Biarkan air mata ini mengalir bersama dengan dosa-dosa yang teringat. Lelapkan semua kesemuan dunia yang hanya sementara. Bukalah sedikit matamu untuk melihat dunia yang abadi, telungkupkanlah tanganmu untuk memberi... Berikan senyummu agar orang lain merasakan kabahagiaanmu... mari lukis perasan hati mencintaiNya dengan keimanan dan ketakwaan. Bismillah...

Jumat, 27 Mei 2011

Antara Dua Dunia yang Berbeda.....!!

Oleh : Abu Majid

    “Mi…., Abi mau kuliah lagi boleh nggak ? semua rekan-rekan dikantor yang background nya diploma udah pada lanjut lagi kuliah ke jenjang sarjana  lho…!! “ kataku kemarin malam ketika sedang santai dimeja makan sambil menonton televisi. Istriku hanya diam sesaat tanpa ekspresi, kemudian pandanganya malah beralih pada layar televisi, seolah tak mendengar perkataanku. Aku hafal betul sifat istriku,jika ia tak tertarik untuk membahasnya saat itu, maka ia akan diam. Dan lebih suka membahas hal lainya.
     Beberapa saat lalu seorang sahabat memberi masukan padaku, agar aku melanjutkan kuliah ke jenjang Sarjana. Aku memang punya background pendidikan diploma, namun di perusahaan tempatku bekerja ijazah yang diakui adalah SLTA, karena memang ketika pertama kali bergabung aku memakai ijasah SLTA. Ya..terkadang memang merasa sayang juga, apalagi aku mempunyai Index Prestasi yang lumayan bagus : 3,7 dan dinobatkan sebagai wisudawan terbaik ke 2 kala itu. Namun tentu saja bukan karena itu sahabatku menyarankan aku kuliah lagi, tetapi lebih kepada kewajiban yang tiada batas bagi seorang muslim untuk menuntut ilmu. “ Selain untuk menambah ilmu dan wawasan kita juga akan menyemangati anak-anak kita dalam belajar, bukankah Tholabul ‘ilmi faridhotun ‘alaa kulli muslimin wal muslimat minal mahdi ilal lahdi kata sahabatku menukil sebuah hadist Rasululloh SAW.
     Satu sahabatku ini memang luar biasa, patut dijadikan panutan. Bagaimana tidak, kariernya diperusahaan melesat begitu cepat, seluruh putranya ‘hampir’ jadi orang semua. Yang diucapkannya bukan hanya teori belaka, tapi karena pengalamannya. Makanya apa yang dikatakanya selalu menjadi pertimbanganku. Meski demikian bukan berarti tahlid ‘buta’ ya, bukankah tahlid itu diharamkan, dan bukankah tak ada yang sempurna didunia ini, kecuali DIA. Hanya saja memang ( mau tak mau harus kuakui ) bahwa setiap pembicaraanya selalu mampu membuatku “manggut-manggut” setuju.
**********
    “ Bi….Umi mau lanjutkan perbincangan kita kemarin.” Kata istriku sambil menghidangkan sarapan pagi. “ masalah apa Mi..?” kataku seraya menggeser tempat dudukku. aku sedikit was-was, jangan-jangan ada perkataanku kemarin yang menyinggung perasaannya atau ada kesalahan yang tak kusadari.” Umi mau ngijinkan Abi kuliah lagi, tapi kalau Abi sudah seperti Abi Zaki…..terus terang Umi trauma dengan masa lalu abi waktu kuliah dulu”. Penjelasan istriku sudah cukup membuat aku maklum. Hal yang teramat wajar kurasa, kekhawatiran hampir semua wanita yang punya suami kurang mengerti pondasi-pondasi dasar agama.  Abi Zaki adalah tetangga dekat yang juga karyawan yang sama denganku.Ia berubah total dalam penampilan setahun terakhir, janggutnya dibiarkan lebat, kopiah melekat dikepala kemanapun dia pergi kecuali bekerja, baju gamis warna gelap menjuntai sampai ke lutut, itulah pakaian kesehariannya. Semua orang dikejutkan dengan perubahan drastis yang terjadi pada Abi Zaki. Aku memang belum mampu seperti itu, tapi kalau istriku membandingkan aku sekarng dengan dulu saat kuliah sebenarnya akupun sudah merasa berubah, jauh berbeda ketika dijaman jahiliahku dulu. Akupun kini merasa berada pada dunia yang berbeda dengan masa-masa kuliah dulu. Dulu aku belum tahu bahwa pacaran itu hukumnya haram, yach..meski pacaran yang kujalani juga pacaran model jaman dulu, yang hanya ngobrol, pegang tangan dan semacam itu. Tak pernah apel hingga larut malam. Istriku  juga tahu itu,karena ia juga sekampus denganku Tapi bagi dia yang tahu bahwa pacaran itu diharamkan agama, maka dia menilai aku begitu. Sekarang ini aku lebih banyak menghabiskan waktu di majlis-majlis ilmu atau pencerahan jiwa. akupun sudah berusaha menghindari  tangan dengan ukhti dan akhwat selain muhrimku sedapat mungkin. Namun istriku memang masih sulit melupakan hal itu, karena memang ia begitu sempurna bagiku. Aku merasa bersalah memang .Tapi aku bersyukur punya istri “cerewet”, ia menjadi semacam antivirus untukku.

“ Eh..Mi…, memangnya seperti Abi Zaki  bagaimana sich..” kataku mencoba memancing  apa yang dimaksud nya, meskipun sebenarnya aku sangat marfum apa yang diinginkannya. Kalau aku tanyakan hal ini pada teman-teman seangkatanku, maka pertanyaan demikian memiliki reaksi berbeda-beda. Ada teman yang cuek, ada yang bersikap sinis, adapula yang tetap ramah di depannya, ada yang bersikap antipati dengan segudang persepsi keliru mengenai perubahan saudaraku tsb, Malah ada yang berkata” Aku saja belum bisa lho seperti itu, perlu proses panjang” katanya. Bahkan ada istri seorang teman yang malah mencibir “ ah..suamiku tahu luar dalam seperti apa dia dulu”.
Masya Allah! Begitulah kita. Rupanya bukan saja ada yang tak terima orang lain berubah menjadi baik, sampai-sampai "rahasia" masa lalu yang telah terkuburpun masih kita ungkit dan kita umbar kemana-mana, Harusnya kita ngeri mendengar hadis Nabi : "Barang siapa yang membongkar-bongkar aib saudaranya, Allah akan membongkar aibnya. Barangsiapa yang dibongkar aibnya oleh Allah, Allah akan mempermalukannya, bahkan di tengah keluarganya."

Fakhr al-Razi dalam tafsirnya menceritakan sebuah riwayat bahwa para malaikat melihat di lauh al-mahfudz akan kitab catatan manusia. Mereka membaca amal saleh manusia. Ketika sampai pada bagian yang berkenaan dengan kejelekan manusia, tiba-tiba sebuah tirai jatuh menutupnya. Malaikat berkata, "Maha Suci Dia yang menampakkan yang indah dan menyembunyikan yang buruk."

Jangan bongkar aib saudara kita, supaya Allah tidak membongkar aib kita. "Ya Allah tutupilah aib dan segala kekurangan kami di mata penduduk bumi dan langit dengan rahmat dan kasih sayang-Mu, Wahai Tuhan Yang Maha Pemurah"

     Aku bersyukur Istriku lebih bijak,hanya menanggapi dengan tersenyum, pun ketika ada yang penasaran dan menanyakan “ Eh..tetanggamu itu kenapa sich..?”, karena memang sekarang ini Abi Zaki dan istrinya sudah tidak pernah berkumpul dengan tetangga atau sekedar bincang-bincang.Kalau sama aku sebenarnya masih biasa, walau ada sedikit beda namun masih tetap senyum,menyapa dan kalau diajak ngobrol juga masih menanggapi.Tapi mungkin teman-teman yang lain sudah tak menemukan hal itu pada diri Abi Zaki, atau jikapun  berkumpul dengan teman, hanyalah untuk urusan yang sangat penting. Saudaraku ini memang dirasa  ‘paling aneh’ di antara kami,juga diantara tetanggaku, Aku tak tahu apakah ada kalanya Ia merasa risih dan merasa terpojok juga, apalagi diantara kami tak ada yang berpenampilan seperti dirinya. Maka tak sedikit orang beranggapan bahwa pakaian dan sikapnya adalah bentuk sikap ekslusif dan ‘extrim’.
   Sebagai tetangga dan teman Aku dan Istriku tak mempunyai pendapat yang “tidak-tidak” pada Abi Zaki dan istrinya, Bagi kami perubahan seperti itu adalah hijrah, yang perlu dicontoh. Dulu ketika masih sering di curhati sama istrinya Abi Zaki, istriku selalu memberi semangat , yang melegakan hati dan mampu menempa semangatnya kembali. Istriku selalu berkata, “Ukhti, hampir semua muslim-muslimah di dunia, di tempat dengan jumlah kelompok minoritas, merasakan hal yang sama. Satu saja beda antara kamu dan orang-orang sekitarmu, yaitu pengetahuan telah dilimpahkan oleh Allah ta’ala kepadamu, dan mereka belum mengetahui, namun banyak pula yang merasa lebih tahu padahal tidak tahu…bersabarlah, ukhti, Allah telah mengirimkan tanda cinta khusus buatmu…”. Istriku juga sering mencontohkan  kisah Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam serta para sahabat yang tak luput dari ludah, cacian serta fitnah dari kaum kafir di masa dahulu.
 “Bumi yang kita tempati sama. Tapi dunia kita yang berbeda. Semua manusia dilahirkan dalam keadaan suci dari rahim seorang ibu. Semua singgah ke ‘suatu dunia’, tapi memahami makna dunia itu dengan beragam perbedaan. Mereka mungkin beranggapan Islam itu nggak seperti ini,islam itu mudah kenapa dipersulit Sedangkan sosok muslimah seperti dirimu, yang telah memasuki ‘dunia baru bernama Al-Islam’, dunia yang berbeda, memandang dunia sebagai tempat mampir saja. Kita diberitakan tentang hari akhir, tentang yaumil hisab, dan hakikat dunia bagi kita adalah perjalanan sesaat guna mencari bekal untuk keabadian di akhirat…bagi mereka, mungkin tak seperti itu”, penjelasan istriku yang panjang lebar, penuh semangat dan sangat mendalam maknanya.
    Terkadang akupun berpikir Bagaimanakah dunia kita? Apakah tujuan hidup kita adalah ‘membesarkan anak-anak’ supaya lebih sukses daripada kita, ataukah mengumpulkan tabungan nominal, beli tanah sebanyak-banyaknya dan kalau perlu jangan habis-habis tujuh turunan, ataukah berupaya meningkatkan karir menuju ‘puncak kekuasaan’ agar populer di mata semua manusia? Oh,  semoga Tidak!
Lupakah kita akan Ayat-Nya,
كُلُّ نَفۡسٍ۬ ذَآٮِٕقَةُ ٱلۡمَوۡتِ‌ۗ
Artinya : "Setiap yang bernyawa akan merasakan mati…” (QS. Ali-'Imraan : 185).
 Dan setelah ‘beristirahat di alam kubur’, kelak ada hari kebangkitan, perhitungan amalan di dunia serta ketetapan-Nya akan ‘posisi akhir’ kita. Dan Allah subhanahu wa ta'ala juga berfirman,
يَوۡمَٮِٕذٍ۬ يَصۡدُرُ ٱلنَّاسُ أَشۡتَاتً۬ا لِّيُرَوۡاْ أَعۡمَـٰلَهُمۡ (٦) فَمَن يَعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّةٍ خَيۡرً۬ا يَرَهُ ۥ (٧) وَمَن يَعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّةٍ۬ شَرًّ۬ا يَرَهُ ۥ (٨)
Artinya : Pada hari itu manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan yang bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka [balasan] pekerjaan mereka [1]. (6) Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrahpun, niscaya dia akan melihat [balasan] nya. (7) Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarrahpun, niscaya dia akan melihat [balasan]nya pula. (8) (QS. Az-Zalzalah : 6-8)
Jadi wajar jika Banyak bayi, anak-anak sekolah, teman-teman yang masih kuliah, yang belum punya tabungan, yang belum punya rumah, dll, sudah meninggalkan dunia, mendahului kita.
   Lagi-lagi, bekal perjalanan yang kita cari, itulah dunia kita. Dan masa-masa mengumpulkan bekal, tidaklah berlebih-lebihan, kita ingin ‘bekal’ itu cukup, kita ingin keberkahan dan rahmat-NYA mengiringi langkah perjalanan ini. Harta benda, anak-anak dan keluarga merupakan sarana meraih kecukupan bekal tersebut. Rasululloh shallallaahu 'alaihi wa sallam memaparkan tentang dunia dan diri beliau, "Apalah aku dan dunia ini ! Sesungguhnya permisalan aku dengan dunia adalah seperti seorang pengendara yang tidur di bayangan sebuah pohon. Kemudian pergi dan meninggalkan pohon tersebut." (HR. Ahmad, At-Tirmidzy dan Ibnu Majah). Subhanalloh!

Umar bin Abdul-'Aziz dengan tersedu pernah berkata, "Dunia itu sesungguhnya bukan tempat yang kekal untuk kita. Allah sendiri telah menakdirkannya fana, dan kepada para penghuninya telah digariskannya hanya melewatinya saja."
Kita adalah pengembara, perjalanan ini ketika bertambah hari—bertambah dekat pula “pos” kita menuju alam kubur. Yang bisa kita lakukan adalah “sami’na wa atho’na”, kita bekali diri dengan ketaatan dan taqwa, Allah ta’ala melimpahkan penjagaan-Nya sepanjang waktu sehingga ketika diri dilanda gundah dan rasa minder pada manusia lain (yang notabene ‘status’nya sama sebagai pengembara juga), maka tak lain obatnya adalah senantiasa bertaubat, menambah rasa syukur dan kekuatan hati untuk bersabar.
   Yaa  Abu Zaki, ijinkan aku iri padamu saudaraku, begitu selalu bisik hatiku ketika melihat Keluarga itu tetap tersenyum meniti ‘perjalanan’ hijrahnya, satu hal yang mungkin aku hanya bisa berpesan padamu, “Duhai saudaraku, kepercayaan diri akan berbanding lurus dengan tingkat keimanan… Rasakanlah dalam nuranimu, ketika engkau makin dekat dengan Sang Illahi, makin teguh memegang syariat, makin cinta pada-Nya, engkau tak lagi peduli akan ‘omongan atau sikap sesama makhluknya itu’, karena di kala itu yang engkau rasakan adalah hidayah Allah selalu di dekapanmu…engkau pasti sangat percaya diri karena senantiasa ada ‘pelindungmu’ diatas sana, sang maha pemilik super-power, adalah Allah ta’ala! Insya Allah…”
Semoga Allah ta’ala meneguhkan kemantapan jiwamu dan aku serta saudara-saudaramu yang lain dalam melewati perjalanan ini, bi khusnul khatimah...aamiin………..( Renunganku )

Selasa, 24 Mei 2011

Hakim Bin Hizam R.A " Sang dermawan Sejati "

Oleh : Abu Majid

     Hakim bin Hizam adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW, ia tercatat sebagai satu-satunya orang yang lahir di dalam Ka’bah. Keutamaan dari Hakim yang lain adalah sikap rendah hatinya, sehingga dia sangat dihormati oleh masyarakat. Dia pun selalu bersedia membantu orang lain yang sedang tertimpa kesusahan. Ayahnya bernama Hizam, yang adalah putra dari Khuwaylid. Oleh karenanya, Hakim tak lain merupakan kemenakan Khadijah, istri Rasulullah, sebab Khadijah adalah putri Khuwaylid.
     Kelahiran Hakim bermula ketika berlangsung sebuah acara festival di Mekkah. Sang ibu yang tengah hamil tua, bersama beberapa wanita, lantas masuk ke dalam Kabah untuk berdoa, sebagaimana kebiasaan saat festival. Akan tetapi, secara tiba-tiba, perut sang ibu mendadak sakit, mulas luar biasa dan merasa hendak melahirkan. Dia tidak kuat lagi untuk bergerak dan terpaksa dibaringkan di Kabah. Sesudah dipersiapkan persalinannya, tak lama kemudian seorang bayi terlahir ke dunia kemudian diberi nama Hakim.
Hakim dibesarkan di keluarga berada. Dia pun benar-benar menikmati statusnya sebagai anak dari keluarga terpandang di Makah. Meski demikian, orangtua Hakim tidak serta merta memanjakannya, bahkan dia diberi tanggungjawab untuk melaksanakan rifadah, yakni membantu siapa saja yang membutuhkan pertolongan, terutama pada musim haji. Hakim pun benar-benar melaksanakan amanat itu dengan penuh keikhlasan bahkan tak jarang dia membantu para jamaah haji menggunakan uangnya sendiri.
Hakim pun bersahabat erat dengan Muhammad, jauh sebelum beliau menjadi Rasul. Kendati usianya lima tahun lebih tua dari Rasulullah, namun hal tersebut tidak menghalangi hubungan keduanya. Mereka kerap berbincang serta menikmati kebersamaan sebagai sahabat. Hubungan pertemanan antara Rasulullah dan Hakim menjadi kian dekat manakala Rasul menikah dengan bibinya, Khadijah binti Khuwaylid.
Patut dicatat, meski lama bersahabat dengan Rasul, tapi Hakim tidak memeluk Islam hingga peristiwa penaklukan Makkah. Itu berarti lebih dari 20 tahun setelah Islam didakwahkan secara terang-terangan oleh Muhammad. Terhadap hal itu, Hakim sendiri merasa menyesal dengan apa yang sudah dilakukannya sebelum memeluk agama Islam. Ketika pertama kali mengucap dua kalimah syahadat, dia benar-benar amat bersalah serta menyesali setiap detik dalam hidupnya sebagai seorang musyrik dan menolak kebenaran dari Allah dan Rasul-Nya.
     Sehari setelah dia masuk Islam, seorang anaknya melihat Hakim nampak menangis. Maka bertanyalah sang anak, “Mengapa ayah menangis?” Hakim menjawab sambil tersedu, “Banyak hal yang membuatku menangis, anakku. Yang terutama adalah begitu lamanya waktu bagi aku untuk memeluk Islam. Padahal, dengan menerima ajaran Islam banyak kesempatan dapat diraih untuk melaksanakan kebaikan, namun itulah yang nyatanya telah aku lewatkan. Hidupku tersia-sia ketika terjadi perang Badar dan perang Uhud.
Setelah Uhud, aku berkata pada diri sendiri, bahwa aku tidak akan lagi membantu kaum kafir Quraisy melawan Muhammad, dan aku tidak ingin meninggalkan Makkah. Saat aku merasa ingin menerima Islam, aku segera berpaling dan melihat orang-orang di sekelilingku yang kebanyakan kaum kafir Quraisy, untuk kemudian bergabung kembali dengan mereka. Oh andai aku tidak berlaku seperti itu. Tidak ada yang dapat menghancurkan kita selain ketaatan buta kita terhadap nenak moyang. Jadi, kenapa aku tidak menangis, anakku?”
Nabi Muhammad memang terkejut manakala seorang yang rendah hati dan berpengatahun seperti Hakim, tidak memeluk Islam. Untuk waktu lama, Rasul sangat berharap bahwa Hakim serta orang-orang yang sepertinya, dapat terbuka mata hati serta menerima kebenaran Islam. Malam sebelum penaklukan Makkah, Rasulullah berkata kepada para sahabat, “Ada empat orang di Makkah yang aku ingin agar mereka bersedia memeluk agama Islam.” Sahabat lantas bertanya, “Siapa saja mereka itu ya Rasul?” “Mereka antara lain Attab bin Usayd, Jubayr bin Mutim, Hakim bin Hazm dan Suhayl bin Amr,” jawab Rasul. “Dengan ridho Allah, mereka akan menjadi Muslim.”
Ketika pasukan Islam masuk kota Makkah dan membebaskan kota itu dari jahiliyah, ia lantas berseru, “Siapa saja yang bersedia mengakui tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, maka dia akan selamat..Siapa saja yang berlindung di Kabah serta meletakkan senjatanya, dia juga akan selamat. Siapa saja yang masuk dan berlindung di rumah Abu Sufyan, dia selamat. Dan siapa saja yang masuk dan berlindung di rumah Hakim ibn Hazm, dia selamat.”
Tak berapa lama, Hakim pun bersegera memeluk Islam dengan sepenuh hati. Dia lantas bertekad untuk menebus segala dosa yang pernah dia perbuat semasa hari-hari jahiliyahnya serta apapun yang pernah dia lakukan untuk menentang Rasulullah. Dia ingin menebusnya demi kemuliaan Islam.

Rajin Bersedakah

Pada masa itu, Hakim merupakan pemilik dari sebuah bangunan bersejarah di Makkah bernama Dar an-Nadwah. Di tempat itu, biasanya para pemuka Quraysy berkumpul dan berdiskusi tentang banyak hal. Mereka pun banyak membuat rencana jahat terhadap Nabi Muhammad di sana. Hakim memutuskan untuk menjual bangunan itu, demi menghapus kenangan kelam masa lalu. Dijualnya bangunan tersebut seharga 100 ribu dirham. Seorang kemenakannya pun bertanya, “Anda telah menjual bangunan berharga itu kepada orang Quraisy, paman?”
Dengan sabar Hakim menjawab, “Kebanggaan dan kejayaan semu kini telah hilang dan berganti nilai takwa. Aku hanya menjual sebuah bangunan namun dengan harapan dapat menggantinya nanti di syurga. Dan aku berjanji akan mendermakan seluruh hasil dari penjualan ini di jalan Allah.”
Bukan hanya itu saja. Saat melaksanakan ibadah haji, dia menyembelih sekitar 100 ekor unta serta membagi-bagikan dagingnya kepada kaum fakir miskin di Makkah. Demikian pula ketika di padang Arafat, bersamanya ada sebanyak 100 budak, dan setelah memberikan masing-masing segenggam perak, para budak itu pun dibebaskannya.
Hakim memang amat dermawan dan di saat yang sama dia selalu ingin mendapatkan lebih. Seusai perang Hunain, dia meminta sejumlah Ghonimah (rampasan perang) kepada Rasul. Dia kemudian meminta lebih dan Rasul kembali memberikannya. Hakim belum lama memeluk Islam akan tetapi Rasul amat pemurah kepada mereka yang baru memeluk Islam agar mereka bersedia menerima Islam sepenuhnya. Hakim pun mendapat rampasan perang dalam jumlah cukup banyak.
Maka Rasul pun berkata kepada Hakim, “Wahai Hakim! Segala harta benda ini amatlah menarik. Siapa saja yang memilikinya dan merasa puas dengannya akan diberkahi sebaliknya siapa yang merasa tidak puas, tidak akan diberkahi. Dia akan seperti orang makan namun tidak pernah merasa kenyang. Tangan di atas lebih baik dari tangan yang di bawah.”
Petuah Rasul ini sangat membekas di hatinya. Dia merasa tersentuh dan lantas berkata kepada Rasul,”Ya utusan Allah, aku tidak akan meminta kepada siapa pun selain kamu untuk apa pun.”
 Sejarah mencatat, Hakim benar-benar menepati ucapannya. Sahabat Rasul ini tidak pernah meminta apapun juga kepada orang lain hingga dia meninggal dunia……….…….( NN/Abu Majid)

Disarikan dari berbagai sumber, dengan editing seperlunya

Wafatnya Umar Bin Khatab

          Dari Amru bin Maimum , dia berkata: Sesungguhnya jarakku berdiri dengan Umar hanya dipisahkan oleh Abdullah bin Abbas pada pagi hari kematiannya. Jika dia lewat diantara dua shaf, maka dia berkata, “Luruskanlah barisan!” Sampai jika shaf shalat orang-orang sudah tidak terlihat ada yang luang, maka dia maju kedepan untuk bertakbir. Mungkin pada rakaat pertama hari itu dia membaca surah Yusuf atau An-Nahl, atau surah yang semisal dengannya. (Dia membaca surah sepanjang itu untuk menunggu) semua orang berkumpul. Sampai ketika Umar mengucapkan Takbir, maka aku mendengar kalau dia berkata,”Ada orang yang membunuhku atau ada anjing yang menggigitku.”Dia ucapkan kalimat itu ketika sang pembunuh menikam tubuhnya.
Lalu, ada orang kafir yang melintas dengan cepat sambil membawa pisau bermata dua. Dia juga menikam setiap orang yang dia lewati disebelah kanan dan kirinya. Jumlah orang yang terkena tikaman pisau orang kafir itu mencapai 13 orang, sedangkan yang sampai meninggal dunia ada 7 orang. Ketika ada seorang lelaki dari kalangan kaum muslimin melihat orang kafir tersebut, dia langsung melemparkan mantel yang ada tudung kepalanya. Ketika orang Kafir tersebut merasa kalau dirinya tertangkap, maka dia langsung memotong lehernya sendiri.
Umar meraih tangan Aburrahman bin Auf. Lalu Umar menyuruhnya untuk maju kedepan. Orang yang berada langsung dibelakang Umar pasti juga melihat peristiwa seperti yang aku saksikan. Sedangkan orang-orang yang berada di ujung masjid, mereka tidak tahu apa yang terjadi. Yang mereka ketahui hanya kehilangan suara Umar yang ketika itu menjadi imam. Oleh karena itulah mereka mengucapkan kalimat, ”Subhanallah, subhanallah” (sebagai peringatan bagi imam apabila melakukan kesalahan). Maka, ganti abdurrahman bin Auf yang mengimami shalat orang-orang secara ringan.
Ketika mereka usai menunaikan ibadah shalat, Umar berkata, “Wahai Ibnu Abbas, lihatlah! Siapakah yang berusaha membunuhku!” Ibnu Abbas pergi sejenak kemudian kembali datang sambil berkata, “Hamba sahaya, Al Mughirah.” Umar berkata, “Lelaki yang memiliki kemahiran kerajinan tangan?” Ibnu Abbas menjawab, “Benar.” Umar berkata, “Semoga Allah memeranginya. Sesungguhnya aku telah memerintahnya melakukan hal yang makruf. Namun, segala puji bagi Allah yang tidak menakdirkan kematianku berada ditangan seorang laki-laki yang mengaku dirinya memeluk agama Islam. Sungguh kamu dan ayahmu senang memperbanyak jumlah orang-orang kafir di Madinah.”
Memang Al Abbas memiliki budak kafir yang jumlahnya sangat banyak. Lalu Ibnu Abbas berkata, “Kalau memang Anda mau, maka aku akan melakukannya untuk Anda.” Maksudnya membunuh semua budak kafir itu. Namun Umar berkata, ” Kamu salah (kalau sampai membunuh mereka) setelah mereka bisa berbicara dengan bahasa kalian, telah mengerjakan shalat dengan menghadap kiblat kalian, dan telah menunaikan ibadah haji sesuai dengan ritual kalian.”
Lalu Umar dibawa pulang ke rumahnya. Lalu Umar diberi minumah berupa persan buah kurma, dan diapun meneguknya. Namun cairan itu malah keluar melalui luka yang ada diperutnya. Maka, Umar kembali diberi susu sehingga diapun meneguknya. Namun, cairan itu lagi-lagi keluar dari lukanya itu. Maka, orang-orang pun baru sadar kalau Umar (sebentar lagi) akan tiada.
Kami masuk mengunjungi Umar. Begitu juga dengan orang-orang yang memberikan simpati dan dukungan moril untuknya. Datang pula seorang lelaki muda yang berkata, “Berbahagialah Anda, wahai Amirul Mukminin, dengan kabar gembira dari Allah, karena Anda telah menjadi sahabat Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam! Anda juga tergolong orang yang masuk Islam pertama kali, sebagaimana yang telah Anda ketahui. Kemudian Anda menjadi seorang pemimpin dan sanggup berlaku adil. Setelah itu, Anda mendapatkan anugerah sebagai syahid.” Umar berkata, “Aku ingin agar semua itu menjadi hal yang sekedar (bisa menyelamatkan aku), tidak terlalu bernilai lebih dan tidak pula mencelakakan aku.”
Ketika pemuda itu berbalik, ternyata kain sarungnya menyentuh tanah, Maka Umar berkata, “Tolong panggilkan pemuda itu lagi untukku!” Setelah (pemuda itu kembali menghadap), maka Umar berkata, “Wahai putra saudaraku, angkatlah kian sarungmu, karena hal itu bisa menyebabkan pakaianmu lebih bersih dan juga menyebabkan dirimu lebih takut kepada Tuhanmu! Wahai Abdullah bin Umar, periksalah hutang yang aku miliki! Hitung semuanya!”
Ternyata, Abdullah bin Umar menjumpai Umar memiliki hutang sebasar 87.000 atau sekitar jumlah itu. Maka Umar berkata, “Kalau memang hutangku sejumlah itu cukup dibayar dengan harta milik keluarga Umar, maka bayarkan dengan harta itu. Namun apabila tidak mencukupi, mintalah kepada bani Adi bin Ka’ab. Jika harta mereka masih belum cukup untuk membayar hutang, maka mintalah kepada orang-orang Quraisy. Janganlah kamu sampai meminta kepada orang selain mereka. Bayarkanlah harta ini untuk membayar hutangku. Pergilah kamu menjumpai Aisyah, Ummul Mukminin! Katakan kepadanya, ‘Umar mengirim salam kepadamu’. Jangan kamu mengatakan Amirul Mukminin (mengirim salam kepadamu), karena pada hari ini aku bukan lagi amir bagi kaum mukminin. Katakan juga kepadanya bahwa Umar bin Khattab memohon izin agar boleh dimakamkan di samping kedua orang sahabatnya.” Maka, Abdullah mengucapkan salam kepda Aisyah dan masuk kedalam rumahnya. Dia menjumpai Aisyah sedang duduk sambil menangis. Maka Abdullah bin Umar berkata, “Umar menitipkan salam untuk Anda. Dia juga meminta izin untuk dimakamkan di samping kedua sahabatnya.” Maka Aisyah berkata, “Aku yang menghendaki Umar menempati jatah tempat makamku. Pada hari ini, aku pasti lebih mengutamakan Umar dibandingkan diriku.”
Kerika Abdullah bin Umar kembali, maka dikatakan kepada Umar, “Ini, Abdullah bin Umar telah datang!” Umar berkata, Angkatlah diriku!” Lalu ada seorang laki-laki yang menyandarkan tubuh Umar ke tubuh Abdullah. Lalu Umar bertanya, “Berita apa yang kamu dapat?” Abdullah bin Umar menjawab, “Sesuai dengan yang Anda sukai, wahai Amirul Mukminin! Aisyah mengizinkannya.” Umar berkata, Alhamdulillah! Tidak ada sesuatu yang lebih aku idam-idamkan melebihi hal itu. Jika nyawaku telah dicabut nanti, maka gotonglah jenazahku! Kemudian ucapkanlah salam kepada Aisyah dan katakan bahwa Umar bin Khattab meminta izin. Apabila dia memberi izin untukku, maka masukkanlah aku (ke liang kubut di samping Rasulullah dan Abu Bakar. Namun apabila dia menolak aku, maka makamkanlah saja jenazahku di komplek pemakaman kaum muslimin!”
Tidak lama kemudian, Ummul Mukminin Hafshah datang bersama-sama dengan kaum wanita. Ketika kami melihatnya, maka kami pun berdiri. Hafshah langsung menuju ke arah Umar sambil menangis disisinya selama beberapa saat. Lalu beberapa orang laki-laki memohon izin untuk masuk. Hafsah pun menyingkir dari tempat itu untuk masuk kedalam ruangan. Kami mendengar suara tangisan Hafshah dari arah dalam rumah. Ketika nyawa Umar telah dicabut, kami membawa keluar jenazah tersebut. Lalu Abdullah bin Umar mengucapkan salam (kepada Aisyah dan berkata), “Umar memohon izin (kepada Anda).” Aisyah berkata,” Masukkanlah jenazahnya!” Maka Abdullah bin Umar memasukkan jenazah Umar di sana, yakni bersama kedua orang sahabatnya. (HR. Bukhari)
Dari Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu dia berkata, “Aku adalah orang yang terakhir kali menyaksikan kematian Umar diantara kalian. Aku mengunjunginya ketika kepalanya berada dipangkuan anaknya yang bernama Abdullah. Lalu Umar berkata kepada putranya itu, ‘Letakanlah pipiku diatas permukaan bumi!’ Abdullah berkata, ‘Bukankah pahaku dan permukaan bumi sama saja?’ Umar berkata lagi, ‘Letakanlah pipiku diatas permukaan bumi!’ Umar mengucapkan kalimat itu sampai dua atau tiga kali. Aku juga mendengarnya berkata, ‘Sungguh celaka aku jika Engkau tidak mengampuniku’. Sampai akhirnya nyawanya dicabut dari jasadnya.
Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallahu ‘anhu berkata, “Umar ditikam pada hari rabu tanggal 14 Dzulhijjah 23 H. Jenazahnya dimakamkam hari Ahad pada pagi hari munculnya hilal bulan Muaharraam.”
Muawiyah berkata, “Usia Umar ketika meninggal dunia adalah 63 tahun.”
Dari Asy-Sya’bi disebutkan bahwa Abu Bakar meninggal dunia pada usia 63 tahun. Begitu juga dengan Umar yang meninggal dunia pada usia 63 tahun.
Menurut Salim bin Abdullah, Umar meninggal dunia pada usia 65 tahun. Ibnu Abbas berkata, “Usia Umar ketika meninggal adalah 66 tahun.” Menurut Qatadah, usia Umar ketika wafat adalah 61 tahun. Bahkan, Shuhaib ikut menyalati jenazahnya.
Catatan :
1) Adz-Dzahabi.Menurutku, Umar bin Khattab memeluk agama Islam pada tahun keenam setelah kerasulan, yakni pada usia 27 tahun.
2) Al Askari berkata, “Umar bin Khattab adalah orang yang pertama kali diberi julukan Amirul Mukminin, menetapkan penangggalan tahun Hijriyah, membuat Baitul Mal, mengadakan shalat qiyaamu Ramadhan (tarawih) secara berjamaah, mengadakan inspeksi pada malam hari, menjatuhakan hukuman bagi tukang fitnah, menghukum peminum khamer sebanyak 80 kali dera, mengharamkan nikah mut’ah, mengharamkan penjualan hamba sahaya perempuan yang telah melahirkan anak untuk majikannya, mengadakan shalat jenazah berjamaah, dengan empat takbir, membentuk departemen-departemen, mengirim makanan dari Mesir ke Madinah melalui jalur laut Ablah, menentukan aturan ‘aul dalam ilmu faraid, menarik zakat kuda, dan orang yang pertama kali berkata, ‘Ayyadakallah (semoga Allah mengokohkanmu) kepada Ali’.” Demikianlah akhir keterangan yang disampaikan oleh Al-Askari.
3) Hadits Ahmad didalam Az-Zuhd (118) dari jalur Yazid : Kami diceritakan Ismail bin Abi Khalid, dari Mush’ab bin Sa’ad, dia berkata: Hafshah binti Umar telah berkata, “Wahai Amirul Mukminin, andai saja Anda mengenakan pakaian (yang lebih halus dibandingkan dengan busana Anda)…” Lalu disebutkan redaksi riwayat sampai akhir. Para perawi hadist ini tergolong para perawi yang tsiqah....( NN/Abu Majid )
****

Sabtu, 21 Mei 2011

Kholifah Meninggal dengan Hutang 86.000 dirham

Oleh :Abu Majid

    Mata Lelaki bertubuh kekar itu nampak sayu, botol minuman yang ada didepanya tinggal tersisa sedikit, Ia sudah tak berdaya karena mabuk. Entah berapa botol sudah ditenggaknya minuman itu. Minuman itu membasahi jenggotnya yang lebat dan sebagian wajahnya yang tampan. Sesaat kemudian lelaki itu mencoba bangkit dari tempat duduknya, Ia berjalan sempoyongan meninggalkan rekan-rekannya yang masih menikmati pesta minuman malam itu. Lelaki itu terus berjalan ditengah gelapnya malam menuju rumahnya. Istrinya tergopoh-gopoh membukakan pintu begitu mendengar langkah-langkah kakinya yang berat. Lelaki itu pun segera masuk dan tak lama kemudian tertidur pulas.
*****
    Umar seringkali nampak tersenyum lalu kemudian menangis hingga airmatanya membasahi janggutnya ketika mengingat kejadian-kejadian yang telah ia alami dan lakukan dimasa-masa jahiliyah nya. Ya..Lelaki bertubuh kekar, berwajah tampan dan berjenggot lebat yang suka mabuk-mabukan itu  adalah Umar bin khatab. Nama lengkapnya Umar bin Khattab bin Nufail bin Abdul Uzza, lahir di Mekkah, dari Bani Adi, salah satu rumpun suku Quraisy. Ayahnya bernama Khathab bin Nufail Al Shimh Al Quraisyi dan ibunya Hantamah binti Hasyim. Umar memiliki julukan yang diberikan oleh Muhammad SAW, yaitu Al-Faruq yang berarti orang yang bisa memisahkan antara yang haq dan bathil.
Keluarga Umar tergolong dalam keluarga kelas menengah, ia bisa membaca dan menulis yang pada masa itu merupakan sesuatu yang jarang. Umar juga dikenal, karena fisiknya yang kuat dimana ia menjadi juara gulat di Mekkah.
Sebelum memeluk Islam, sebagaimana tradisi kaum jahiliyah mekkah saat itu, Umar pun mengubur putrinya hidup-hidup. Sebagaimana yang ia katakan sendiri, "Aku menangis ketika menggali kubur untuk putriku. Dia mengusap wajahku dan kemudian menyisir janggutku".Sebelum masuk Islam Umar suka meminum khamr, anggur yang memabukkan, namun setelah menjadi muslim, ia tidak menyentuh alkohol sama sekali.
*****
    Pada suatu malam Umar datang ke Masjidil Haram secara sembunyi-sembunyi untuk mendengarkan bacaan shalat Muhammad SAW. Waktu itu Nabi membaca surat al-Haqqah. Umar kagum dengan susunan kalimatnya lantas berkata pada dirinya sendiri- "Demi Allah, ini adalah syair sebagaimana yang dikatakan kaum Quraisy." Kemudian beliau mendengar Rasulullah membaca ayat 40-41 (yang menyatakan bahwa Al Qur'an bukan syair), lantas Ia berkata, "Kalau begitu berarti dia itu dukun." Kemudian Iapun mendengar bacaan Nabi ayat 42, (Yang menyatakan bahwa Al-Qur'an bukan perkataan dukun.) akhirnya Umar berkata, "Telah terbetik lslam di dalam hatiku." Akan tetapi karena kuatnya adat jahiliyah, fanatik buta, pengagungan terhadap agama nenek moyang, maka Umar tetap memusuhi Islam.

    Pada hari yang lain, Umar keluar rumah dengan menghunus pedangnya yang tajam bermaksud membunuh Muhammad SAW. Dalam perjalanan, Umar bertemu dengan Nu`aim bin Abdullah al 'Adawi, seorang laki-laki dari Bani Zuhrah. Lelaki itu berkata kepada Umar bin Khattab, "Mau kemana wahai Umar?" Umar  menjawab, "Aku ingin membunuh Muhammad." Nu’aim  berkata, "Bagaimana kamu akan aman dari Bani Hasyim dan Bani Zuhrah, kalau kamu membunuh Muhammad ?" Maka Umar menjawab, "Tidaklah aku melihatmu melainkan kamu telah meninggalkan agama nenek moyangmu." Tetapi Nu’aim  menimpali, "Maukah aku tunjukkan yang lebih mencengangkanmu, hai Umar? Sesungguhnya adik perempuanmu dan iparmu telah meninggalkan agama yang kamu yakini."
Umar naik pitam mendengar perkataan Nu’aim tersebut, Ia bergegas mendatangi adiknya yang sedang belajar Al Qur'an, surat Thaha kepada Khabab bin al Arat. Tatkala mendengar Umar bin Khattab datang, maka Khabab bersembunyi. Umar bin Khattab masuk rumahnya dan menanyakan suara yang didengarnya. Kemudian adik perempuan Umar bin Khattab dan suaminya berkata, "Kami tidak sedang membicarakan apa-apa." Umar bin Khattab menimpali, "Sepertinya kalian telah keluar dari agama nenek moyang kalian." Iparnya menjawab, "wahai Umar, apa pendapatmu jika kebenaran itu bukan berada pada agamamu?"  Mendengar ungkapan tersebut Umar  memukulnya hingga terluka dan berdarah, meski Umar mengancam tetap saja saudaranya itu mempertahankan agama Islam yang dianutnya, Umar pun berputus asa, merasa iba dan menyesal melihat darah mengalir pada iparnya.
Lalu Umar  berkata, “Berikan kitab yang ada pada kalian kepadaku, aku ingin membacanya.” Maka adik perempuannya berkata," Kamu itu kotor. Tidak boleh menyentuh kitab itu kecuali orang yang bersuci. Mandilah terlebih dahulu!" lantas Umar bin Khattab mandi dan mengambil kitab yang ada pada adik perempuannya. Ketika dia membaca surat Thaha, dia memuji dan muliakan isinya, kemudian minta ditunjukkan keberadaan Rasulullah.
    Tatkala Khabab mendengar perkataan Umar bin Khattab, dia muncul dari persembunyiannya dan berkata, "Aku akan beri kabar gembira kepadamu, wahai Umar! Aku berharap engkau adalah orang yang didoakan Rasulullah pada malam Kamis “, 'Ya Allah, muliakan Islam.dengan Umar bin Khatthab atau Abu Jahl (Amru) bin Hisyam.'
   Waktu itu, Rasulullah berada di sebuah rumah di daerah Shafa." Umar bin Khattab kemudian mengambil pedangnya dan menuju rumah tersebut, kemudian mengetuk pintunya. Ketika ada salah seorang melihat Umar bin Khattab datang dengan pedang terhunus dari celah pintu rumahnya, dikabarkannya kepada Rasulullah. Lantas mereka berkumpul. Hamzah bin Abdul Muthalib bertanya, "Ada apa kalian?" Mereka menjawab, 'Umar (datang)!" Hamzah bin Abdul Muthalib berkata, "Bukalah pintunya. Kalau dia menginginkan kebaikan, maka kita akan menerimanya, tetapi kalau menginginkan kejelekan, maka kita akan membunuhnya dengan pedangnya." Kemudian Nabi menemui Umar bin Khattab dan berkata kepadanya. "... Ya Allah, ini adalah Umar bin Khattab. Ya Allah, muliakan Islam dengan Umar bin Khattab." Dan dalam riwayat lain mengatakan "Ya Allah, kuatkanlah Islam dengan Umar."
Seketika itu pula Umar bin Khattab bersyahadat, dan orang-orang yang berada di rumah tersebut bertakbir dengan keras. Menurut pengakuannya dia adalah orang yang ke-40 masuk Islam. Abdullah bin Mas'ud berkomentar, "Kami senantiasa berada dalam kejayaan semenjak Umar bin Khattab masuk Islam."
****
     Umar adalah salah seorang yang ikut pada peristiwa hijrah ke Yatsrib (Madinah) pada tahun 622 Masehi. Ia ikut terlibat pada perang Badar, Uhud, Khaybar serta penyerangan ke Syria. Ia adalah salah seorang sahabat dekat Nabi Muhammad SAW. Pada masa Abu Bakar menjabat sebagai khalifah, Umar merupakan salah satu penasehat kepalanya. Kemudian setelah meninggalnya Abu Bakar pada tahun 634, Umar ditunjuk menggantikannya.
Selama pemerintahan Umar, kekuasaan Islam tumbuh dengan sangat pesat. Islam mengambil alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti Sassanid dari Persia (yang mengakhiri masa kekaisaran sassanid) serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara dan Armenia dari kekaisaran Romawi (Byzantium).
Sejarah mencatat banyak pertempuran besar yang menjadi awal penaklukan ini. Pada pertempuran Yarmuk, yang terjadi di dekat Damaskus pada tahun 636, 20 ribu pasukan Islam mengalahkan pasukan Romawi yang mencapai 70 ribu dan mengakhiri kekuasaan Romawi di Asia Kecil bagian selatan. Pasukan Islam lainnya dalam jumlah kecil mendapatkan kemenangan atas pasukan Persia dalam jumlah yang lebih besar pada pertempuran Qadisiyyah (th 636), di dekat sungai Eufrat. Pada pertempuran itu, jenderal pasukan Islam yakni Sa`ad bin Abi Waqqas mengalahkan pasukan Sassanid dan berhasil membunuh jenderal Persia yang terkenal, Rustam Farrukhzad.
Pada tahun 637, setelah pengepungan yang lama terhadap Yerusalem, pasukan Islam akhirnya mengambil alih kota tersebut. Umar diberikan kunci untuk memasuki kota oleh pendeta Sophronius dan diundang untuk salat di dalam gereja (Church of the Holy Sepulchre). Umar memilih untuk salat ditempat lain agar tidak membahayakan gereja tersebut. 55 tahun kemudian, Masjid Umar didirikan ditempat ia salat.
Umar melakukan banyak reformasi secara administratif dan mengontrol dari dekat kebijakan publik, termasuk membangun sistem administratif untuk daerah yang baru ditaklukkan. Ia juga memerintahkan diselenggarakannya sensus di seluruh wilayah kekuasaan Islam. Tahun 638, ia memerintahkan untuk memperluas dan merenovasi Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Medinah. Ia juga memulai proses kodifikasi hukum Islam.Umar dikenal dari gaya hidupnya yang sederhana, alih-alih mengadopsi gaya hidup dan penampilan para penguasa di zaman itu, ia tetap hidup sangat sederhana.
Pada sekitar tahun ke 17 Hijriah, tahun ke-empat kekhalifahannya, Umar mengeluarkan keputusan bahwa penanggalan Islam hendaknya mulai dihitung saat peristiwa hijrah.
****
   Adalah Abu Lukluk (Fairuz), seorang budak yang mengendap-endap dipagi buta, ia adalah orang yang menikam Umar ketika pagi itu sedang meng imami sholat subuh. Fairuz adalah salah seorang warga Persia yang masuk Islam,(tetapi keislamannya diragukan) setelah Persia ditaklukkan Umar. Pembunuhan ini konon dilatarbelakangi dendam pribadi Abu Lukluk (Fairuz) terhadap Umar. Fairuz merasa sakit hati atas kekalahan Persia, yang saat itu merupakan negara digdaya. Peristiwa ini terjadi pada hari Rabu, 25 Dzulhijjah 23 H/644 M. Dengan pisau bermata dua Abu Lukluk’ah menikam tujuh barisan jama’ah sholat subuh hingga sampai pada Umar,sang Imam, 13 orang tertikam pisau dan 7 orang meninggal, kemudian jama’ah subuh itu berhasil menangkapnya sehingga ia menikam lehernya sendiri karena takut dihakimi.
Ketika Umar dibawa kerumahnya orang-orang menangis, betapa tidak tanda-tanda ajal Umar sang pemimpin sudah begitu dekatnya,usunya terburai keluar, ketika diberi minum perasan buah kurma maka keluarlah minuman  itu melalui usus yang terburai, ketika diberi minum susu maka susu itupun keluar dari ususnya.
Umar kemudian memberi isyarat agar orang-orang berkumpul, kemudian dengan nafas satu-satu Umar menyuruh putranya, Abdulloh bin Umar untuk menghitung hutang-hutangnya, ketika dihitung ternyata hutangnya mencapai 86 ribu dirham. “Kalau memang hutangku sejumlah itu cukup dibayar dengan harta milik keluarga Umar, maka bayarkan dengan harta itu. Namun apabila tidak mencukupi, mintalah kepada bani Adi bin Ka’ab. Jika harta mereka masih belum cukup untuk membayar hutang, maka mintalah kepada orang-orang Quraisy. Janganlah kamu sampai meminta kepada orang selain mereka. Bayarkanlah harta ini untuk membayar hutangku” wasiat Umar. Akhirnya Umar,sang lelaki gagah perkasa menghadap sang khaliqnya . Setelah kematiannya jabatan khalifah dipegang oleh Usman bin Affan.
Semasa Umar masih hidup Umar meninggalkan wasiat yaitu:
  1. Jika engkau menemukan cela pada seseorang dan engkau hendak mencacinya, maka cacilah dirimu. Karena celamu lebih banyak darinya.
  2. Bila engkau hendak memusuhi seseorang, maka musuhilah perutmu dahulu. Karena tidak ada musuh yang lebih berbahaya terhadapmu selain perut.
  3. Bila engkau hendak memuji seseorang, pujilah ALLAH SWT. Karena tiada seorang manusia pun lebih banyak dalam memberi kepadamu dan lebih santun lembut kepadamu selain ALLAH SWT.
  4. Jika engkau ingin meninggalkan sesuatu, maka tinggalkanlah kesenangan dunia. Sebab apabila engkau meninggalkannya, berarti engkau terpuji.
  5. Bila engkau bersiap-siap untuk sesuatu, maka bersiplah untuk mati. Karena jika engkau tidak bersiap untuk mati, engkau akan menderita, rugi ,dan penuh penyesalan.
  6. Bila engkau ingin menuntut sesuatu, maka tuntutlah akhirat. Karena engkau tidak akan memperolehnya kecuali dengan mencarinya.

Disarikan dari berbagai sumber……………….( Abu Majid )

Kamis, 05 Mei 2011

“Brother, Please, I Wanna be a Moslem Like You”

Oleh Redi Bintarto ( Era Muslim , 04/05/2011 )

     “Assalamualaikum,” seseorang menyapaku ketika kaki kananku memasuki pelataran Omar Mosque Wollongong. “Waalaikumsalam,” jawabku dengan terheran-heran. Terlihat dari matanya yang berwarna biru dan rambutnya yang pirang menandakan dia adalah seorang “bule”. Orang tersebut tersenyum dan kembali menyapa, “apa kabar?” Dengan terheran akupun menjawab “Alhamdulillah baik, anda bisa berbahasa Indonesia, dari mana anda?” tanyaku. Beliau tersenyum dan kemudian menyodorkan tangan, tanda mengajak berjabat tangan, “Saya Abdullah Ibrahim, saya berasal dari New Zeeland, tetapi saya pernah tinggal lama di Bandung, Indonesia,” jawabnya dengan tersenyum. Sayapun tersenyum dan kemudian kami pun memasuki masjid dengan beriringan dan melaksanakan sholat ashar berjamaah dengan jamaah yang lain.
Seusai sholat, seperti biasa saya habiskan sedikit waktu untuk berdoa dan berdzikir. Tak berapa lama, Abdullah Ibrahim menghampiriku dan bertanya, “antum dari mana?” “saya dari Kediri Jawa Timur, apakah anda pernah ke sana?” Aku balik bertanya, “belum, tapi saudara isteri saya ada yang tinggal di Kediri, tapi saya lupa daerah mana. Isteri saya berasal dari Bandung”. Jawabnya dengan tersenyum. Sebelum beliau melanjutkan ceritanya, sayapun bertanya, “brother, boleh saya tau, apakah anda seorang muallaf, atau muslim dari kecil?” Beliau kembali tersenyum dan balik bertanya, “kalau menurut antum kira-kira yang mana?” Aku pun balik tersenyum dan menjawab, “muallaf”. “ Antum benar”, jawabnya “saya mulai mengenal Islam secara benar ketika saya berumur 18 tahun, orang tua saya adalah seorang Nasrani, tetapi Alhamdulillah, mereka semua sudah muslim sekarang, begitu juga adik saya.” Jawabnya dengan penuh rasa syukur. “brother, bolehkah saya tahu, bagaimana anda bisa berpindah menjadi seorang muslim?” tanyaku keheranan. Beliau kembali tersenyum. “Ceritanya sangat panjang, penuh dengan pergolakan hati, tetapi sekaligus ini adalah cerita terindah sepanjang hidup saya”. Jawabnya penuh makna.
Sebelum menjadi seorang muslim, Abdullah Ibrahim bernama David, Ia adalah penduduk asli New Zeeland yang benci dan sangat tidak suka apabila mendengar berita tentang muslim dan Islam, karena setahu dia, Islam adalah agama yang sangat tidak toleran dan hanya mau menang sendiri. Sehingga tidak ada sedikitpun keinginan dalam dirinya untuk menjadi seorang muslim. Hobinya adalah berpetualang dan cita-citanya adalah mengelilingi dunia ini.
Masuknya David menjadi seorang muslim terjadi ketika Ia sedang menyalurkan hobinya untuk mengelilingi dunia. Ketika berusia 18 tahun, David merencanakan untuk menghabiskan liburan sekolah dengan melakukan perjalanan panjang sebagai back packer. Saat itu Ia ingin menjelajahi Negara di benua Eropa dan asia. Ketika itu Ia pergi ke daerah Turki, Irak, Iran dan kemudian ke Pakistan. Dari Pakistan Ia berencana untuk meneruskan perjalanan ke China dan sekitarnya dengan menggunakan perjalanan darat. Suatu saat, sampailah ia ke sebuah terminal bis dan Ia pun menaiki bis yang menuju ke perbatasan antara Pakistan dan China. Di dalam bis, David duduk disebelah seorang Pakistan yang ramah. Orang tersebut tersenyum kepada David, dan david pun kemudian membalas dengan senyuman pula. Dalam perjalanan, Seorang Pakistan tersebut mengajak ngobrol David. Mereka kemudian berkenalan dan saling bercerita.
Seorang Pakistan tersebut ternyata seorang pilot pesawat udara yang sedang mengambil cuti dan beliau waktu itu dalam perjalanan pulang ke kampung halamannya. Waktu itu David sangat senang dan menikmati perjalanan tersebut, karena si pilot sangat ramah dan baik hati. Selama perjalanan, David dipandu dan diberi tahu tentang cerita dan keindahan daerah yang sedang mereka lewati. David pun kemudian bercerita tentang petualangannya kali itu, dimana Ia sudah mengelilingi beberapa Negara dan Ia berencana untuk meneruskan perjalanan untuk mengunjungi China.
Sampai suatu ketika David bertanya tentang beberapa tempat di Pakistan yang indah yang bisa Ia kunjungi yang searah dengan arah tujuannya saat itu, sang pilot tersenyum dan berkata, “If you don’t mind, I will show you the place that you have never seen and felt before,” katanya dengan tersenyum. Dengan jawaban itu, jiwa petualangan David pun bangkit, yang kemudian ia memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya dengan sang pilot tersebut. Setelah turun dari bis, mereka berdua memasuki desa sang pilot dengan berjalan kaki. David melangkahkan kakinya dengan bersemangat. Semakin jauh Ia melangkah, semakin penasaran David dengan penduduk desa tersebut. Karena selama perjalanan, David yang “bule” selalu dilihat dan disapa oleh hampir semua penduduk yang berpapasan dengannya dengan sapaan yang menurutnya sangat berbeda dengan salam yang ia ketahui, “Assalamualaikum!” Dan tak ketinggalan sang pilot pun selalu menjawab dengan jawaban yang menurutnya aneh pula, “waalaikumsalam!” Ketika David merasa penasaran, sang pilot menjelaskan kalau sapaan itu merupakan doa yang mereka sampaikan untuk sesama muslim yang mereka temui.
David kemudian dipersilahkan masuk kedalam rumah sang pilot dan dipersilahkan beristirahat untuk menghilangkan lelah. Karena sangat lelah, David pun kemudian tidur di salah satu kamar dirumah tersebut. Tak terasa empat jam telah berlalu, David kemudian bangun dan berjalan menuju ruang tengah. Ternyata disana Ia sudah ditunggu oleh sang pilot dengan beberapa masakan didepannya. Sang pilot itupun mengajaknya makan dan kemudian merekapun saling bercerita.
Tak berapa lama mereka ngobrol, ada seseorang datang membawa makanan yang lain yang disuguhkan kepada mereka. David terheran-heran dan bertanya, “Why does he give us another foods?” Dengan tersenyum sang pilot menjawab, “Because you are my guest, and we are supposed to serve our guest as good as possible.” Kemudian sang pilot juga bercerita bahwa ia telah memberi tahu beberapa tetangga, kalau Ia sedang kedatangan tamu, dan memuliakan tamu adalah salah satu kewajiban bagi mereka sebagai muslim.
David semakin terheran-heran ketika sang pilot berkata bahwa seperti inilah kehidupan masyarakat muslim yang sebenarnya. Tiga hari David menumpang di rumah sang pilot tanpa harus membayar dan tiga hari pula Ia diperlakukan seperti seorang saudara jauh yang sedang dimulyakan. Sang pilot pun juga mengajak David bersosialisasi dengan masyarakat sekitar. Tidak sedikit pun David dengar perkataan kasar dan tidak berguna. Bahkan David merasakan seakan semua itu bagai suatu lingkungan yang sedang mensucikan jiwanya.
“Why does Islam here is different with Islam in my country?” tanya david. Sang pilot dengan tersenyum menjawab bahwa perbedaan bukan terletak pada Islam atau peraturan yang harus dijalani oleh seorang muslim, tetapi umat muslim itu sendiri yang membuatnya berbeda, karena sesungguhnya sumber akan peraturan hidup bagi seorang muslim adalah sama, yaitu Al-Quran dan Hadits Nabi SAW. Sang pilot juga menjelaskan tentang bukti-bukti bahwa Alquran adalah berasal dari Alloh SWT, Tuhan Yang Maha Sempurna.
Dari beberapa jawaban dan penjelasan sang pilot, David menjadi semakin yakin bahwa itulah kehidupan yang sebenarnya. David mulai mengerti kenapa Islam dipandang sebagai “pengganggu” di masyarakat tempat tinggalnya. Bisa jadi karena mereka belum memahami Islam itu sendiri, dan juga mungkin masyarakat muslim itu belum melaksanakan Islam secara benar. Belum lagi fitnah-fitnah yang disebarkan oleh pihak-pihak yang benci terhadap Islam.
Hari ketiga David berada dirumah itu, Sang pilot kembali bercerita tentang keindahan Islam. Beliau menjelaskan mengapa peraturan hidup dan kehidupan dalam Islam akan menjadikan kebahagiaan dan kedamaian bagi semua yang menerapkan. Terakhir beliau menutup ceritanya dengan berkata, “brother I had show you all about moslem. You will come back to your country. Now, please if someone says bad story about Islam, you should explain to him the truth, and...” Belum sempat beliau melanjutkan perkataannya, David bertanya “Can I be a moslem like you?” Sang pilot kaget, Ia memandangi David kemudian beliau bertanya, “Are you serious wanna be a moslem?” “yes please, I do sure that this is a real life that I dream of before. Brother, please, I wanna be a moslem like you, I wanna life with Islam,” jawab David.
Saat itu juga air mata sang pilot menetes, beliau mengulurkan tangan dan memeluk David. Sembari menangis beliau berkata “brother, I do sure that you will be a good moslem.” Kemudian sang pilot mangajak david pergi ke masjid didekat rumah beliau, dan disitulah David pertama kali mengucapkan dua kalimat syahadat. Dengan terbata-bata David mengucapkan “Assyhadualla Illaahaillalloh Wasyhaduanna Muhammadarrasullulloh”. “Alloohuakbar!”, kemudian disusul seruan takbir para jamaah yang berada di sekitarnya. Semua orang yang berada di dalam masjid memandangi David sembari mengucapkan selamat dan mamanjatkan doa untuknya. David pun tak kuasa menahan tangis saat itu. Belum pernah Ia rasakan kenikmatan seperti saat itu. David merasakan bagaikan seorang bayi yang baru dilahirkan. Ia peluk erat mereka yang hadir satu persatu, karena saat itulah “ikatan hati” mereka mulai terbentuk. Dan sejak saat itu David berganti nama menjadi Abdullah Ibrahim.
Abdullah Ibrahim tidak mampu menahan air matanya ketika ia menceritakan kisah perjalanan hatinya yang sangat indah dan mengharukan itu. Kemudian beliau memeluk saya dan berkata. “Brother, the beauty of Islam will never be closed although a thousand of mountains are fallen down close over it (Saudaraku, keindahan Islam tak akan tertutupi, walaupun seribu gunung ditimpakan untuk menutupinya). Mari kita tunjukkan kepada dunia bahwa islam adalah agama yang indah dan damai.”
Subhanalloh, bagai berada didalam ceritanya saat itu, dalam hatiku berdoa, “Yaa Rabb, Ijinkan hamba untuk bisa selalu mencintaiMu serta melaksanakan perintahMu secara sempurna, dan ijinkan hamba untuk bisa menunjukkan keindahan ayat-ayatMu melalui kata dan perilakuku. Amien.
Tak terbayangkan apabila semua muslim bisa melaksanakan ayat-ayat Alloh SWT dengan sempurna, Niscaya keindahannya, akan membuat para kafirin akan memasuki Islam dengan berbondong-bondong. Alloohuakbar!

Editing By : ABU MAJID