Oleh : Abu Majid & Komunitas OneDay OneJuz
Dua hari menjelang Ramadhan
berakahir, tiba-tiba ada rasa tidak nyaman yang menjalar dipikiranku, yaa..segumpal rasa yang sulit diungkapkan. Inikah rasa sedih akan perginya Ramadhan ?. Sejenak Aku mencoba kembali menelusuri perjalanan Ramadhan yang
telah kulewati. Apakah ada hal istimewa yang telah kulakukan selama hampir sebulan ini ?. Rasanya
Ibadah, wiridan, amalan-amalan yang kulakukan masih seperti hari-hari biasa. Lalu apa yang aku dapatkan hingga diujung ramadhan ini ?.
Mungkin perasaan
menyesal seperti itu wajar dan malah mungkin harus menggelayut dipikiran hamba yang sudah memasuki angka
40 seperti ku ini. Karena diusia yang (seharusnya) telah matang ini wajib muncul berbagai pertanyaan; sudah maksimalkah memanfaatkan moment ramadhan ?, adakah perbaikan dari tahun ke tahun ?. Atau rasa sedih karena kita tidak tahu entah masih berapa kesempatan yang diberikan oleh-Nya untuk
bertemu Ramadhan-ramadhan berikutnya. Jangan-jangan ini yang terakhir…. Jadi adakah lagi kesempatan untuk menyambut Ramadhan dengan lebih baik ??.
Ya! Setiap Orang beriman sudah selayaknya merasakan sedih ditinggalkan Ramadhan. Satu bulan mulia yang ternyata berlalu dengan begitu cepat dari hadapan kita.Namun demikian, ditengah kesedihan kita itu, bukan berarti setelah Ramadhan berlalu kita secara keseluruhan melepaskan nilai-nilai yang terkandung didalamnya, dan hanya menyisakan kesedihan karena ramadhan telah kian jauh berlalu. Kalau selama ini kita sering menantikan kehadiran bulan Ramadhan di hari-hari kita, mengapa tidak kita sendiri yang "menjemput"-nya ?. Menjemput seperti apa ? dengan cara memelihara nilai-nilai yang terkandung pada bulan tersebut, membangun suasana ramadhan di sebelas bulan berikutnya dalam kehidupan kita.
Ya! Setiap Orang beriman sudah selayaknya merasakan sedih ditinggalkan Ramadhan. Satu bulan mulia yang ternyata berlalu dengan begitu cepat dari hadapan kita.Namun demikian, ditengah kesedihan kita itu, bukan berarti setelah Ramadhan berlalu kita secara keseluruhan melepaskan nilai-nilai yang terkandung didalamnya, dan hanya menyisakan kesedihan karena ramadhan telah kian jauh berlalu. Kalau selama ini kita sering menantikan kehadiran bulan Ramadhan di hari-hari kita, mengapa tidak kita sendiri yang "menjemput"-nya ?. Menjemput seperti apa ? dengan cara memelihara nilai-nilai yang terkandung pada bulan tersebut, membangun suasana ramadhan di sebelas bulan berikutnya dalam kehidupan kita.
Sebenarnya begitu banyak alasan
yang menyebabkan kita berharap segera datangnya Ramadhan, diantaranya adalah karena
banyaknya amalan yang bisa kita lakukan didalamnya, bagaimana luarbiasanya pahala dari amalan-amalan ramadhan dilipatgandakan sesuai 'mau'-Nya Allah. Namun Jika kita
lihat dari segi jumlah, hanya sedikit amalan Ramadhan yang 'hanya bisa' kita
lakukan pada bulan tersebut dan tidak bisa kita lakukan pada bulan lain, yaitu:
puasa wajib, shalat tarawih, membayar zakat fitrah, dan iktikaf pada 10 malam
terakhir. tetapi sebenarnya bukankah kita bisa melanggengkan ibadah dan amalan-amalan lainya, seperti: Qiyamul Lail (tahajud dan witir), tilawah Quran, bersedekah,
membiasakan sholat rawatib, senyum kepada orang lain, menjaga pandangan,
menjaga lidah dari ghibah, memperbanyak berbuat kebaikan dan lain-lain,
bukankah amalan-amalan tersebut bisa kita lakukan sepanjang waktu dalam kehidupan kita tanpa harus menunggu datangnya ramadhan ?
Saudaraku. Oleh karena
itu, mari kita "jemput" amalan-amalan yang kemarin sering kita
lakukan pada bulan Ramadhan. Jangan sampai kita beranggapan bahwa
amalan-amalan tersebut hanya sanggup dilakukan saat Ramadhan, sementara
jika Ramadhan berakhir, kita tidak mau lagi melaksanakannya. Bahkan,
amalan-amalan tersebut mestinya lebih meningkat saat Ramadhan telah berlalu,
baik secara kualitas maupun kuantitas, karena jika demikian, kita telah
berhasil menjadikan Ramadhan sebagai bulan tarbiyah (pendidikan) bagi kita
semua.
Kalau saat
Ramadhan kita bisa giat beribadah, mengapa sekarang tidak? apa bedanya ? Bukanlah urusan pahala
adalah haknya Allah? Tugas kita hanyalah ikhtiar dan mempersembahkan amalan
terbaik kepada Allah dan disertai dengan do'a tentunya.
Mari kita hitung, Hari ini sudah hari keberapa Ramadhan berlalu ?, bukankah seharusnya sudah sebanyak itu pula hitungan jumlah Juz Alqur'an yang kita khatamkan ?. jika kemarin kita mampu berpuasa 1 bulan penuh, bukankah amatlah ringan kita berpuasa dihari senin dan kamis.. ?. Jika kemarin sebulan kita bisa bertarawih sekian rakaat setiap malam, bukankah sangat ringan kita qiyamul lail 2 rakaat setiap malam ...?? Ilaa Liqo bil Ramadhan 1436 H, Insyaalloh......
Man Jadda wa Jadda...........
Undhur maa Qoola, wa la tandhur man Qoola.....