By: Abu Majid and OneDay-OneJuz Community
Kita semua paham pentingnya ibadah sholat dalam kehidupan seorang muslim. Didalam Al-Qur’an maupun Al-Hadist pun telah dijelaskan bahwa Amalan ibadah seseorang itu akan ditentukan oleh kualitas ibadah sholatnya. Ibarat wadah/kantong, maka sholat adalah tempat menampung semua amalan baik yang dilakukan oleh seorang muslim. Jika kantong itu berlubang-lubang maka sudah barang tentu barang-barang yang dimasukkan kedalamnya akan berceceran kemana-mana.
Iblispun sangat paham bahwa Shalat adalah ibadah paling menentukan posisi seorang hamba di akhirat kelak. Jika shalatnya baik, maka baiklah nilai amal yang lain, begitu pula sebaliknya. Wajar jika iblis menugaskan tentara khususnya untuk menggarap proyek ini. Ada setan khusus yang mengganggu orang shalat, menempuh segala cara agar shalat seorang hamba kosong dari nilai atau minimal rendah kualitasnya. Setan itu bernama ‘Khanzab’.
Utsman
bin Affan pernah bertanya kepada Rasulullah: “Wahai Rasulullah, setan telah
mengganggu shalat dan bacaanku.” Beliau bersabda:
“Itulah setan yang disebut dengan ‘Khanzab’, jika engkau merasakan
kehadirannya maka bacalah ta’awudz kepada Allah dan meludah kecillah ke arah
kiri tiga kali.” (HR Ahmad)
Utsman
melanjutkan: “Akupun melaksanakan wejangan Nabi tersebut dan Allah mengusir
gangguan tersebut dariku.”
Di posisi mana saja Khanzab merusak sholat kita ?
1. Melafazhkan Niat
Sebagaimana
halnya dengan wudhu, serangan pertama yang dilakukan setan kepada orang yang
shalat adalah menyibukkan ia untuk melafazhkan niat. Terkadang diiringi dengan
gerakan aneh, dia membaca niat lalu mengangkat tangannya, lalu gagal dan diturunkan
kembali tangannya. Dia ulangi lagi seperti itu berkali-kali hingga terkadang imam
sudah rukuk atau sujud, sementara ia masih dipermainkan setan dalam niat dan
takbirnya. Di dalam wudhu pun kita sering disibukkan dengan pikiran benar atau
salah niat wudhu, sudah pas atau belum urutannya dll.
Niat
dan usaha menghadirkan hati memang dituntut ketika hendak shalat, namun tak ada
tuntunan sedikitpun bagi orang yang hendak shalat untuk melafazhkan niatnya.
Sebaiknya kita kaji ulang pemahaman kita mengenai tuntunan melafadzkan niat
ini.
Ibnul
Qayyim Al-Jauziyah di dalam Zaadul Ma’ad berkata:
Nabi
memulai shalatnya dengan bacaan ‘Allahu Akbar’, dari Nabi beliau tidak membaca
apapun sebelumnya dan tidak melafazhkan niatnya sama sekali. Beliau tidak
mengatakan: ushalli.., ‘aku niat shalat anu karena Allah menghadap kiblat empat
rekaat sebagai imam (sebagai makmum)..” Tidak pula beliau mengatakan ‘ada’an’
atau ‘qadha’an’, atau ‘fardhan’ dan sebagainya. Semua itu adalah bid’ah yang
tidak disebutkan sedikitpun dalam hadits yang shahih, atau dha’if, tidak pula
terdapat dalam musnad atau mursal, walau hanya satu kalimat saja. Bahkan tak
satupun sahabat mengerjakannya, tidak ada tabi’in yang menganggapnya baik,
begitupun dengan empat imam madzhab.
Orang-orang
belakangan yang membacanya keliru memahami perkataan Imam Syafi’i yang berbunyi
'shalat itu tidak sebagaimana shaum, tidak ada orang yang memulai shalat
kecuali dengan dzikir’. Mereka menyangka bahwa maksud beliau adalah melafazhkan
niat, padahal yang dimaksud tidak lain hanyalah takbiratul ihram.”
2.Ingat Ini..Ingat Itu !
Serangan
kedua, setan akan mendatangi orang yang tengah mengerjakan shalat untuk
mengingatkan urusan di luar shalat. Maka berapa banyak orang yang jasadnya
mengerjakan shalat namun hatinya sibuk menghitung laba rugi perniagaan,
mengingat barang yang telah hilang, atau bahkan urusan ‘kebaikan’ yang tidak
ada hubungannya dengan shalat. Tidak heran jika usai shalat seseorang menjadi
ingat letak barang yang mana ia telah lupa sebelumnya. Setan rela ‘membantu’
orang itu untuk mengingatkan dan menemukan barangnya kembali, asalkan shalat
yang dikerjakan menjadi rusak dan tidak bermutu. Pernah di zaman salaf
seseorang kehilangan barang, seseorang menyarankan agar ia mengerjakan shalat
dan diapun segera melaksanakan shalat. Ajaib, usai shalat tiba-tiba dia
beranjak dari tempatnya dan mengambil barang yang telah dia ingat letaknya
ketika shalat. Diapun ditanya: “Apa yang Anda dapatkan ketika shalat?” Dia
menjawab: “Aku mendapatkan bahwa setan mencuri perhatian saya dari
shalat.”
Ada yang terlalu asyik dengan khayalan dan pikirannya
tentang urusan di luar shalat, hingga dia lupa sudah berapa rekaat yang telah
dia kerjakan. Tentang godaan setan ini, Nabi SAW. bersabda:
“Jika adzan untuk shalat dikumandangkan, setan akan lari
terbirit-birit sambil mengeluarkan bunyi kentutnya sehingga tidak mendengar
adzan. Jika adzan telah usai diapun akan kembali menggoda. Ketika iqamah
dikumandangkan setanpun akan lari hingga usai iqamah setan akan mendatangi
orang yang shalat lalu membisikkan ke hati seseorang sembari berkata: ‘Ingat
ini..ingat itu..’ setan mengingatkan apa-apa yang telah dia lupakan hingga
seseorang tidak mengetahui berapa rekaat yang telah ia kerjakan.” (HR
al-Bukhari)
3.Ragu antara Kentut dan Tidak
Ada kalanya muncul dalam benak seseorang keraguan,
apakah dia kentut ataukah tidak. Ini adalah keraguan yang dihembuskan oleh
setan untuk mengacaukan shalat seseorang. Dia tidak lagi konsentrasi dengan
shalatnya karena ragu, atau dia akan membatalkan shalatnya, lalu dia berwudhu
dan memulai shalatnya lagi, lalu akan digoda lagi dengan cara yang sama.
Sehingga untuk satu shalat dia bisa mengulangi tiga sampai empat kali berwudhu.
Bisa dibayangkan, seandainya ada lima
orang saja dalam satu masjid yang terkena godaan ini, niscaya cukup membuat
kacau jama’ah yang lain.
Untuk
menangkal godaan tersebut Nabi memberikan solusi dan informasi:
“Jika salah seorang di antara kalian mendapatkan yang demikian itu
maka janganlah membatalkan shalatnya hingga dia mendengar suaranya dan mencium
baunya tanpa ragu”. (HR Ahmad)
Di
antara ulama ada yang menyebutkan bahwa hadits ini merupakan salah satu pengecualian dari hadits da’ ma yariibuka ilaa ma laa
yariibuka, tinggalkan apa yang meragukan dan ambil sesuatu yang tidak
meragukan. Dalam kasus ini kita dilarang membatalkan shalat kendati berada
dalam keraguan antara kentut dan tidak, kecuali jika mencium bau kentut atau
mendengar suaranya.
4.Mencuri Perhatian
Kita
juga sering melihat atau bahkan mengalami sendiri menengok/melirik ketika
shalat terkadang tanpa terasa karena terbiasa. Ini juga tak lepas dari serangan
setan yang ingin merusak shalat kita. Nabi ditanya tentang orang yang menoleh
ke kanan dan ke kiri, beliau menjawab:
“Itu adalah setan yang mencuri perhatian seorang hamba dari
shalatnya.” (HR Al-Bukhari dan Abu Dawud)
Untuk
menangkal serangan ini, hendaknya orang yang shalat berusaha menghadirkan
hatinya, bahwa dia tengah berhadapan dengan Allah Yang Maha Berkuasa atas
segalanya. Jika Anda malu atau takut menoleh ke kanan dan ke kiri ketika
berbicara kepada pejabat, lantas bagaimana halnya jika Anda sedang
berkomunikasi dengan sang pencipta dan Penguasa para pejabat itu? (Ar risalah & OneDay-OneJuz Community)