Biarkan air mata ini mengalir bersama dengan dosa-dosa yang teringat. Lelapkan semua kesemuan dunia yang hanya sementara. Bukalah sedikit matamu untuk melihat dunia yang abadi, telungkupkanlah tanganmu untuk memberi... Berikan senyummu agar orang lain merasakan kabahagiaanmu... mari lukis perasan hati mencintaiNya dengan keimanan dan ketakwaan. Bismillah...

Jumat, 31 Desember 2010

Hikayah Bab : 4, 5 dan 6 ( Hayyati Fiil Yaum )

Materi Pelajaran Bahasa Arab Bab : 4, 5, dan 6 ( Hayyati Fiil Yaum / Kegiatan sehari-hari )
Kelas Malam Masjid Al-Furqon
Berikut saya kirimkan cerita yang saya tulis berdasar Materi Bab-bab diatas :

حِكَايَةِ هَذَا اليَوْمَ

ألآنَ، السَّاعَةَ الخَمْسَةُ وَ الأَرْبَعُونَ دَقِيقةُ

.هَذَا الفَجْرِ  أَسْتَسْقِظُ السَّاعَةَ الرَّابِعَ وَ نِصْفُ
.أنَا كَسْلَنُ جِدَّا,  لِمَذَا ؟ يَوُمَ الأمْسِ كَثِيْرٌ عَمَلِي هَتَّ أَنَا تَعْبَنُ جِدًّا
.بِ القَلبِ الَذِ كَسْلَنُ, دَهَبْتُ الى المَسْجِدِل فَطْهُ الخَيرِ للصَلآتُ الفَجْرِ
.السَّاعَةَ الخَمِاسَّةَ وَ عِسْرُن دَقِقَةُ رَجَعْتُ الى البَيْةِ
بَعْدَ الصَّلاَتُ الفَجرِ لا أنَمُ
.اَلوَكْتَ بَينَ بعد الصَّلاة هَتَّ السَّعَةَ السَّادسَة فَعَلتُ كَثِيْرٌ جِدًّا
,كَنَسْتُ  غُرْفَةِ النَّوْمِ وَ كَنَسْتُ غُرْفَةِ الْجُلُوْسِ
ثُمَ أدْهَبُ إلى المَطْبَخِ لِلأنْصَرُ الَزَوْجَةِ لِلأغْسِلُ الأَطْبَاقَ
.أَيْظَانُ أَنْصَرُ الَزَوْجَةِ لِلأغْسِلُ اَلمَلآبِسُ فِي الْحَمَّامِ
.بَعْضَ قَرَأَتُ الْقُرْآنَ وَ أَسَهَدَتُ الْتِلْفَازَ
.فِي اَلْفَطُوْرَ أَكَلْتُ  بَعْضَ السَّمَكِ وَاْلأَرُزِّ وَالسَّلَطَةَ وَالْفَاكِهَةَ وَ شَرَابَتُ الْمَاءَ

فَعَلْتَ كَثِيْرٌ جِدًّا, ياَ أخِي, قُلْتَ فِي الأَمْسِي عَمَلُكَ كَثِيْرٌ فِي الشَّارِكَةَ وَ أنْتُم تَعْبَانُ, نَعَامُ ؟ بَلْ أنْتُم تَعْمَلُ هَذَا أَيظَانُ فِي البَيتُكَ. إذًا أينَ زَوْجَةُكَ هَل هِيَ مَرِيظَ الصَذِقِ يَتَكَلَمُ مَعِ,

.لاَ، الزَوْجِةِ لاَ مَرِيضَ, بَل أحِبُّ أَفْعَلُ هَذَا
السَّعَةَ السَّادِسَةُ وَ الأَرْبَعُونَ دَقِيقةُ, دَهَبْتُ الى الشَّارِكَةُ بِ الدَّبَّبُ
فِي اْلاِسْتِرَاحَةِ رَجَعْتُ الى البَيْتِ لِلغَدَاءِ وَ الصَّلاَةُ الظُّهْرَ

أُصَلِّي الظُّهْرَ فِي المَسجِدُ فَطهُ القَير، بَل اَحْيَتَان أُصَلِّي الظُّهْرَ فِي المَسجِدُ الفُرْقَانَ
فِي السَّاعَةَ الوَاحِدَة وَ الثَّلاَثُون دَقِيقَةُ دَهَبْتُ الى الشَّارِكَةُ للعَمَلُ هَتَّ الشَاعَةََالرَّابِعَةِ


ألآنَ، أَكْتُبُ هَذَا الهِكَيَةِ للدِّرَاسِ الغَةُالأَرَبِيَّة اللَّيْلَةَ غَدًا 

Cerita diatas sebagian besar saya tulis dengan memakai Fi'il Madhy ( Past Tense / Lampau ), karena saya menceritakan kegiatan dalam satu hari ( tadi pagi hingga sore ini / saat nulis cerita )

Rabu, 29 Desember 2010

Hikayah ( Cerita ) dari bab 1, 2, 3 dan 11

Pelajaran Bahasa Arab Bab : 1, 2, 3 dan  11   ( Kelas Malam Masjid Al-Furqon ).                          Materi dalam bab-bab tersebut saling berkaitan sehingga dapat kita jadikan sebuah Percakapan / Cerita.  Berikut saya buatkan sebuah cerita berdasarkan Materi-materi tsb:
.اَلبَارِحَةُ, انَا مَعَ الأُسْرَةِ دَهَبْنَ إلَى سَمَارِنْدَ لِلسَّفَرٌ
فِي الفُنْدُعْ,  لِقَاءِ لِي الرِّجَالُ 
:هَذَا تَحْتِ الحِوَارُ بَيْنَ أنَا ( أَبُ المَجِيدُ ) مَعَ أَخِيْ  خَالِد
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ
وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ
كَيْفَ حَالُكَ ؟
بِخَيْرٍ، وَالْحَمْدُ للهِ
عَفْوًا, مَنْ أَنْتَ ياَ أَخِيْ ؟
اِسْمِيْ خَالِد، مَا اسْمُكَ ؟
اِسْمِيْ أَبُ المَجِيدُ
مِنْ أَيْنَ أَنْتَ ياَ أخِي ؟
أَنَا مِنْ مَكَسَارُ, وَ أَنْتَ ياَ أبُ المَجِيدُ ؟
أَنَا مِنْ جُوعْجَكَرْتَ
أَيْنَ تَسْكُنُ  ياَ أبُ المَجِيدُ ؟
أَسْكُنُ فِيْ بُونتَنعْ
كَمْ تَسْتَغْرِقُ الرِّحْلَةُ مِن سَمَارِينْدَ إِلَى بُونتَنع
تَسْتَغْرِقُ سَاعَةً وَنِصْفَ السَّاعَةِ تَقْرِيْبًا
َمَتَى حَضَرْتَ مِن جُوعْجَكَرْتَ؟
حَضَرْتُ قَبْلَ عَشْرِ سَنَوَاتٍ
لمِاَذَا تَرَكْتَ جُوعْجَكَرتَ  ؟
هَلْ حَضَرْتَ لِلْعَمَلِ ؟
نَعَمْ كَيْفَ أَنْتَ ياَ أخِي ؟
أَنَا أَيْضًا
أنَا مُأَظَفُ مَاذَا تَعْمَلُ أَنْتَ ؟
أَعْمَلُ مُهَنْدِسًا
أَيْنَ تَعْمَلُ ؟
أَعْمَلُ فِي الْمُسْتَشْفَى
كَمْ سَاعَةً تَعْمَلُ فِي الْيَوْمِ ؟
أَعْمَلُ ثَمَانِيْ سَاعَاتٍ فِي الْيَوْمِ
وَكَمْ سَاعَةً تَعْمَلُ أَنْتَ ؟
أَعْمَلُ سَبْعَ سَاعَاتٍ
هَلْ تُحِبُّ عَمَلَكَ ؟
نَعَمْ، أُحِبُّ عَمَلِيْ
أَنَا أُحِبُّ عَمَلِيْ أَيْضًا
شُكْرًا  أَبُ المَجِيدُ
عَفْوًا  ياَ أَخِيْ ؟
مَعَ السَّلاَمَة
مَعَ السَّلاَمَة
   Cerita / Percakapan  ini saya tulis berdasarkan kalimat-kalimat Hiwar yang ada dalam bab-bab diatas. Dalam cerita tersebut ada beberapa Fi'il Madhy ( Past Tense / Bentuk Lampau ) sehingga mungkin ada beberapa kata yang sedikit berbeda dengan bahasan kita..........(SRT)


Senin, 27 Desember 2010

Berhentilah BERTERIAK.....!!

     Ketika kemarahan kita memuncak, emosi menguasai hati kita,  ungkapan dan ucapan kotor meluncur tanpa bisa kita bendung. Segalanya menjadi salah di mata kita. Apakah kemarahan harus ditahan, apakah kekecewaan harus dipendam ?

Saat kita marah, syetan berada persis mengikuti aliran darah kita, mengalir cepat kesegala bagian tubuh kita.
Teriakan, cacian, umpatan dan hardikan pada akhirnya yang akan meluncur dari mulut kita tanpa kuasa kita kendalikan.
    Ada sebuah cerita, tentang satu kebiasaan yang ditemui pada penduduk yang tinggal di sekitar kepulauan Solomon, di Pasifik Selatan. Penduduk primitif yang tinggal di sana meyakini bahwa semua yang ada didunia ini mempunyai roh, bahkan gunung, batu, kayu pun akan bereaksi jika kita ajak berkomunikasi. kebiasaan yang menarik dari mereka, ketika mereka ingin merobohkan sebuah pohon yang besar, kokoh dan tinggi menjulang dengan akar-akar yang sangat kuat dan sulit untuk dirobohkan dengan kapak.
   Dipimpin oleh tetua suku, mereka segera mengadakan ritual sesaji untuk menundukkan pohon besar tesebut. Kemudian, dipilihlah beberapa penduduk yang lebih kuat dan berani. Mereka akan memanjat hingga ke atas pohon itu. Lalu, ketika sampai di atas pohon itu bersama dengan penduduk yang ada di bawah pohon, mereka akan berteriak sekuat-kuatnya kepada pohon itu. Mereka lakukan teriakan berjam-jam, selama kurang lebih empat puluh hari. Dan, apa yang terjadi sungguh menakjubkan. Pohon yang diteriaki itu perlahan-lahan daunnya mulai layu dan mengering. Setelah itu dahan-dahannya juga mulai rontok dan kemudian pohon itu akan mati. Setelah itu mereka akan dengan mudah merobohkan pohon besar tersebut.
   Kalau diperhatikan apa yang dilakukan oleh penduduk primitif ini sungguhlah aneh. Namun kita bisa belajar satu hal dari mereka. Mereka telah membuktikan bahwa teriakan-teriakan yang dilakukan terhadap mahkluk hidup seperti pohon akan menyebabkan benda tersebut kehilangan rohnya. Akibatnya, dalam waktu singkat, makhluk hidup itu akan....mati!.
Nah, sekarang, Yang jelas dan perlu diingat bahwa setiap kali kita berteriak kepada mahkluk hidup tertentu maka berarti secara perlahan kita sedang mematikan rohnya.
  Jadi saudaraku, seberapa sering kita marah dan  berteriak? pada putra-putri kita? Pada orang disekeliling kita atau pada siapapun?
Atau, mungkin kita pun sering berteriak balik kepada pasangan hidup kita karena kita merasa terusik harga diri kita ?
Atau, bisa pula seorang guru berteriak pada anak didiknya, Atau seorang atasan berteriak pada bawahannya saat merasa kesal.

Ingatlah! Setiap kali kita berteriak pada seseorang karena merasa jengkel, marah, terhina, terluka. Jangan lupakan pelajaran yang telah diajarkan oleh penduduk kepulauan Solomon ini. Mereka mengajari kita bahwa setiap kali kita mulai berteriak, kita mulai mematikan roh pada orang yang kita cintai, pada orang yang kita sayangi. Kita mulai mecabut satu persatu syaraf-syaraf halus yang ada pada jiwa orang yang kita cintai. Kita juga mematikan roh yang mempertautkan hubungan kita. Teriakan-teriakan, yang kita keluarkan karena emosi-emosi kita perlahan -lahan, pada akhirnya akan membunuh roh yang telah melekatkan hubungan anda.
   Dalam kehidupan sehari-hari. Teriakan, hanya di berikan tatkala kita bicara dengan orang yang jauh jaraknya, benar?

Nah, mengapa orang yang marah dan emosional menggunakan teriakan-teriakan padahal jarak mereka dekat bahkan hanya bisa dihitung dalam centimeter. Mudah menjelaskannya...!! Pada realitanya, meskipun secara fisik mereka dekat tapi sebenarnya hati begitu jauh. Itulah sebabnya mereka harus saling berteriak! Selain itu, dengan berteriak, tanpa sadar mereka pun mulai berusaha melukai serta mematikan roh orang yang dimarahi karena perasaan-perasaan dendam, benci atau kemarahan yang dimiliki. Kita berteriak karena kita ingin melukai, kita ingin membalas.

   Jadi mulai sekarang Jika  ingin roh pada orang yang anda sayangi tetap tumbuh, berkembang dan tidak mati, janganlah menggunakan teriakan-teriakan. Dengan berteriak kepada orang lain ada 2 kemungkinan balasan yang Anda akan terima. Anda akan dijauhi atau Anda akan mendapatkan teriakan balik, sebagai balasannya.

Hadist Nabi :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلاً قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَوْصِنِي، قَالَ : لاَ تَغْضَبْ فَرَدَّدَ مِرَاراً،  قَالَ: لاَ تَغْضَبْ
[رواه البخاري]
Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu sesungguhnya seseorang bertanya kepada Rasulullah sholallohu ‘alaihi wa sallam : (Ya Rasulullah) nasihatilah saya. Beliau bersabda : Jangan kamu marah. Beliau menanyakan hal itu berkali-kali. Maka beliau bersabda : Jangan engkau marah. (Riwayat Bukhori )
Nabi juga bersabda : " dari abi darda' berkata : berkata seseorang kepada Rosululloh : " wahai Rosululloh tunjukan padaku amalan yang membuatku masuk syurga. Rosululloh bersabda : " jangan marah maka bgimu syurga".

" barang siapa yang meredam amarahnya sementara dia mampu meluapkanya maka Alloh akan memanggilnya di hari kiamat diatas kepala makhluk (dengan kemuliaan) sehingga di suruhnya memilih khurun "in (bidadari) yang di kehendakinya".  Wallohu a'lam.

Salam Hangat,


AlFajri fii hayyi Bukit Sekatub Damai................(SRT)

Selasa, 21 Desember 2010

Ayah Jahat...............!!

           Senja turun perlahan, dilangit warna lembayung mulai memudar. Gelap merambat memeluk bumi. Malam mengintip dari balik rimbunan hutan bakau dibelakang rumahku. Kumandang pengajian lamat-lamat sudah terdengar dari Masjid Fathul Khoir.
Aku mencelupkan kain pel dan memerasnya perlahan. Lalu melanjutkan ngepel ruang tamu yang tak seberapa luas. Sesekali aku mendengar tangisan dari balik kamar yang tertutup rapat. Terisak. Lirih. Anak keduaku masih mengunci dalam kamar sementara Ibunya masih belum pulang dari pengajian RT.
           Ketika untuk kesekian kalinya aku membilas kain pel itu lagi, sekelebat ingatan menyeruak kembali. Sepasang mata yang basah oleh air mata dan menatap tajam ke arahku. Dan bibir mungil itu, yang akhir-akhir ini senang sekali menyenandungkan lagu “Jangan Marah, marah itu temannya syetan”, menghunjamkan amarah langsung kepadaku.

AYAH JAHAT!!!” tangisnya pecah dan berlari kedalam kamar, menyembunyikan tangisnya di dalam kamar. Persis ibunya kalau sedang marah padaku
Sejenak aku menghela napas.
Mengingat kembali kejadian sore ini. Ketika kaki mungilnya yang kotor karena bermain dari luar, begitu saja masuk dan meninggalkan noda kecoklatan dari depan pintu hingga ke arah dapur. Malaikat kecilku itu rupanya kehausan dan langsung mencari minum, tidak peduli kepada bapaknya yang belum selesai mengepel lantai.
“Majiiiddd gimana sih? Tidak liat ayah lagi ngapain?” Aku merasa suaraku menggelegar di luar kontrol.
“Lagii… ngepel.” jawabnya pelan sambil meletakkan gelas di dekat TV. Langkahnya terhenti ketika sepasang matanya yang bulat menatap lukisan tapak kaki berwarna kecoklatan yang membentang ke pintu depan.
“Ya.. kotor lagi ya… Sini biar adik yang pel.” katanya sambil melangkah dan mencoba mengambil gagang pel dari tanganku.
APA-APAAN SIH??” suaraku semakin meninggi. Sejenak mata itu mengerjap, mungkin kaget dengan kerasnya suaraku. Tapi hanya sejenak, mungkin dianggapnya aku bercanda. Dan tanpa bicara dia tetap mencoba merebut gagang pel. Dengan keras aku menyentakkan peganganku. Dalam hitungan detik, tangannya terlepas. Kelihatannya tangannya kesakitan.
Sekali lagi dia mencoba merebut gagang pel dari tanganku. Aku bertahan. Dia bersikeras. Tapi apalah daya tenaga mungilnya melawan tenaga seorang ayah yang sedang dirundung kesal. Dengan sebuah sentakan yang kasar, sekali lagi pegangannya terlepas.
Tiba-tiba ia terdiam, matanya berkaca-kaca. Ia baru menyadari bahwa ayahnya benar-benar sedang marah. Sambil menghambur ke kamar membawa tangis, dia masih menyempatkan untuk melepaskan amunisi terakhirnya. “AYAH JAHAT !!!
          Masalah yang bertubi-tubi menghajarku akhir-akhir ini, membuat aku kadang merasa tidak mengenali diriku sendiri. Aku sering mudah marah. Aku gampang tersinggung.
Untuk urusan ngepel, kadang-kadang aku juga membiarkan malaikat kecil itu ngepel semau dia. Tidak bisa diharapkan hasilnya akan bersih. Apalah yang bisa diharapkan dari pekerjaan anak yang bahkan kalah tinggi dengan gagang pel. Tapi aku selalu gembira melihat dia dengan serius mendorong-dorong kain pel. Biasanya aku akan membereskan hasil karyanya setelah menggiringnya ke kamar mandi.
Entah kenapa hari itu aku malah melampiaskan amarahku padanya. Padahal mungkin sebenarnya amarah ini harusnya jatah orang yang telah membuatku naik darah siang tadi. Aku memendamnya dan akhirnya … anakku yang jadi tempat sampah aku meluapkan amarah.
         Perlahan aku meletakkan gagang pel ke tembok. Aku menghela napas entah untuk ke berapa kalinya. Aku yang salah. Perlahan aku menuju pintu kamar. Aku berhenti sejenak. Suara tangisnya tidak terdengar lagi. Tidurkah dia?
Tanganku terulur untuk membuka pintu, ketika pada saat bersamaan pintu kamar terbuka dari arah dalam. Majid berdiri dengan mata yang masih menyisakan tangis. Dan langsung menghambur ke arahku. Tangisnya pecah lagi. Aku jongkok dan memeluknya erat. Pundakku basah. Aku mengelus perlahan rambutnya.
Belum lagi aku sempat berucap meminta maaf, dari sela-sela tangisnya aku mendengarnya berkata “Maapin adik ya yah, sudah buat ayah marah.”
Lidahku kelu. Aku mendekapnya makin erat.
Giliran pundaknya yang basah. Pelupuk mataku terasa hangat oleh setetes penyesalan dari lubuk hatiku.

Sahabatku, saudaraku. Terkadang kita marah pada seseorang yang tidak semestinya menerima kemarahan kita. Kita baru menyadari setelah semuanya berlalu. Namun….hati yang terluka karena luapan kemarahan kita, tidak semudah kita meminta maaf untuk disembuhkan. Maka…berhati-hatilah saudaraku dalam melampiaskan kekesalan kita.


Bukit Sekatub Damai, sekedar cerita……..( SRT )

Jumat, 17 Desember 2010

Ringkasan Kalimat Tanya Bab 6 - 11

أَيْنَ تُصَلِّيْ الصَّلَوَاتَ الْخَمْسِ ؟
Dimana engkau shalat lima waktu   ?
أَيْنَ تُصَلِّي الْجُمُعَةَ ؟
Dimana engkau shalat jum'at?
لِمَاذَا تُصَلِّي الْفَجْرَ فِي الْبَيْتِ ؟
Mengapa engkau shalat shubuh di rumah   ?
هَلْ تَسْتَيْقِظُ مُتَأَخِّرًا ؟
Apakah engkau bangun terlambat?
لاَ أَسْمَعُ اْلأَذَنَ
Saya tidak mendengar adzan
ضَعِ الْمُنَبِّهَ بِجَانِبِكَ
Letakkan jam wekker di sampingmu
إِلَى أَيْنَ أَنْتَ مُسَافِرٌ ؟
Hendak Kemana engkau musafir?
هَلْ أَنْتَ مَرِيْضٌ ؟
Apakah engkau sakit?
اُكْتُبِ الْمَوَادَ الدِّرَاسِيَّةِ
Tulislah mata pelajaran!
إِلَى أَيْنَ تَذْهَبُ يَا غَسَّانٌ
Engkau mau kemana, hai Gassan?
هَلْ تَذْهَبُ بِالْحَافِلَةِ ؟
Apakah engkau pergi dengan mobil umum?
مَاذَا تَفْعَلُ فِي اْلاِسْتِرَاحَةِ ؟
Apa yang engkau lakukan pada jam istirahat?
أَعْمَلُ طَبِيْبًا، مَاذَا تَعْمَلُ أَنْتَ ؟
Saya bekerja sebagai dokter, kalau engkau kerja apa?
أَيْنَ تَعْمَلُ ؟
Dimana engkau bekerja?
أَعْمَلُ فِيْ شَرِكَةٍ. أَيْنَ تَعْمَلُ أَنْتَ ؟
Saya bekerja di perusahaan. Dimana engkau bekerja?
أَعْمَلُ فِي الْمُسْتَشْفَى
Saya bekerja di Rumah Sakit
كَمْ سَاعَةً تَعْمَلُ فِي الْيَوْمِ ؟
Berapa jam engkau bekerja dalam sehari?
أَعْمَلُ ثَمَانِيْ سَاعَاتٍ فِي الْيَوْمِ
Saya bekerja delapan jam dalam sehari
هَلْ تُحِبُّ عَمَلَكَ ؟
Apakah engkau menyukai pekerjaanmu?
هَلْ لَكِ أَطْفَالٌ ؟
Apakah engkau mempunyai anak?
كَمْ طِفْلاً لَكِ ؟
Berapa anakmu?
مَرْحَبًا، أَيَّ خِدْمَةٍ ؟
Selamat datang, ada yang bisa dibantu?
بِكَمِ الْقَمِيْصُ ؟
Berapa harga kemeja itu?
أَيُّ قَمِيْصٍ تُرِيْدُ ؟
Kemeja yang mana anda inginkan?
بِكَمِ الثَّوْبُ ؟
Berapa harga pakaian itu?
كَيْفَ الْجَوُّ فِي الْخَارِجِ ؟
Bagaimana cuaca di luar?
ثَوْبُكَ مُبْتَلٌّ. أَيْنَ الْمِعْطَفُ ؟
Pakaianmu basah. Dimana mantel?
مَاذَا نَفْعَلُ ؟
Apa yang akan kita lakukan?
مَا رَأْيُكَ فِيْ جُدَّةَ؟
Bagaimana pendapatmu tentang Jeddah?
كَيْفَ تَقْضِي الْوَقْتَ فِيْ جُدَّةَ ؟
Bagaimana engkau menggunakan waktumu di Jeddah?
وَأَيْنَ تَذْهَبُ اْلآنَ ؟
Dan sekarang kemana engkau akan pergi?
كَمْ تَسْتَغْرِقُ الرِّحْلَةُ إِلَى مَكَّةَ ؟
Berapa lama perjalanan menuju ke Makkah?
تَسْتَغْرِقُ سَاعَةً وَاحِدَةً تَقْرِيْبًا
Lamanya kira-kira satu jam
مِنْ أَيْنَ حَضَرْتَ ؟
Engkau berasal dari mana?
وَمَتَى حَضَرْتَ مِنَ الْيَمَنِ ؟
Kapan engkau datang dari Yaman?
هَلْ حَضَرْتَ لِلْعَمَلِ ؟
Apakah engkau di sini untuk bekerja?
أَيْنَ تَسْكُنُ اْلآنَ يَا بَدْرٌ ؟
Dimana engkau tinggal sekarang, wahai Badar?
لِمَاذَا تَرَكْتَ الْمَدِيْنَةَ ؟
Mengapa engkau meninggalkan kota?
كَيْفَ تَذْهَبُ إِلَى الْمَدِيْنَةِ ؟
Bagaimana caramu pergi ke kota?
كَمْ تَسْتَغْرِقُ الرِّحْلَةُ إِلَى الْمَدِيْنَةِ ؟
Berapa lama perjalanan menuju ke kota?

Rabu, 15 Desember 2010

Segumpal Gundah....!!

       Pagi ini, tiba-tiba saja aku ingin menuliskan tebal-tebal sebuah kalimat “Aku Takut Mati Yaa ALLOH…!!”, berharap agar Izrail cukup hanya tersenyum padaku, dan tidak…menghampiriku !. Astagfirullohal adzim 3X.

        Selepas Magrib tadi malam, tak seperti biasanya aku ingin sekali mendengarkan tausiah ustadz Latief. Meski malam ini ada acara malam hiburan di GOR, namun hal itu tak menyurutkan niatku untuk sejenak diam bermuhasabah bersama malaikat-malaikat pencatat kebaikan, mendengarkan ustadz Latief betkhotbah. Malam ini rasanya aku diberi kemudahan oleh Alloh untuk menerima sebuah Ilmu, Aneh…seharusnya aku bersyukur. Dan nyatanya aku memang bersyukur atas karunia ini. Hanya saja aku merasakan ada sesuatu perasaan yang berbeda dari biasanya.
Beberapa hari ini aku merasa begitu bahagia, kata “bahagia” yang pasti diidamkan semua mahluk yang bernama manusia, tapi aku tak tahu apa sebabnya sehingga aku sebahagia ini. Bahagia yang lama kelamaan bercampur gundah dan ketakutan, akankah sesuatu bakal terjadi padaku ?? Rasanya tak ada kejadian yang teramat istimewa. Tingkah polah kedua malaikat kecilku beberapa hari ini biasa-biasa saja. Tak ada yang aneh, mereka seperti biasa berebut komputer untuk memainkan game-game kesayanganya. Akhirnya sekitar jam 19.45, aku berangkat ke GOR bersama keluargaku. Anak-anakku nampak begitu riang menikmati suasana GOR yang gegap gempita. Aku berdiri disamping istriku, mencoba larut dalam suasana pesta Ulang Tahun PKT ke-33. Semua sia-sia, aku tetap saja tak bisa menepis kegundahan hatiku. Aku semakin takut akan terjadi sesuatu pada diriku.

        Alarm HPku berdering tepat jam 04.20, seperti pagi-pagi yang lain aku segera bangun, berjalan keluar kamar dan tertidur lagi diruang tamu hingga beberapa saat menjelang adzan subuh. Beberapa kali aku mengeluh pada diriku sendiri “ Aku selalu bangun sepagi ini, tapi kenapa aku males sekali untuk bermunajat padamu Ya ALLOH “. Seperti biasa jam 04.40 aku bergegas mandi, yach karena kemalasan yang bersarang didadaku, aku jarang sekali dapat ber tahiyatul masjid, apalagi 2 roka’at Qobliyah subuh, “ Yaa ALLOH berilah kekuatan pada hambamu  untuk menyingkirkan penyakit malas ini “, gumamku.

        Pagi mulai terang, kegundahan dan ketakutanku bukannya mereda tapi kian bertambah. Selepas subuh kudekati istriku, kupeluk semesra mungkin, tak seperti biasanya tiba-tiba saja aku ingin sekali membisikkan “ Aku sayang padamu”ditelinganya. Lho memang apa istimewanya kalimat itu ??. Bagi suami sepertiku yang barangkali hanya beberapa kali mengucap kata “sayang dalam setahun, tentu terasa amat istimewa. Istriku hanya tersenyum, rupanya dia kurang tanggap terhadap gelagatku.semua dianggap biasa saja.

Sepanjang perjalanan ke kantor pikiranku “ ngglambrang “ kemana-mana. Ada apa gerangan, aku masih belum bisa menemukan penyebab ketakutan dan kegundahanku. Ahh…apakah karena banyak hal yang telah kulalaikan ya ALLOH, apakah banyak hak-hak-Mu yang tak kutunaikan. Apakah aku tak merasa bahwa kesibukanku telah menyita sebagian waktu untuk bermunajat pada-Mu? aku coba menerka. Yaa Robb…apakah aku termasuk golongan mahlukmu yang terlalu sombong ? Tiba-tiba aku merasa bahwa aku memang kurang pandai membaca tanda-tanda kebesaran-Nya, begitu seringnya lupa berpasrah diri pada-Nya. Deg…!! segera kulafadzkan kepasrahanku pada sang pemilik hidup, dan kuikrarkan pengakuanku bahwa sebenarnyalah aku memang hamba yang lemah “ Bismillahi tawakaltu ‘alallohu, laa haula wala quata illa billahi “. Ya Alloh lindungi aku, beri kewaspadaan padaku  hingga tiba di kantor.
Semoga dengan bertemu saudara-saudaraku hari ini dapat mengobati keresahanku. Amin…, Yaa Alloh ampuni hambamu yang tak jua pandai membaca ayat-ayat-Mu.yang tak jua pandai memaknai hidup ini, bahwa sesungguhnya, Detik demi detik waktu adalah pelajaran dan Anugrah dari-MU…………………..( SRT )

Senin, 13 Desember 2010

Bergaul Sesuai Kedudukan

"Perlakukanlah manusia sesuai dengan kedudukannya." (HR. Abu Daud)
           Pada dasarnya manusia itu mempunyai kedudukan yang sama. Di sisi Allah hanya nilai taqwa yang membedakannya. Yang paling bertaqwa, itulah yang paling mulia, Al -Qur'an surah al-Hujurat: 13.
Akan tetapi secara alamiah kedudukan dan maqam manusia tetap berbeda-beda. Allah mengangkat seseorang setingkat atau beberapa tingkat di atas yang lainnya, karena berbagai sebab. Allah berfirman:"Dan Kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebahagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan." (QS. Az-Zuhruuf: 32)
Dari ayat tsb nampak jelas keadilan Alloh SWT, ada yang kaya ada yang miskin, ada atasan ada bawahan, ada pejabat ada orang biasa.maka itulah rahmat.

  1. Perbedaan kedudukan manusia itu sudah merupakan sunnatullah. Paling sederhana, orang tua mempunyai kedudukan yang tinggi di depan anak-anaknya. Sehebat apapun seorang anak, ia harus tetap hormat pada kedudukan orang tuanya. Kemuliaan orang tua ini sangat alamiah, karenanya ajaran Islam menjunjungnya tinggi-tinggi.
  2. Perbedaan umur juga menjadikan seseorang menempati kedudukannya masing-masing. Orang yang lebih tua --dalam akhlaq Islam-- harus dihormati oleh yang lebih muda. Penghormatan itu semata-mata karena nilai kemanusiaannya, bukan karena pertimbangan yang lain. Boleh jadi yang lebih muda mempunyai pangkat yang tinggi, akan tetapi kepada yang lebih tua dia harus tetap menghormati.
  3. Kedua orang tua, anak, saudara, famili, tetangga, dan teman adalah orang-orang yang mempunyai kedudukan sendiri-sendiri yang secara otomatis diperolehnya tanpa usaha apa-apa. Kedua orang tua harus dimuliakan, anak disayang, saudara tua dihormati, saudara muda disayangi, tetangga diberi hak-haknya, bergaul dengan teman dengan baik. Kedudukan tersebut secara otomatis mempengaruhi pola perilaku dan etika tersendiri. Tak ada larangan anda berteman baik dengan orang berpangkat baik yang muda maupun yang berusia lebih tua namun sebatas ukhuwah persaudaraan sesama muslim
  4. Suami istri punya kedudukan sendiri-sendiri. Suami berlaku kasih sayang kepada istri, sedangkan istri taat dan menghormati suami. Kedudukan seperti ini sudah merupakan fitrah alami. Jika dicoba dilanggar akan terjadi berbagai ketimpangan. Hal seperti itu sama saja dengan menyalahi hukum alam, menentang kehendak Tuhan.   
  5. Pemimpin atau penguasa juga memiliki kedudukan yang khas. Oleh karenanya, mereka juga sepatutnya mendapat perlakuan yang khusus pula. Tidak harus memperhatikan apakah seorang pemimpin itu amanah atau tidak, secara kedudukan mereka berhak kita hormati. Itulah sebabnya Nabi Musa tetap diperintahkan bersikap baik kepada Fir'aun ketika hendak menyampaikan dakwahnya. Allah berfirman:
    "Pergilah kamu berdua kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas, maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut." (QS. Thaaha: 33-34)Hadits di atas memberi pelajaran kepada kita agar bersikap arif dan bijaksana. Kita diminta untuk memperlakukan semua orang sesuai dengan kedudukannya. Kepada yang memiliki kelebihan kita menghormatinya, kepada yang berkekurangan kita bersikap santun dan sayang.
    Orang dewasa kita panggil dengan panggilan hormat. Sementara anak-anak kita panggil dengan panggilan yang menyenangkan dan memberi motivasi. Ada waktunya kita berkata "kamu", ada pula saat kita menyebut "bapak" atau "ibu", dan seterusnya. Menempatkan kata-kata itu merupakan sopan santun dan akhlaq Islami. Jika harus menyebut nama, maka panggilah dengan panggilan yang paling Ia sukai, bukan ber olok-olok.

        Selain kedudukan yang diperoleh seseorang secara otomatis, ada juga kedudukan yang didapat karena amal usahanya. Seorang ulama misalnya, menempati kedudukan yang tinggi karena keluasan ilmunya. Ilmu itu tentu saja diperoleh melalui usaha, yaitu belajar tekun bertahun-tahun. Cara menghormati ulama adalah dengan bersikap tawadhu' (rendah hati), menampakkan kefakiran dan kebutuhan akan ilmunya, dan berdoa untuk mereka, khususnya pada waktu mereka mengajar dan memberi fatwa.

Sahabat2ku tercinta, mohon maaf tidak saya tuliskan hadist dan ayat secara rinci. namun mudah-mudahan tetap bisa menjadi pengingat bagi kita yang "mungkin" terkadang lalai.

Salam hangat....tetap semangat dan tebarkan salam untuk saudaramu!!

Jumat, 10 Desember 2010

7 Jalan Menuju BAHAGIA

        Beberapa hari lalu secara tak sengaja melihat Lintas Peristiwa-nya PKTV, salah satunya berita tentang Seminar “Tujuh Jalan Menuju Bahagia”. Lho kok saya nggak tahu ya ada seminar tsb, padahal saya paling getol ikut seminar-seminar bertema motivasi. Tapi mungkin seminar itu memang khusus untuk para boss saja.

       Pagi ini saya dapat e-mail istimewa dari “Saudara baru”saya, cukup panjang isinya, namun intinya beliau berkata “ Mas Ratman. Kata Pak Arvan diseminar kemarin, salah satu kunci utama hidup didunia ini adalah SABAR”. Penasaran, menjelang istirahat segera kucari file referensi, dan ketemu judul THE 7 LAWS OF HAPPINESS. Ehh..kayaknya mirip-mirip bukunya Dr.Steven R.Covey THE 7 HABITS OF HIGHLY EFFECTIVE PEOPLE.
Okey lah nggak usah cari persamaan dan perbedaannya, berikut saya tuliskan kembali inti sari bukunya Pak Arvan, dengan sedikit editan ya, biar lebih menarik dan penasaran untuk meng aplikasikannya dalam kehidupan kita. Semoga..!!

Definisi Bahagia
Definisi bahagia berbeda dengan sukses. Kalau kesuksesan adalah mendapatkan  apa yang kita inginkan. Tapi bahagia adalah menginginkan apa yang sudah didapatkan. Jadi, kira-kira bahagia itu lebih pada prosesnya bukan hasil yang diperoleh.
Kunci kebahagiaan adalah “Menjaga Pikiran”
Hupss…jadi salah dong kalau selama ini dengan diplomatis kita mengatakan “Yang menjadi kunci kebahagiaan adalah hati atau perasaan.” Lho, memang apa sih bedanya pikiran-hati dan perasaan ?? ( Lain kali kita bahas ya..!!).
Lanjut ya, contoh kalau kunci bahagia itu terletak di “pikiran “ bukan di“hati” adalah sbb:
Perasaan Bu Ratman (semoga istri saya nggak baca nih..) pagi ini tenang-tenang saja, semua dilakukan dengan gembira. namun tiba-tiba berubah menjadi kesal dan marah karena HP Pak Ratman berdering, ternyata dari nomor yang tak dikenal, begitu diangkat nggak ada jawaban. Pikiran Bu Ratman jadi terganggu , berbagai prasangka muncul dipikirannya. “Ahh..jangan-jangan suami saya…. “.( Maaf ya, saya nggak seperti itu. saya type lelaki setia kok, seperti lagunya Armada Band…hee..hee..).
Nahh..Menurut Pak Arvan Pradiansyah, untuk mendapatkan kebahagiaan ada 7 hal yang harus dijadikan “makanan wajib” tiap hari bagi diri kita masing-masing. 7 rumus kebahagiaan itu antara lain:

1. Sabar (Patience)
Sabar merupakan usaha yang dilakukan terus menerus, tak kenal lelah. Buang jauh-jauh anggapan “ Sabar ada Batasnya “. Sabar adalah suatu proses, jadi bukan terletak pada hasilnya. Banyak orang yang ingin mendapatkan hasil tapi tidak mau menjalani proses (instan). Misalnya ingin kaya, namun tak mau menjalani proses yang benar untuk menjadi kaya. Mungkin dia bisa menjadi kaya, tapi tidak bisa menikmati prosesnya alias tidak bahagia. Padahal kebahagiaan untuk menuju kesuksesan adalah terletak pada prosesnya.

2. Syukur (Gratefulness)
Orang yang tidak bersyukur itu karena fikirannya dipenuhi oleh sesuatu yang belum dimiliki. So, hendaknya kita fokuskan pikiran pada apa yang telah kita miliki sekarang agar kita selalu bahagia dan bersyukur setiap saat. Jadilah orang yang pandai bersyukur. Jadilah orang yang Zuhud. Zuhud bukan berarti nggak butuh harta lho ya..!, tapi Zuhud adalah merasa cukup dengan yang dipunya dan hanya butuh harta sesuai dengan kebutuhan dan manfaatnya.

3. Sederhana (Simplicity)
Memandang suatu masalah dalam hidup hendaknya secara sederhana saja, tak usah terlalu kompleks. Hal ini berarti mengambil hikmah dari setiap masalah, menemukan esensi dibalik setiap pernik-pernik kehidupan sehingga kita bisa melihat dunia ini sangat sederhana dan kita bahagia melihat kesederhanaan itu.

4. Kasih (Love)
Seseorang sulit mengasihi orang lain, karena yang dia masukkan ke dalam fikirannya selalu kata-kata “di”. Harusnya, kalau bicara mengenai kasih yang harus difikirkan adalah adalah bagaimana caranya menjadi orang yang lebih dikasihi oleh orang lain dengan jalan mengganti kata “di” menjadi “me”. Kalau “di” kita meletakkan kebahagiaan kita pada orang lain, tapi kalau “me” kebahagiaan kita ada dalam diri kita sendiri. Tebarkan rasa cinta kasih kepada semua orang, cintailah saudaramu sebagaimana engkau mencintai dirimu sendiri karena ALLOH.

5. Memberi (Giving)
Rumus sukses ialah memberi sesuatu supaya mendapatkan sesuatu yang lebih dari yang telah diberikan. Sedangkan bahagia rumusnya “Give more accept less” yang artinya ikhlas. Ikhlas merupakan puncak tertinggi dari “Giving“, dimana ikhlas adalah memberikan sesuatu tanpa mengharapkan balasan/imbalan.

6. Memaafkan (Forgiving)
Disakiti memang susah untuk memaafkan. Memaafkan berarti berfikiran akan kebaikan-kebaikan orang yang telah menyakiti kita. Jika kedoliman orang yang telah menyakiti kita tersebut, diganti dengan kebaikan-kebaikan yang pernah dia lakukan maka perasaan kita akan berubah. Hendaknya kita fikirkan yang baik-baik saja, karna apa yang kita fikirkan itulah yang akan terjadi pada kita.

7. Berserah Diri ( Surrender)
Orang yang tidak beriman menganggap bahwa kemampuannya sebagai manusia cukup terbatas, sehingga tak ada harapan lagi (baca: tak akan bahagia). Berbeda dengan orang yang beriman, ketika sudah tidak bisa melakukan apa-apa lagi, dia serahkan segala keterbatasnnya itu kepada Allah SWT. ( SRT )

Semoga ada manfaatnya.....Salam Hangat

Kamis, 09 Desember 2010

Ringkasan Kalimat Tanya Bab 1 s/d 5

اِسْمِيْ خَالِد، مَا اسْمُكَ ؟
Namaku Khalid, siapa namamu?
كَيْفَ حَالُكَ ؟
Bagaimana keadaanmu (apa kabar)?
مِنْ أَيْنَ أَنْتَ ؟
Anda dari mana?
هَلْ أَنْتَ بَاكِسْتَانِيٌّ ؟
Apakah anda orang Pakistan?
أَنَا تُرْكِيٌّ، أَنَا مِنْ تُرْكِيَا
Saya orang Turki. Saya dari Turki
هَذَا أَخِيْ، هُوَ مُدَرِّسٌ
Ini saudaraku, dia seorang guru
هَذَا صَدِيْقِيْ، هُوَ مُهَنْدِسٌ
Ini temanku, dia seorang insinyur

هَذِهِ أُخْتِيْ، هِيَ طَبِيْبَة
Ini saudariku, dia seorang dokter

هَذَا وَالِدِيْ عَدْنَانٌ، هُوَ مُهَنْدِسٌ.
Ini ayahku, Adnan. Dia seorang insinyur
أَيْنَ تَسْكُنُ ؟
Dimana engkau tinggal?
هَلْ تَسْكُنُ فِيْ بَيْتٍ ؟
Apakah engkau tinggal di sebuah rumah?
لاَ، أَسْكُنُ فِيْ شقَّةٍ
Tidak, saya tinggal di sebuah flat (apartemen)
مَا رَقْمُ بَيْتِكَ ؟
Berapa nomor rumahmu?
أَيَّ خِدْمَة ؟
Ada yang bisa dibantu?
مَاذَا تُرِيْدُ ؟
Apa yang anda inginkan?
مَتَى تَسْتَيْقِظُ ؟
Jam berapa engkau bangun?
أَيْنَ تُصَلِّى الْفَجْرَ
Dimana engkau shalat subuh?
هَلْ تَنَامُ بَعْدَ الصَّلاَةِ ؟
Apakah engkau tidur setelah shalat?
مَاذَا تَفْعَلُ بَعْدَ الصَّلاَةِ ؟
Apa yang engkau kerjakan setelah shalat?
مَتَى تَسْتَيْقِظُ يَوْمَ الْعُطْلَةِ
Kapan engkau bangun pada hari libur?
مَاذَا تَفْعَلُ فِي الصَّبَاحِ ؟
Apa yang engkau kerjakan di waktu pagi?
أَيْنَ تُصَلِّى الْجُمُعَةَ ؟
Dimana engkau shalat Jumat?
كَمْ وَجْبَةً تَأْكُلُ فِي الْيَوْمِ ؟
Berapa kali engkau makan dalam sehari?
مَاذَا تَأْكُلُ فِي الْغَدَاءِ ؟
Apa yang engkau makan di waktu siang?
آكُلُ اللَّحْمَ وَالدَّجَاجَ وَاْلأَرُزَ وَالْخُبْزَ
Saya makan daging, ayam, nasi dan roti.
مَا وَزْنُكَ ؟
Berapa beratmu?
أَنْتَ نَحِيْفٌ جِدًّا
Engkau kurus sekali.

PERTANYAAN-PERTANYAAN PENDEK

مَا هَذَا؟
Apa ini?!
لَمَاذَا ؟
Kenapa?
مَنْ ؟
Siapa?

Minggu, 05 Desember 2010

Jagalah Kata - Kata mu....!!

Empat tahun sudah Ratih mengarungi bahtera rumah tangga bersama Rudy, lelaki yang telah menjadi tambatan hatinya. Tahun-tahun pertama dirasakan begitu manis bagi Ratih, betapa sempurnanya Rudy dimatanya. Hal ini telah menghapus keraguan Ayah Ibu Ratih, ketika untuk pertama kali dengan bangganya Ia memperkenalkan Rudy pada orangtuanya. “Ratih, kamu sudah pikirkan masak-masak memilih Dia untuk menjadi suamimu  ?” Tanya Ibunya seakan ada sesuatu yang kurang pas bagi sang Ibu. Namun pada akhirnya Ratih dapat meyakinkan kedua orangtuanya, bahwa Ia tak akan salah memilih Rudy.
Badai itu bermula dari saat kelahiran anak pertama mereka, Rudy mulai sering marah-marah ketika sikecil terbangun tengah malam karena popoknya basah. Ratih yang sudah lelah seharian, terpaksa sendiri mengurusi buah hatinya, mengganti popok, membuatkan susu dan menemani sikecil hingga terlelap kembali. Tak jarang Rudy menjadi marah besar ketika bangun kesiangan, Ia jadi terlambat kekantor. Rudypun mulai sering menghardik dengan kata-kata yang sangat kasar. Masa-masa indah sirna kini, hidup Ratih bagai neraka.
 Rudy akan segera meminta maaf ketika dengan sabar Ratih mengingatkan tentang masa-masa indah yang telah mereka lalui, dan Ratihpun kemudian memaafkan dan memaafkan, begitulah selalu berulang dan berulang.
Suatu saat kejadian itu berulang lagi, Rudi serta merta meminta maaf dan berjanji tidak akan mengulangi lagi. Ratihpun memaafkan, sambil menggandeng lembut tangan Rudi, Ratih mengajaknya kesebuah pohon kayu dibelakang rumah. Rudi tidak tahu mengapa istrinya membawanya kepada sebatang pohon kayu itu, namun ia diam saja. Akhirnya Ratih berkata ," Mas…Aku bisa memaafkanmu dan memaafkanmu lagi, namun satu permintaanku, mulai sekarang, jika kamu marah padaku, pakulah 1 buah paku pada pohon kayu ini". Meski tidak mengerti maksud istrinya namun Rudi mengangguk setuju.
           
Suatu hari ketika Ibunya mengunjungi Ratih, sang Ibu terkejut melihat Ratih yang nampak seolah tak terurus, tubuhnya tampak kurus dan kurang tidur. Ratih berusaha menutup-nutupi perlakuan Rudy terhadapnya. Ia berusaha seceria mungkin didepan sang Ibu. Namun ternyata perasaan seorang ibu tak bisa dikelabui. Akhirnya setelah didesak, dengan menahan isak tangis Ratih menceritakan perlakuan yang diterimanya dari sang suami selama ini. Ketidakpedulian, ucapan yang kasar, caci maki dan pukulan sudah menjadi menu sehari-hari.

“ Mas, aku minta cerai “, Rudi tak bergeming dari depan computer, bagai petir menyambar, pendengaranya seolah tak percaya dengan kata yang diucapkan istrinya. lidahnya kelu, ia tak mampu mengucapkan sepatah katapun untuk bertanya, apalagi membentak. Ia sama sekali tak menyangka Ratih akan mengucapkan kata-kata sakral itu, CERAI. Rudy diam tercenung, perlakuan kasar dan ucapan-ucapan yang ia lontarkan pada istrinya berseliweran dibenaknya. Setiap kali Ia meminta maaf sebenarnya Ia berjanji tak ingin mengulanginya lagi, tapi Ia tak mampu.
Beberapa saat kemudian Rudy bangkit dari duduknya, ia menubruk kaki istrinya. Rudy menangis sejadi-jadinya, ia memohon ampun pada Ratih dan berjanji benar-benar untuk tidak mengulanginya lagi.
Ratih diam membisu, namun ia nampak tegar meski setitik air mata meleleh dipipinya, airmata tanda cinta kasihnya pada sang suami. Perlahan Ia raih tangan Rudi, Ia membimbingnya menuju belakang rumah, ke tempat dimana dulu ia pernah membimbing Rudi kesebuah batang pohon yang nampak subur kala itu. “Lihatlah pohon  itu “ pelan suara Ratih.Rudi memandangi sisi – sisi batang kayu yang kini telah penuh oleh paku, beberapa helai daun gugur berserakan dibawahnya. Ia memang tak pernah lupa, setiap kali marah, ia selalu menancapkan sebuah paku ke pohon itu. Namun beberapa hari ini batang kayu tersebut telah penuh oleh paku sehingga Rudi hanya meletakkan paku-paku itu dibawah pohon. Rudipun berkata,"Batang kayu ini sudah penuh,aku tak bisa memakunya lagi"
Ratih  membalas, "Sekarang, coba cabutlah paku-paku yang sudah kau pasang itu"
Rudi menuruti keinginan ratih, susah payah ia mencabuti semua paku-paku itu.Setelah paku dicabut, Ratih kembali berkata..."Paku itu adalah kemarahanmu dan kata-kata mu yg menyakiti hatiku, dan batang pohon  ini adalah Hatiku..

Setiap kali kau marah,kau memaku 1 paku di Hatiku, dan saat kau meminta maaf,
kau mencabut paku itu, tetapi kau bisa lihat, batang yang sudah kaupaku, meneteskan getah dan meninggalkan bekas..

Meskipun kamu coba menambalnya, tidak akan kembali seperti dulu, mungkin ia akan mampu bertahan hidup, namun takkan seindah dulu.."
Sebenarnya sakit di tubuh sudah tak kurasakan lagi namun sakit di hati terus tersimpan entah sampai kapan.

Duhh… Betapa malang nasib seorang wanita yang lemah bila mendapatkan suami yang berperangai kasar dan “ringan tangan” seperti itu. Jika kekuatan Cintanya tak mampu membuatnya bertahan, maka perpisahanlah pada Akhirnya.
 Oleh karena itu, sahabatku, saudaraku. Jagalah kata-katamu, lembutkan hatimu Baik kepada Pasanganmu, Keluarga, maupun teman-temanmu. ( SRT )

Bukit Sekatub Damai, Inspirasi menjelang Fajar.....