Cerita mengharukan dibawah ini saya baca dari sebuah kisah yang kemudian saya tulis kembali dengan gaya tulisan saya sendiri, pun demikian semoga tak mengurangi maknanya dan semoga ada hikmah yang dapat kita jadikan renungan.
Dua puluh tahun yang lalu , Marry melahirkan seorang anak laki-laki, suatu kebanggaan bagi marry melahirkan seorang anak laki-laki. Wajah bayi mungil itu lumayan tampan, namun…betapa terkejutnya Marry bahwa bayi yang diidam-idamkannya itu terlihat agak bodoh. Meski demikian Sam, suami Marry tak terlihat sedikitpun gurat kecewa diwajahnya, Ia memberinya nama Eric. Hari demi hari makin lama semakin nampak jelas bahwa anak ini memang agak terbelakang. Rasa bangga marry luntur perlahan. Marry merasa amat kecewa dan berniat memberikannya kepada orang lain saja. Namun Sam mencegah niat buruk itu. Akhirnya dengan terpaksa Marry membesarkannya juga.
Di tahun kedua setelah Eric dilahirkan marry pun melahirkan kembali seorang anak perempuan yang cantik mungil. Sam dan marry menamainya Angelica. Marry sangat menyayangi Angelica, demikian juga Sam. Kekecewaan marry sedikit terobati dengan kehadiran angelica, Ia berusaha melupakan Eric dengan cara menghabiskan harinya hanya dengan sikecil angelica. Seringkali Marry mengajak angelica pergi ke taman hiburan dan membelikannya pakaian anak-anak yang indah-indah. Namun tidak demikian halnya dengan Eric. Ia hanya memiliki beberapa stel pakaian butut. Berkali -kali Sam berniat membelikannya, namun marry selalu melarangnya dengan dalih penghematan uang keluarga. Sam selalu menuruti perkataan marry istrinya.
Di tahun kedua setelah Eric dilahirkan marry pun melahirkan kembali seorang anak perempuan yang cantik mungil. Sam dan marry menamainya Angelica. Marry sangat menyayangi Angelica, demikian juga Sam. Kekecewaan marry sedikit terobati dengan kehadiran angelica, Ia berusaha melupakan Eric dengan cara menghabiskan harinya hanya dengan sikecil angelica. Seringkali Marry mengajak angelica pergi ke taman hiburan dan membelikannya pakaian anak-anak yang indah-indah. Namun tidak demikian halnya dengan Eric. Ia hanya memiliki beberapa stel pakaian butut. Berkali -kali Sam berniat membelikannya, namun marry selalu melarangnya dengan dalih penghematan uang keluarga. Sam selalu menuruti perkataan marry istrinya.
Prahara itu datang keduakalinya dikehidupan marry. Saat usia Angelica 2 tahun, Sam meninggal dunia. Eric sudah berumur 4 tahun kala itu. Keluarga itu menjadi semakin miskin dengan hutang yang semakin menumpuk. Akhirnya marry mengambil tindakan yang kelak akan membuatnya menyesal seumur hidup. Marry pergi meninggalkan kampung kelahirannya beserta Angelica. Eric yang sedang tertidur lelap di tinggalkan begitu saja dengan diam-diam. Kemudian Marry mengembara kekota, dan tinggal di sebuah rumah petak yang hanya cukup untuk mereka berdua. Setahun, 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun.. telah berlalu sejak kejadian itu.
Marry telah menikah dengan seorang pria bernama Brad. Usia pernikahan mereka telah menginjak tahun kelima. Berkat Brad, sifat-sifat buruk marry yang semula pemarah, egois, dan tinggi hati, berubah sedikit demi sedikit menjadi lebih sabar dan penyayang. Angelica telah berumur 12 tahun dan mereka menyekolahkan dia di asrama putri sekolah
perawatan. Tidak ada lagi yang ingat tentang Eric dan tidak ada lagi yang mengingatnya.
perawatan. Tidak ada lagi yang ingat tentang Eric dan tidak ada lagi yang mengingatnya.
Tiba-tiba terlintas kembali kisah ironis yang terjadi dulu seperti sebuah film yang diputar dikepala marry. Baru sekarang marry menyadari betapa jahatnya perbuatannya dulu. Silih berganti bayangan Eric dan Sam melintas kembali di pikirannya. Ya Eric, Mama akan menjemputmu Eric. Tanpa berpikir panjang Sore itu marry memaksa Brad untuk mengantarnya kekampung kelahiranya. Meski heran Brad meng iyakannya. Mereka segera meluncur dengan sedan warna birunya menuju ke desa yang sudah lama dilupakan marry. Perjalanan itu dirasa amat lama bagi marry.
Beberapa saat kemudian sampailah marry disebuah gubuk reot yang ia sendiri hampir tak mengenalnya, namun getaran didadanya menandakan bahwa ada sebuah ikatan antara gubuk itu dengan dirinya. Marry memarkir mobil birunya di samping gubuk itu, dan Brad dengan pandangan heran menatap nya dari samping. “Marry, apa yang
sebenarnya terjadi?”
sebenarnya terjadi?”
“Oh, Brad, ampunilah aku… kau pasti akan membenciku seumur hidupmu setelah ku ceritakan hal mengerikan yang telah ku lakukan dulu.” .Marry menceritakan kisahnya dengan linangan airmata. Diluar dugaan marry, ternyata Tuhan sungguh baik kepada nya. Ia telah memberikan Brad, seorang suami yang begitu baik dan penuh pengertian. Setelah tangis marry reda.Ia keluar dari mobil diikuti oleh Brad dari belakang. Mata nya menatap lekat pada gubuk yang terbentang dua meter dari hadapan nya. Marry mulai teringat betapa gubuk itu pernah di tinggali beberapa tahun lamanya dan Eric.. Eric… Pandangan marry menyapu kedalan gubuk itu, namun tidak menemukan siapapun juga di dalamnya. Hanya ada sepotong kain butut tergeletak di lantai tanah. Dengan tangan bergetar marry mengambil kain itu seraya mengamatinya dengan seksama… Matanya kembali berkaca-kaca, Marry mengenali potongan kain tersebut sebagai bekas baju butut yang dulu dikenakan Eric sehari-harinya. Tiba-tiba Marry dan Brad dikagetkan oleh suara seorang wanita dari belakang gubuk, suasana saat itu sudah mulai gelap. Tak lama terlihatlah wajah orang itu yang demikian kotor. Ternyata ia seorang wanita tua. Kembali marry tersentak kaget manakala wanita tua itu tiba-tiba menegurnya dengan suaranya yang parau.
“Heii…! Siapa kamu?! Mau apa kau kemari?!”
Dengan memberanikan diri, marry pun bertanya, " Ibu, apa ibu kenal dengan seorang anak laki-laki bernama Eric yang dulu tinggal disini ?"
Wanita tua itu menjawab, “Hei..kamu siapa, apa kamu keluarganya. Kalau kamu ibunya, kamu sungguh tega, Tahukah kamu, 10 tahun yang lalu sejak kamu meninggalkannya di sini, bocah malang itu terus menunggu ibunya dan selalu memanggil, ‘Mama…, mama!’ Karena tidak tega, aku terkadang memberinya makan dan mengajaknya tinggal bersamaku. Walaupun aku orang miskin dan hanya bekerja sebagai pemulung sampah, namun aku tidak akan meninggalkan anakku seperti itu! Tiga bulan yang lalu Eric meninggalkan secarik kertas ini. Kamu tahu Ia belajar menulis setiap hari selama bertahun-tahun hanya untuk menulis ini untukmu…”
Wanita tua itu menjawab, “Hei..kamu siapa, apa kamu keluarganya. Kalau kamu ibunya, kamu sungguh tega, Tahukah kamu, 10 tahun yang lalu sejak kamu meninggalkannya di sini, bocah malang itu terus menunggu ibunya dan selalu memanggil, ‘Mama…, mama!’ Karena tidak tega, aku terkadang memberinya makan dan mengajaknya tinggal bersamaku. Walaupun aku orang miskin dan hanya bekerja sebagai pemulung sampah, namun aku tidak akan meninggalkan anakku seperti itu! Tiga bulan yang lalu Eric meninggalkan secarik kertas ini. Kamu tahu Ia belajar menulis setiap hari selama bertahun-tahun hanya untuk menulis ini untukmu…”
Marry pun membaca tulisan di kertas itu…
“Mama, mengapa Mama tidak pernah kembali lagi…? Mama marah sama Eric, ya? Mama, maafkan Eric ya ma, biarlah Eric yang pergi saja, tapi Mama harus berjanji kalau Mama tidak akan marah lagi sama Eric. Selamat tinggal, Mama…”
Marry menjerit histeris membaca surat itu. "Ibu..tolong katakan...katakan dimana ia sekarang ? saya berjanji akan menyayanginya ! saya tidak akan meninggalkannya lagi, Bu ! Tolong katakan ...!!"
Marry menjerit histeris membaca surat itu. "Ibu..tolong katakan...katakan dimana ia sekarang ? saya berjanji akan menyayanginya ! saya tidak akan meninggalkannya lagi, Bu ! Tolong katakan ...!!"
Brad memeluk tubuh marry yang bergetar keras.
“Nyonya, semua sudah terlambat. Sehari sebelum nyonya datang, Eric telah meninggal dunia. Ia meninggal di belakang gubuk ini. Tubuhnya sangat kurus, ia sangat lemah. Hanya demi menunggumu ia rela bertahan
di belakang gubuk ini tanpa ia berani masuk ke dalamnya. Ia takut apabila Mama-nya datang, Mama-nya akan pergi lagi bila melihatnya ada di dalam gubuk… Ia hanya berharap dapat melihat Mama-nya dari belakang gubuk ini saja… Meskipun hujan deras, dengan kondisinya yang lemah ia terus bersikeras menunggu Nyonya di sana…………….” (NN/SRT)
di belakang gubuk ini tanpa ia berani masuk ke dalamnya. Ia takut apabila Mama-nya datang, Mama-nya akan pergi lagi bila melihatnya ada di dalam gubuk… Ia hanya berharap dapat melihat Mama-nya dari belakang gubuk ini saja… Meskipun hujan deras, dengan kondisinya yang lemah ia terus bersikeras menunggu Nyonya di sana…………….” (NN/SRT)
Sahabatku, saudaraku. Apa yang diberikan Tuhan padamu adalah yang terbaik untukmu, maka Syukurilah. Waktu demi waktu adalah cobaan dan ujian untuk kita, maka berbaik sangkalah pada-Nya, sehingga apapun yang dipilihkan untuk kita, kita dapat iklas menjalaninya.....Semoga...
Terimakasih telah membaca......................