itulah sabar yang sebenarnya. Sabar yang sebenarnya bukanlah ketika telah mengeluh lebih dulu di awal musibah.
Pahala Orang yang Mau Bersabar Tanpa Batas
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Sesungguhnya orang-orang yang bersabar, ganjaran bagi mereka adalah tanpa hisab (tak terhingga).” (QS. Az Zumar: 10).