Biarkan air mata ini mengalir bersama dengan dosa-dosa yang teringat. Lelapkan semua kesemuan dunia yang hanya sementara. Bukalah sedikit matamu untuk melihat dunia yang abadi, telungkupkanlah tanganmu untuk memberi... Berikan senyummu agar orang lain merasakan kabahagiaanmu... mari lukis perasan hati mencintaiNya dengan keimanan dan ketakwaan. Bismillah...

Selasa, 01 Februari 2011

Balada si Tukang Kayu

          Di pinggiran sebuah kota kecil,  Seorang tukang kayu yang sudah tua sedang resah, hatinya gundah. Ia bermaksud pensiun dari pekerjaannya pada sebuah perusahaan konstruksi real estate dikota itu. Pekerjaan yang telah ia tekuni berpuluh-puluh tahun lamanya. Ia pun menyampaikan keinginannya pada pemilik perusahaan. Pemilik perusahaan tersebut amat menyayangkan keinginan si bapak tua, namun apa dikata dia tentu tak berhak menghalangi keinginan karyawannya. Meski demikian sipemilik perusahaan masih berusaha memberikan masukan-masukan dan pertimbangan kepada si bapak tua. Yang utama , tentu saja, karena tak bekerja, ia akan kehilangan penghasilan bulanannya, lalu bagaimana memenuhi kebutuhan hidup keluarganya selepas dari perusahaan tersebut. Tetapi rupanya keputusan itu sudah bulat. Si Bapak tua sudah merasa lelah. Ia ingin beristirahat dan menikmati sisa hari tuanya dengan penuh kedamaian bersama istri dan keluarganya.
    Pemilik perusahaan merasa sedih kehilangan salah seorang pekerja terbaiknya. Ia lalu memohon pada tukang kayu tersebut agar bersedia bekerja untuk yang terakhir kalinya. Ia meminta si tukang kayu  untuk membuatkan sebuah rumah untuk dirinya. Sebagai kenang-kenangan terakhir darinya. Tukang kayu mengangguk menyetujui permohonan pribadi pemilik perusahaan itu.

Tapi, sebenarnya ia merasa terpaksa. Ia ingin segera berhenti. Dan tidak disibukkan dengan rutinitas yang telah ia geluti berpuluh-puluh tahun itu. Hatinya tidak sepenuhnya dicurahkan pada pekerjaan itu. Dengan setengah hati  ia mengerjakan proyek tersebut. Ia hanya menggunakan bahan-bahan sekedarnya, tanpa pertimbangan dan perhitungan yang matang.

Beberapa bulan kemudian, akhirnya selesailah rumah yang diminta majikannya itu.
Hasilnya bukanlah sebuah rumah yang baik, jauh dengan karya-karya yang telah ia hasilkan selama ini. Si Bapak tua sudah tak perduli meskipun rekan-rekannya menyayangkan hasil pekerjaan terakhirnya itu. Sungguh sayang si tukang kayu yang handal itu harus mengakhiri kariernya dengan prestasi yang tidak begitu mengagumkan.
     Ketika pemilik perusahaan itu datang melihat rumah yang dimintanya, tak banyak komentar yang keluar dari mulutnya, si Bapak tuapun tak perduli apa pendapat sang majikan, "Toch dia bukan majikanku lagi ", pikirnya. Yang ada dalam pikiranya hanya satu : Istirahat.

Setelah menyampaikan terimakasih atas pekerjaan itu dan  atas kesetiaan pengabdian si tukang kayu selama ini, Si Majikan kemudian mengeluarkan sebuah kunci dan menyerahkan kepada si tukang kayu “Ini adalah rumahmu, ”katanya, “Rumah ini hadiah dari kami.sebagai tanda terimakasih kami”
    Betapa terkejutnya si tukang kayu. Betapa malu dan menyesalnya ia. Seandainya saja ia mengetahui bahwa ia sesungguhnya mengerjakan rumah untuk dirinya sendiri, ia tentu akan mengerjakannya dengan cara yang lain sama sekali. Ia akan mengerahkan seluruh kemampuan terbaiknya sehingga tercipta sebuah rumah yang kokoh dan indah. Namun itulah hidup, penyesalan selalu belakangan datangnya. Dan kini ia harus tinggal di sebuah rumah yang tak terlalu bagus hasil karyanya sendiri. Ternyata benar kata rekan-rekanya, seharusnya ia mengerjakan dengan sepenuh hati, bukan dengan keterpaksaan.
**********
Sahabat, Itulah yang terjadi pada kehidupan kita. Kadangkala, banyak dari kita yang "membangun" kehidupan dengan cara yang membingungkan. Lebih memilih berusaha ala kadarnya ketimbang mengupayakan yang baik. Bahkan, pada bagian-bagian terpenting dalam hidup kita, kita tidak memberikan yang terbaik.
Hingga Pada akhir perjalanan, kita terkejut saat melihat apa yang telah kita lakukan dan menemukan diri kita hidup di dalam sebuah rumah yang kita ciptakan sendiri.
    Seandainya kita menyadarinya sejak semula. Pastilah kita akan menjalani hidup ini dengan cara yang jauh berbeda.Kita akan membangun rumah masa depan kita dengan megah dan sempurna, kita akan memilih bahan-bahan yang bagus dan kuat, kita akan mengisi rumah itu dengan perabot-perabot yang bagus, kita akan menghiasinya dengan ornament-ornamen yang indah.Dan..kita akan merasa nyaman didalamnya.
وَٱللَّهُ جَعَلَ لَكُمُ ٱلۡأَرۡضَ بِسَاطً۬ا (١٩) لِّتَسۡلُكُواْ مِنۡہَا سُبُلاً۬ فِجَاجً۬ا (٢٠)
”Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan, supaya kamu menjalani jalan-jalan yang luas di bumi ini”. (Q.S Nuh:(71):19-20)
إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ إِنَّا لَا نُضِيعُ أَجۡرَ مَنۡ أَحۡسَنَ عَمَلاً (٣٠)
”Sesungguhnya mereka yang beriman dan beramnal shaleh, tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalan(nya) dengan baik”. (Q.S Al-Kahfi(18): 30)
Suatu hari Rasululloh bersabda ; ”Sesungguhnya di antara dosa-dosa itu, ada yang tidak dapat terhapus dengan puasa dan shalat”. Maka para sahabat pun bertanya: “Apakah yang dapat menghapusnya, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: ”Bersusah payah dalam mencari nafkah.” (HR. Bukhari)

Pada Hadist lain beliau bersabda pula;
“Sebaik-baik nafkah adalah nafkah pekerja yang halal.” (HR. Ahmad)
”Barangsiapa yang bekerja keras mencari nafkah untuk keluarganya, maka sama dengan pejuang dijaIan Allah ‘Azza Wa Jalla”. (HR. Ahmad)
    Sahabat, renungkan bahwa kita adalah si tukang kayu. Renungkan rumah yang sedang kita bangun. Kita harus sepenuh hati dalam mengerjakannya. Setiap hari kita memukul paku, memasang papan, mendirikan dinding dan atap. Mari kita selesaikan rumah kita dengan sebaik-baiknya seolah-olah hanya  mengerjakannya sekali saja dalam seumur hidup. Biarpun kita hanya hidup satu hari, maka dalam satu hari itu kita pantas untuk hidup penuh keagungan dan kejayaan.
   Apa yang bisa diterangkan lebih jelas lagi bahwa : Hidup kita esok adalah akibat sikap dan pilihan yang kita perbuat hari ini. Hari perhitungan adalah milik Tuhan, bukan kita, karenanya pastikan kita pun akan masuk dalam barisan orang-orang yang tidak dalam ketertipuan.
“Hidup adalah proyek yang kau kerjakan sendiri, maka jangan pernah penyesalan datang pada akhirnya”.
Salam Hangat selalu,
Bukit Sekatub Damai………....................................................................................................................................……(SRT)