Biarkan air mata ini mengalir bersama dengan dosa-dosa yang teringat. Lelapkan semua kesemuan dunia yang hanya sementara. Bukalah sedikit matamu untuk melihat dunia yang abadi, telungkupkanlah tanganmu untuk memberi... Berikan senyummu agar orang lain merasakan kabahagiaanmu... mari lukis perasan hati mencintaiNya dengan keimanan dan ketakwaan. Bismillah...

Senin, 13 Desember 2010

Bergaul Sesuai Kedudukan

"Perlakukanlah manusia sesuai dengan kedudukannya." (HR. Abu Daud)
           Pada dasarnya manusia itu mempunyai kedudukan yang sama. Di sisi Allah hanya nilai taqwa yang membedakannya. Yang paling bertaqwa, itulah yang paling mulia, Al -Qur'an surah al-Hujurat: 13.
Akan tetapi secara alamiah kedudukan dan maqam manusia tetap berbeda-beda. Allah mengangkat seseorang setingkat atau beberapa tingkat di atas yang lainnya, karena berbagai sebab. Allah berfirman:"Dan Kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebahagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan." (QS. Az-Zuhruuf: 32)
Dari ayat tsb nampak jelas keadilan Alloh SWT, ada yang kaya ada yang miskin, ada atasan ada bawahan, ada pejabat ada orang biasa.maka itulah rahmat.

  1. Perbedaan kedudukan manusia itu sudah merupakan sunnatullah. Paling sederhana, orang tua mempunyai kedudukan yang tinggi di depan anak-anaknya. Sehebat apapun seorang anak, ia harus tetap hormat pada kedudukan orang tuanya. Kemuliaan orang tua ini sangat alamiah, karenanya ajaran Islam menjunjungnya tinggi-tinggi.
  2. Perbedaan umur juga menjadikan seseorang menempati kedudukannya masing-masing. Orang yang lebih tua --dalam akhlaq Islam-- harus dihormati oleh yang lebih muda. Penghormatan itu semata-mata karena nilai kemanusiaannya, bukan karena pertimbangan yang lain. Boleh jadi yang lebih muda mempunyai pangkat yang tinggi, akan tetapi kepada yang lebih tua dia harus tetap menghormati.
  3. Kedua orang tua, anak, saudara, famili, tetangga, dan teman adalah orang-orang yang mempunyai kedudukan sendiri-sendiri yang secara otomatis diperolehnya tanpa usaha apa-apa. Kedua orang tua harus dimuliakan, anak disayang, saudara tua dihormati, saudara muda disayangi, tetangga diberi hak-haknya, bergaul dengan teman dengan baik. Kedudukan tersebut secara otomatis mempengaruhi pola perilaku dan etika tersendiri. Tak ada larangan anda berteman baik dengan orang berpangkat baik yang muda maupun yang berusia lebih tua namun sebatas ukhuwah persaudaraan sesama muslim
  4. Suami istri punya kedudukan sendiri-sendiri. Suami berlaku kasih sayang kepada istri, sedangkan istri taat dan menghormati suami. Kedudukan seperti ini sudah merupakan fitrah alami. Jika dicoba dilanggar akan terjadi berbagai ketimpangan. Hal seperti itu sama saja dengan menyalahi hukum alam, menentang kehendak Tuhan.   
  5. Pemimpin atau penguasa juga memiliki kedudukan yang khas. Oleh karenanya, mereka juga sepatutnya mendapat perlakuan yang khusus pula. Tidak harus memperhatikan apakah seorang pemimpin itu amanah atau tidak, secara kedudukan mereka berhak kita hormati. Itulah sebabnya Nabi Musa tetap diperintahkan bersikap baik kepada Fir'aun ketika hendak menyampaikan dakwahnya. Allah berfirman:
    "Pergilah kamu berdua kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas, maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut." (QS. Thaaha: 33-34)Hadits di atas memberi pelajaran kepada kita agar bersikap arif dan bijaksana. Kita diminta untuk memperlakukan semua orang sesuai dengan kedudukannya. Kepada yang memiliki kelebihan kita menghormatinya, kepada yang berkekurangan kita bersikap santun dan sayang.
    Orang dewasa kita panggil dengan panggilan hormat. Sementara anak-anak kita panggil dengan panggilan yang menyenangkan dan memberi motivasi. Ada waktunya kita berkata "kamu", ada pula saat kita menyebut "bapak" atau "ibu", dan seterusnya. Menempatkan kata-kata itu merupakan sopan santun dan akhlaq Islami. Jika harus menyebut nama, maka panggilah dengan panggilan yang paling Ia sukai, bukan ber olok-olok.

        Selain kedudukan yang diperoleh seseorang secara otomatis, ada juga kedudukan yang didapat karena amal usahanya. Seorang ulama misalnya, menempati kedudukan yang tinggi karena keluasan ilmunya. Ilmu itu tentu saja diperoleh melalui usaha, yaitu belajar tekun bertahun-tahun. Cara menghormati ulama adalah dengan bersikap tawadhu' (rendah hati), menampakkan kefakiran dan kebutuhan akan ilmunya, dan berdoa untuk mereka, khususnya pada waktu mereka mengajar dan memberi fatwa.

Sahabat2ku tercinta, mohon maaf tidak saya tuliskan hadist dan ayat secara rinci. namun mudah-mudahan tetap bisa menjadi pengingat bagi kita yang "mungkin" terkadang lalai.

Salam hangat....tetap semangat dan tebarkan salam untuk saudaramu!!