Biarkan air mata ini mengalir bersama dengan dosa-dosa yang teringat. Lelapkan semua kesemuan dunia yang hanya sementara. Bukalah sedikit matamu untuk melihat dunia yang abadi, telungkupkanlah tanganmu untuk memberi... Berikan senyummu agar orang lain merasakan kabahagiaanmu... mari lukis perasan hati mencintaiNya dengan keimanan dan ketakwaan. Bismillah...

Minggu, 09 Januari 2011

Mewaspadai " EMPAT PERKARA "

    Hari ini adalah hari teramat "istimewa " buat saya, karena sore tadi saya baru saja bertemu dan sharing dengan seorang sahabat yang "Luar biasa" selama hampir 1,5 jam. Bukan sharing sih, mungkin lebih tepatnya "beliau" memberi wejangan dan petuah kepada saya. Meski kami sudah saling mengenal  lebih dari 10 tahunan, tapi karena sibuknya beliau sehingga baru sore tadi kami sempat "ngobrol" panjang kali lebar. Wejangan dan petuahnya mengalir bak air sungai yang mengalir tenang namun pasti. Ada satu petuah beliau yang membuat saya merenung, Beliau berkata;"Banyak rekan-rekan kita yang nampak sukses,nampak sempurna secara materi maupun dalam karir,. Namun jangan kira mereka sudah bahagia, karena 'bahagia' itu akan terasa manakala kita 'merasa' bermanfaat bagi orang lain dan perasaan tidak 'gersang', karena kita selalu iklas dalam ' berkarya' dan beribadah".
    Sobat, tidak cukup saya tuliskan disini semua petuah-petuah yang diberikan sahabat 'luar biasa' saya sore tadi. Namun berkait dengan kata "BAHAGIA"yang disampaikan sahabat tsb, saya kemudian membaca dan mencoba mengkaitkan dengan aktivitas kita sehari-hari dan dengan hubungan vertikal kita kepada Alloh..Lalu, pertanyaanya adalah ; Sudahkah kita merasa 'bahagia' ??.

    Kebahagiaan, sebuah kata yang didambakan oleh setiap mahluk yang bernama Manusia. Siapapun manusia yang hidup didunia ini hakekatnya adalah mencari kebahagiaan. Ada yang mencari bahagia di kantor, di warung kopi, di mall,di pasar atau dimana saja. Mungkin ada yang bahagia saat membeli mobil baru, saat membeli perhiasan baru, dan ada yang merasa bahagia saat menerima gaji. Ada yang merasa bahagia karena memiliki teman-teman banyak, memiliki tetangga-tetangga yang baik, bahkan ada yang memiliki rasa bahagia hanya karena mendapat telepon dari orang yang dicintai. Tapi beberapa rasa 'bahagia' diatas sifatnya hanya 'sementara'.
     Siapapun berhak memiliki rasa bahagia, karena memang bahagia itu milik siapa saja, baik yang kaya maupun yang miskin, yang berpangkat maupun tidak, yang tua maupun muda, yang memiliki jabatan tinggi maupun rendah dan lain sebagainya. Intinya, semua berhak mendapatkan sesuatu yang bernama BAHAGIA, karena hakekat bahagia adalah mendapatkan sesuatu yang diinginkan.
    Tetapi sobat, cobalah tengok aktivitas keseharian kita. Pagi-pagi sekali, usai sholat subuh berjama’ah dimasjid maupun berjamah dengan istri dan anak-anak dirumah, telepon mulai berdering, televisi menginformasikan bursa efek dan valuta asing, bahkan terkadang sepagi itu televisi telah menyuguhkan berita kriminalitas atau mungkin infotaimen yang membeberkan rahasia keluarga seorang artis dll. Sedangkan al-Qur’an nyaris kita tinggalkan, ia bertengger rapi dirak-rak lemari paling atas, kita enggan mereview ulang bacaan kita, tajwid kita. Seolah kita lupa , atau..jangan-jangan kita tidak pernah tahu terhadap perintah Rasululloh : Sinarilah rumahmu dengan bacaan Al-Qur’an.
    Sobatku, saudaraku tercinta ingatkah kita akan perkataan Rosululloh bahwa : Jika hak-hak Alloh tersisihkan dari hati kita, maka sesungguhnya Alloh akan menumbuhkan EMPAT PERKARA pada diri kita.
Rasululloh bersabda : Barang siapa yang pada pagi harinya menjadikan dunia sebagai konsentrasi yang utama, dan sama sekali tak memperhatikan hak-hak Alloh, niscaya alloh akan menumbuhkan empat perkara kepadanya Partama : Keinginan yang tiada pernah habis-habisnya. Kedua : Kesibukan yang serasa tak pernah terselesaikan olehnya. Ketiga : Kebutuhan yang tiada berujung. Ke empat : angan-angan yang tidak pernah tercapai. (HR.Dailami)
   Hal tersebut terjadi karena konsentrasi kita belum seimbang, namun saudaraku ingatlah bahwa; sesungguhnya segala sesuatu itu bisa kita biasakan. Cara yang efektif untuk menghindari keempat penyakit tersebut adalah sbb; Ketika kita makan, seyogyanya diniatkan untuk mengisi ulang energi dalam rangka beribadah kepada Alloh. Manakala kita hendak bekerja, lafadzkan niat bahwa bekerja adalah perintah Alloh yang wajib dilaksanakan untuk menafkahi istri dan keluarga. Ketika engkau mencari teman, niatkanlah bahwa pertemanan ini adalah karena Alloh dalam rangka Ukhuwah Islamiyah
Dengan demikian, bekerja atau aktivitas apapun yang kita tujukan untuk kepentingan keluarga dan masyarakat, InsyaAlloh akan  bernilai ibadah disisi Alloh SWT.
وَقُلِ ٱعۡمَلُواْ فَسَيَرَى ٱللَّهُ عَمَلَكُمۡ وَرَسُولُهُ ۥ وَٱلۡمُؤۡمِنُونَ‌ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَـٰلِمِ ٱلۡغَيۡبِ وَٱلشَّہَـٰدَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمۡ تَعۡمَلُونَ (١٠٥)
Dan katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu’min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada [Allah] Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan".( QS:At-Taubah:105)

   Bekerja adalah nikmat Alloh yang wajib kita syukuri, lalu seperti apakah wujud syukur kita akan pekerjaan kita. Yang lazim di pesankan para ustad dan ustadzah. Rasa syukur tersebut diaplikasikan dengan menyumbangkan sebagian kecil harta yang kita peroleh kepada orang yang berhak menerimanya. Karena sesungguhnya dalam harta kita ada hak-hak orang lain yang wajib kita tunaikan. Dalam beberapa hadist disebutkan bahwa mendermakan harta merupakan salah satu upaya untuk membersihkan harta dari hal-hal yang mengandung syubhat, menolak mala petaka dan bencana serta penyakit, serta akan mendatangkan rezeki yang lebih berkah disamping menderma adalah menggembirakan saudara sesama muslim ( idkhalus suruur lil mu’minin…dari suatu sumber/Red)).
   Sebagian dari kita beranggapan bahwa sedekah itu hanya berupa barang/harta, namun sebenarnyalah sedekah itu hakekatnya adalah segala sesuatu kebaikan yang kita berikan dan bermanfaat bagi orang lain. Bisa berupa harta benda, makanan, sandang, ilmu bahkan berupa nasehat atau ajakan. Sehingga, sedekah itu tak hanya kita peruntukkan bagi fakir miskin, tetapi bisa kepada siapa saja yang menbutuhkan, saudara,tetangga, sahabat dan lain sebagainya.
   Dengan demikian keempat penyakit tadi dapat kita hindarkan dari kehidupan kita segala keinginan pasti terbatas karena hanya Alloh semata yang tiada batasnya, kesibukan akan terselesaikan, karena alloh senantiasa memberikan inayah (pertolongan) pada hambanya. Kebutuhan akan terpenuhi, karena alloh senantiasa memberkahi, dan tidak ada angan-angan yang lebih mulia selain mengharap Ridlho Alloh SWT.

  Saudaraku, darinya, marilah kita mulai kehidupan hari ini dan esok dengan membiasakan segala aktivitas kita hanya kita tujukan untuk mendapat Ridlho dari Nya, yang memiliki jiwa dan ruh kita ditanganNya. Semoga 'rasa' bahagia itu senantiasa ada dalam hati kita.

Terkhusus untuk sahabat 'luarbiasa' saya, terimakasih yang tak terhingga atas semua petuahnya, Sahabat...tadi sore saya serasa berhadapan dengan seorang BEGAWAN......terimakasih atas buku-nya, dan...jangan bosan baca e-mail saya.

Salam Hangat...........
BSD......... Sebuah renungan dari Kenyataan Hidup.....(SRT)