Biarkan air mata ini mengalir bersama dengan dosa-dosa yang teringat. Lelapkan semua kesemuan dunia yang hanya sementara. Bukalah sedikit matamu untuk melihat dunia yang abadi, telungkupkanlah tanganmu untuk memberi... Berikan senyummu agar orang lain merasakan kabahagiaanmu... mari lukis perasan hati mencintaiNya dengan keimanan dan ketakwaan. Bismillah...

Selasa, 13 September 2011

Ajari Anak-anak agar punya rasa HORMAT pada Orangtua

Oleh : Abu Majid - BSD
    Liburan panjang Sekolah kemarin  seharusnya menjadi moment yang sangat baik untuk me-refresh otak anak-anak dan juga otak kita sendiri.Karena kita bisa sedikit santai tidak harus mendampingi anak-anak belajar. Tetapi nyatanya tidak begitu bagi saya yang tidak pulang kampung, saya dan terutama istri benar-benar Stress luar biasa. Rasanya ada tambahan ujian bagi Ramadhan kami.  Bagaimana tidak, kalau jaman dulu waktu masih sekolah, liburan saya habiskan dengan bermain di kali, di sawah, di kebun atau main layang-layang di tanah lapang tanpa ada kekwatiran dari orang tua. Sekarang ??, anak-anak menghabiskan waktu libur dengan main game berjam-jam. kita (saya) seringkali harus berteriak untuk menyuruh anak berhenti main game, begitu luarbiasa, Game telah men-candui mereka. Semakin lama semakin asyik. Tak bijak tentu kalau kita membiarkan mereka main game tanpa pendampingan, Internet begitu membahayakan, salah klik maka fatal akibatnya.
    Sebagai orangtua, kita juga punya kesibukan selain ‘hanya’ menunggui anak-anak didepan computer. Ketika kita menyuruh berhenti bermain dan ingin mengerjakan kesibukan yang lain, anak-anak ‘kadung’ asyik, jadilah saling adu argument, anak membantah dll. lalu ketika habis kesabaran , kita terpaksa menggunakan otorisasi  sebagai orangtua, MEMAKSA. Membiarkan anak-anak bermain seharian diluar ? tambah tidak bijaksana. Setiap keluarga tentu punya aturan masing-masing, anda pasti pernah terperangah ketika sikecil tiba-tiba mengucap kata-kata ‘jorok’ atau kurang sopan, anda tentu merasa amat terpukul karena anda merasa tidak pernah mengajari kata-kata itu. Ust. Facrurrozie pada kesempatan seminar Parenting di Gedung koperasi ramadhan kemarin mengatakan “ Lingkungan sangat besar pengaruhnya pada prilaku anak-anak, jika mereka kita biarkan tanpa pengawasan ,maka kita akan kerepotan sendiri mengatur mereka kala remaja”. Benar saja, sayapun sering mengeluhkanya, kerapkali saya dengan tetangga tak sejalan dalam mendidik anak, banyak para orangtua yang melepas begitu saja anak-anak diluar tanpa pengawasan. Saya terkadang harus tega ‘mengusir’ anak-anak yang main dirumah disaat jam tidur siang buat anak-anak. Sayapun tak habis pikir, kenapa jam-jam segitu anak-anak dibiarkan ‘berkeliaran’ diluar rumah. Berkali-kali saya harus menaikkan 'tensi' ucapan saya ketika anak-anak berkilah “ Si Rudi boleh main kenapa aku tidak, si Roni boleh ini boleh itu..kenapa aku tidak…??”.

    Berlaku baik dan menyayangi anak-anak bukan berarti orangtua membiarkan anak-anaknya berlaku semaunya, tidak hormat kepada orangtuanya, atau kepada orang lain. Dibiarkan tumbuh dengan pengawasan sekedarnya. Anda pasti pernah mendengar teman anda berkata “ Ach..biarkan saja anak-anak pada dunianya, dulu orangtua saya juga membiarkan saya, toch saya juga jadi ‘orang’…!!”.Sebuah pertanyaan menggelitik di otak saya : Perkataan seperti itu sebenarnya menggambarkan 'sayang' kita pada anak atau justru menggambarkan kepasrahan bahwa sebenarnya kita ' TIDAK TAHU atau TIDAK MAMPU ' mendidik mereka ?.

Terkait dengan penghormatan pada Orangtua, Adakah perbedaan antara cara mendidik anak yang 'dibiarkan' tumbuh sendiri dengan orangtua yang punya aturan ( bahkan otoriter, mungkin )??.
Seseorang yang mengatakan, " Saya tetap jadi 'orang' meski orangtua saya sibuk..", akan memandang bahwa keberhasilan yang ia raih adalah karena usahanya sendiri. Berbeda dengan seseorang yang menjadi 'orang'  tetapi  harus dilaluinya dengan seabrek aturan dari orangtuanya. Ia akan memandang bahwa keberhasilan yang diraihnya karena peran orangtua. Ia akan hormat dan berterimakasih kepada kedua orangtuanya, iapun akan mengatakan " Semua aturan yang diterapkan kedua orangtua saya ternyata bukti bahwa mereka menyayangi saya, entahlah apa jadinya kalau mereka membiarkan saya 'tumbuh' sendiri".
Sebuah artikel Parenting Skill, Dr. Ekram & Dr.Moh.Rida Beshir, mengupas tentang bagaimana kita sebagai orangtua harus menanamkan nilai-nilai kasih sayang dan rasa hormat pada diri anak sejak usia dini.
Senada dengan itu dalam suatu hadits rasulullah saw bersabda: "Seseorang yang tidak mempunyai rasa sayang kepada yang lebih muda dan tidak punya rasa hormat kepada yang lebih tua, bukan dari golongan kami"

Di banyak ayat dalam Al-Qur'an menegaskan untuk menghormati kedua orangtua. Di dalam surah Al-Israa', ayat 23-24  dan disurah Al-Baqarah ayat 83.

"...dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia...."
    Anak-anak memerlukan contoh menghormati orangtua dan orang-orang yang lebih tua dalam kehidupan keseharian mereka. Saya pernah membaca sebuah artikel yang mengatakan bahwa: Budaya Timur masih mudah untuk menerapkan rasa hormat menghormati, tetapi budaya orang amerika utara membuat hal ini menjadi sulit bagi anak-anak untuk belajar nila-nilai ini tanpa usaha yang sungguh-sungguh, contoh yang konsisten dan latihan terus menerus dari orangtua mereka. Dalam masyarakat ini ( amerika), anak-anak selalu mendengar komentar seperti, "Why not?", "It's not fair," and  "I don't care" dari teman-teman mereka juga dari orang-orang dewasa. Komentar dan tingkah laku seperti ini tidak mengembangkan rasa hormat,  karena ini berasal dari sikap individual di Amerika utara.

Komentar tersebut menggambarkan sifat mementingkan diri sendiri dan hanya memperhatikan keinginan pribadi tanpa memperhatikan keinginan orang lain.

Juga sangat normal bagi anak-anak make faces (meledek) ketika mereka berbicara dengan orangtuanya di rumah atau kepada guru mereka di sekolah. Tingkah laku seperti ini menjadi kebiasaan untuk sebagian anak-anak. Sikap ini menjadi biasa untuk sebagian anak-anak yang hampir setiap saat mereka bahkan tidak berfikir lagi kalau mereka make faces. Ini adalah bentuk lain dari perbuatan tidak menghormati yang seharusnya tidak dibiarkan jika kita ingin anak kita menjadi anak muslim yang mempunyai akhlak yang mulia. Hati-hati, di lingkungan kita sendiri, bahkan bontang, norma-norma tsb sudah mulai terdegradasi, anak-anak kurang mendapatkan contoh yang baik dari orangtua dan lingkungan.

Orangtua harus berusaha keras untuk memastikan anak-anak mereka memahami bahwa apa itu menghormati dan apa yang tidak. Orangtua dengan mudah mengajari  menghormati dengan selalu memperlakukan satu sama lain dengan sikap menghormati, sehingga anak-anak mempunyai contoh yang nyata. Orangtua juga dapat mengajar menghormati dengan memperlakukan anak-anak secara hormat dan dengan melatih secara terus menerus, latihan dan menuntut anak-anak mengerjakan  perbuatan-perbuatan menghargai. Sebagai contoh, jika mereka make faces ketika berbicara dengan kita (orangtua),  lalu katakan kepada mereka,"Look at me. Am I making faces while I'm talking to you? Please don't make faces when you talk to me."

Contoh lain mengajarkan mereka untk mengatakan "please, mohon, tafadhol / lausamahta" kapan saja mereka meminta sesuatu dan "thank you, terimakasih, syukron / alhamdulillah" kapan saja mereka diberikan sesuatu.  Meskipun dalam hal yang sederhana berterima kasih kepada ibu mereka untuk makanan yang telah tersedia di meja makan  membuat mereka berfikir betapa banyak yang dilakukan orangtua mereka untuk mereka.

Walaupun ketika tidak sependapat, anak-anak harus diajarkan melakukannya dengan cara yang hormat. Misalnya, orangtua membawa anak-anak ke taman untuk bermain. Ketika waktunya untuk pergi, anak-anak bertanya," Can we stay longer, mom-dad ?". Setelah orangtua menjelaskan saatnya untuk pergi. Anak-anak mulai bicara,"It's not fair. Why do we have to go?".

Orangtua seharusnya jangan membiarkan hal ini. Jika anak-anak melihat perbuatan yang tidak menghormati ini diterima, mereka akan terus berbuat seperti ini. Orangtua bisa membiarkan anak-anak meminta untuk tinggal lebih lama dengan halus, asalkan mereka ingat untuk mengatakan "please", dan harus tahu batasannya dan kapan berhenti meminta.

Wuuiihhhh… ternyata begitu susahnya menjadi orangtua yang baik, saya heran bagaimana caranya teman-teman saya memiliki anak-anak yang banyak tapi tanpa rasa stress, Sedangkan saya yang baru punya dua anak begitu kewalahan, pagi-pagi dimulai dengan ‘susah-payah’ membangunkan anak untuk sholat subuh, itupun sudah jam 6 bahkan lebih, siang hari bertengkar untuk menyuruh anak tidur siang, sore hari ‘berkelahi’ untuk menyuruh mandi, lalu malam hari ‘berperang’ untuk menyuruh mematikan televise, belajar dan lalu tidur.Sampai disitu..? ternyata tidak, ditengah pagi buta, jam 2. anak terbangun minta dibuatkan susu…..Please…bagaimana kita tidak stress dengan rutinitas seperti itu.

Note : Saya harus mengakui bahwa sebenarnya saya merasa malu membuat tulisan-tulisan seperti ini, bagaimana tidak kalau saya hanya bisa menulis tetapi teramat sulit mempraktekkanya.

Yach..semoga Saudara-saudaraku terinpirasi dari tulisan ini.

Wassalam,

Abu Majid.