Biarkan air mata ini mengalir bersama dengan dosa-dosa yang teringat. Lelapkan semua kesemuan dunia yang hanya sementara. Bukalah sedikit matamu untuk melihat dunia yang abadi, telungkupkanlah tanganmu untuk memberi... Berikan senyummu agar orang lain merasakan kabahagiaanmu... mari lukis perasan hati mencintaiNya dengan keimanan dan ketakwaan. Bismillah...

Sabtu, 01 Januari 2011

Seperti Menggenggam Bara Api

Renungan Akhir Tahun......        

        Hujan turun tak begitu deras, hawa dingin diluar ditambah pendingin udara dikamarku memaksa aku menarik kembali selimut ditubuhku. Angin kencang rupanya bertiup menemani sang hujan. Kucoba memejamkan mata ini, kubenahi letak bantal dikepalaku. Namun… mataku tak jua mau terpejam kembali. Ya Alloh Kau bangunkan aku ditengah malam sunyi begini pasti Engkau ingin mengingatkan aku agar bermunajat kepada-Mu. Tapi seperti malam-malam sebelumnya, rasa malas selalu membekapku walau untuk sejenak berdingin ria dengan air wudhlu. Dengan berat ku singkap selimut ditubuhku, aku berjalan keluar kamar menuju sofa diruang tamu. Sembari merebahkan punggungku disofa, mataku menerawang ke langit-langit ruang tamu yang warnanya mulai memudar. Beberapa saat kemudian ada perasaan gundah menyergap, langit-langit ruang tamu ini memudar warnanya karena dimakan waktu. Bagaimana dengan diriku ? tiba-tiba saja pertanyaan itu menyeruak. Ahh…bukankah malam ini adalah malam pergantian tahun. Waktu yang tepat untuk memutar kembali slide kehidupan dalam satu tahun ini, perjalanan satu tahun yang telah mengurangi jatah hidupku. Saat yang tepat untuk bermuhasabah dengan diriku sendiri. Adakah kebaikan "berarti" yang telah ku perbuat ?. satu persatu bayangan kedurhakaan yang kulakukan pada sang Kholiq berkelebatan di benakku.
Hatiku galau.
          Ragu dan kian bimbang melihat keadaanku saat ini. seakan tak menyadari bahwa diusiaku yang sudah 37 ini, sehelai demi sehelai rambut putih mulai menghiasi kepala. Namun masih begitu mudahnya hati ini lalai mengingat -Mu. Hati masih begitu rapuh menerima cobaan dan takdir-Mu. Tausiah-tausiah yang disampaikan ustadz selepas sholat maghrib, tetesan airmata dan kepasrahan  ketika bermunajat kepada-Mu seolah sia-sia disebabkan kedurhakaan dan  maksiat yang kembali terulang keesokan harinya. Rasa malas ketika hendak menjalankan ibadah, mudahnya hati ini berprasangka pada orang lain merupakan bukti bahwa di hati ini sedang bersarang sebuah penyakit “serius”.
           Shalat, tilawah Qur'an, pengajian dan juga puasa yang aku kerjakan seolah tidak memberi bekas sama sekali. Keadaan hati ini tetap begitu-begitu saja. Sebegitu sulitkah istiqamah ?. Aku mulai kehilangan kepercayaan diri. Sepertinya mustahil menjadi hamba-Mu yang sejati. Rasanya, semakin jauh saja diri ini dari surga yang Engkau janjikan. Bahkan mungkin panasnya jahanan-Mu kian terasa dekat.
Ya Alloh ..Yaa Robbi, meskipun demikian, aku juga tetap sadar untuk tidak boleh berputus asa dari rahmat -Mu. Bukankah Engkau sudah menyatakan bahwa tidak akan berputus asa seorang hamba dari rahmat-Mu kecuali orang-orang kafir.
Ya Robb, semoga aku Kau masukkan dalam golongan hamba-Mu yang pasrah, semoga kegalauan ini merupakan  Jeritan hati seorang mukmin yang sebenarnya rindu menjadi hamba -Mu yang bertakwa. Rindu kepada kedamaian dan ketentraman pengabdian. Juga rindu untuk berhenti menzhalimi diri sendiri dan dan ingin segera melesat meraih kehidupan mulia.
Mungkinkah ini zaman yang dijanjikan oleh Rasulullah SAW? Zaman dimana makhluk terlaknat DAJJAL datang kemuka bumi dengan menawarkan air penawar dahaga ditangan kanan dan membawa bara panas menyala ditangan kiri ? Ketika seseorang yang memegang agamanya dengan kukuh diibaratkan SEPERTI MENGGENGGAM BARA API. Bara api yang menyala, panas membakar tangan-tangan orang yang berusaha memegangnya. Kemaksiatan menjadi hal biasa. Agama menjadi sesuatu yang asing. Halaqoh-halaqoh ditinggalkan hadirinya. Orang shalih dianggap manusia aneh.
Zaman ketika orang beriman di waktu pagi kemudian kufur di sore harinya. Akan tetapi, bagi orang yang mampu memegang teguh agama di zaman ini sampai akhir hayatnya ganjarannya setara dengan pahala lima puluh orang. Para sahabat bertanya kepada Rasulullah: "Lima puluh orang dari kalangan kami (para sahabat) atau dari kalangan mereka sendiri wahai Rasul?" Rasul menjawab: "dari kalangan kalian".
       Coba bayangkan!
Setara dengan lima puluh orang sahabat yang hidup di zaman Rasulullah SAW?
Lantas, bagaimana cara menjinakkan bara api yang membakar itu? Sehingga dapat mencapai derajat tinggi yang dijanjikan oleh Rasulullah. Rosululloh pernah bersabda kepada para sahabatnya . Pada akhir zaman nanti, sangat sedikit orang yang memegang teguh agama. Bukan karena agama itu tidak baik, tapi memang manusia sudah tidak memahami lagi kepentingan hadirnya agama ditengah-tengah kehidupan. Karena agama mengajarkan kesucian, keramahan, dan kesetiaan. Sedangkan manusia pada akhir zaman tidak mementingkan hal-hal yang demikian. Manusia mementingkan segala yang bersifat cepat, enak, santai, dan menyenangkan. Abdullah bin Abbas sendiri pun enggan tinggal di dekat Masjidil Haram, karena sudah sangat hebatnya maksiat. (ketika itu)
          Abdullah al-Antokiyyah berpesan bahwa, ada lima cara agar hati  tetap istiqomah: itulah yang disebut obat hati (tombo ati): tahajjud, baca quran, bersahabat dengan orang soleh, puasa, dan zikir di keheningan. Sedangkan Hatim al-Ashom mengajarkan bahwa dia bisa istiqamah karena meyakini rezekinya tidak akan pindah kepada orang lain dan rezeki orang lain tidak akan pindah kepadanya.
Tuhan melihatnya sehingga dia malu melawan hukum Tuhan, mati pasti mendatanginya oleh karena itu dia mempersiapkan diri menyongsong kematian. Kalau kedua cara ini bisa engkau terapkan insya Allah godaan dunia yang semakin sangat mengerikan ini dapat kamu hindari dan hindarkan.
Demikian keadaan akhir zaman.
Namun  kenikmatan dunia, senikmat apapun itu tetap tiada harganya dibandingkan kenikmatan akhirat. Tapi jangan lari dari kehidupan dunia. Tetaplah berbuat suatu kebaikan untuk seluruh manusia di tengah kesulitan ini. Dari balik tumpukan sampah tidak mustahil tumbuh bunga.
Ingat!!! di dalam lumpur sekalipun mutiara tetaplah mutiara. Siapa saja yang memegang teguh agama di akhir zaman ini kata Rasul, mendapat pahala seakan-akan 100 orang mati syahid.
Hidup adalah pilihan. setiap kita bertanggung jawab atas pilihan yang kita lakukan.
Seorang ulama mengatakan Bara api lama kelamaan akan padam ketika kita menggenggamnya dengan kuat dan tidak segera melepasnya. Perih memang. Tapi keperihan itu hanya sementara. Saat bara api itu padam semuanya akan mudah. Dan ganjaran yang setara dengan lima puluh orang sahabat tidak mustahil kita raih.
        Masalah kita selama ini adalah kebohongan yang kita pelihara dan telah mengakar di sanubari kita. Kebohongan terhadap diri sendirilah yang menyebabkan kita sering gagal. Kejujuranlah kunci utama yang membuat kita melesat meraih kemuliaan di sisi Allah. Jujur bahwa kita hanya hamba yang lemah, hina, tidak mampu berbuat banyak. Hanya petunjuk, bimbingan, anugerah serta kehendak Allah sajalah yang menjadikan kita memperoleh segalanya.
       Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas'ud, Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya kejujuran itu menuntun kepada kebaikan, dan kebaikan menuntun kepada surga. Dan sesungguhnya seseorang benar-benar berkata jujur sehingga dia ditulis di sisi Allah sebagai seorang yang jujur.
Sedangkan kebohongan menuntun kepada keburukan dan keburukan menuntun kepada neraka. Dan sesungguhnya seseorang benar-benar berkata dusta sehingga dia ditulis di sisi Allah sebagai seorang pembohong."

       Perlahan aku bangkit dari kursi sofa, seberkas iman didadaku  menuntun kedua kaki ini menuju tempat wudhlu. Air memercik kemukaku, tak sedingin yang kubayangkan !. Ya Alloh, semoga Kau sinari hidupku, istri dan anak-anakku dengan sholat ini. meskipun terkadang hanya 2 roka'at yang mampu aku persembahkan kepada-Mu. Lirih aku berguman LAA ILLAHA ILLALLOH.


Bukit Sekatub Damai " dalam kritisnya imanku ".......(SRT)