Biarkan air mata ini mengalir bersama dengan dosa-dosa yang teringat. Lelapkan semua kesemuan dunia yang hanya sementara. Bukalah sedikit matamu untuk melihat dunia yang abadi, telungkupkanlah tanganmu untuk memberi... Berikan senyummu agar orang lain merasakan kabahagiaanmu... mari lukis perasan hati mencintaiNya dengan keimanan dan ketakwaan. Bismillah...

Minggu, 30 Januari 2011

Terimakasih....Ibu...!!

         Malam itu Kota Jakarta diguyur hujan lebat, dengan kebencian yang memuncak Ririn sudah memutuskan untuk pergi dari rumah ini, Ia  bertengkar lagi dengan ibunya. Karena sangat marah, Ririnpun  segera pergi meninggalkan rumah tanpa membawa apa pun. Ia hanya mengenakan seragam putih biru yang belum sempat ia ganti sejak sepulang sekolah sore tadi. Ririn terus berjalan menyusuri trotoar Jakarta yang tetap ramai meski air yang mengguyur tak mau kompromi. Orang-orang tentu tak mau terlambat sampai kerumah, berspekulasi untuk berteduhpun belum tentu hujan akan segera reda.
Karena marah yang luar biasa, hingga Ririn tak tahu lagi sudah berapa jauh ia berjalan. Hujan sudah mulai reda.tapi justru Ririn baru merasakan tubuhnya mulai menggigil. Saat berjalan di jalanan yang agak lengang, Ririn baru sadar dan merasa asing dengan jalanan yang dilaluinya, ia pun baru menyadari bahwa ia sama sekali tidak membawa apa-apa, bahkah sedikit uang pun tak ada dalam sakunya.
    Ririn menyusuri jalanan itu tanpa tahu tujuannya, ketika ia melewati sebuah warung Makan, dan ia mencium harumnya aroma masakan. Ririn berhenti didepan warung yang agak sepi tersebut, Ia ingin sekali memesan sepiring nasi goreng yang hangat, tetapi ia tidak mempunyai uang sama sekali.
Bapak separuh baya Pemilik warung melihat Ririn berdiri cukup lama di depan warungnya, sejenak si Bapak mengamati ririn sambil tersenyum ramah, lalu si bapakpun  bertanya, “Nak, apakah kau ingin pesan makan , ayo masuklah, pakaianmu basah kuyub?” .“Tetapi, aku tidak membawa uang,” jawab ririn sambil menggigil menahan dingin.
“Tidak apa-apa, masuklah aku akan memberimu sepiring nasi,” jawab pemilik warung ramah. “Ayo duduklah, aku akan membuatkan nasi goreng untukmu.”
Tidak lama kemudian, pemilik warung yang ramah itu mengantarkan sepiring nasi goreng dan segelas teh hangat. Ririn segera makan dengan nikmatnya tetapi sejurus kemudian air matanya nampak berlinang. “Ada apa Nak, kamu menangis, sudah malam begini kamu hujan-hujanan dijalan masih pakai seragam sekolah, kamu…kamu pergi dari rumah?” tanya pemilik Warung itu dengan lembut.
“Tidak apa-apa. Aku hanya terharu,” jawab Ririn sambil menyeka air matanya.hatinya masih mendongkol pada ibunya.
“Bahkan, seorang yang baru kukenal pun memberiku sepiring nasi! Tapi,…. Ibuku sendiri, setelah bertengkar denganku, mengusirku dari rumah dan mengatakan kepadaku agar jangan kembali lagi ke rumah. Bapak seorang yang baru kukenal, tetapi begitu peduli denganku dibandingkan dengan ibu kandungku sendiri,” katanya kepada si pemilik Warung.
Pemilik Warung itu tersenyum setelah mendengar perkataan Ririn, nampak Ia menarik napas panjang, dan berkata, “Anak manis, mengapa kau berpikir seperti itu?.Tangan si Bapak menusap lembut kepala Ririn. “ Renungkanlah hal ini, aku hanya memberimu sepiring nasi dan kau begitu terharu. Ibumu telah memasak makanan untukmu saat kau masih kecil sampai saat ini, mengapa kau tidak terharu dan berterima kasih kepadanya ? Dan kau malah bertengkar dengannya. Coba kau pikir, betapa lelahnya ibumu memasakkanmu,merawatmu hingga kau tumbuh jadi gadis kecil yang cantik. Apakah kamu akan mengatakan bahwa itu memang kewajiban seorang ibu untuk memasakkan makanan bagi anak-anaknya, merawat dan membesarkannya?”
Ririn terhenyak mendengar hal tersebut.
“Mengapa aku tidak berpikir tentang hal tersebut? Untuk sepiring nasi dari orang yang baru kukenal aku begitu berterima kasih, tetapi kepada ibuku yang telah memasak makanan untukku selama bertahun-tahun, aku bahkan tidak memperlihakan kepedulianku kepadanya. Dan hanya karena persoalan sepele, aku bertengkar dengannya.”
    Ririn menghabiskan nasinya dengan cepat. Lalu setelah mngucapkan terimakasih kepada Bapak pemilik warung yang baik hati itu, ia bangkit dan menguatkan dirinya untuk segera pulang ke rumahnya.
Sambil mencari jalan ke rumah, ia memikirkan kata-kata yang harus diucapkannya kepada ibunya. Akhirnya, ia memutuskan untuk mengatakan, “Ibu,maafkan aku, aku tahu bahwa aku bersalah. Aku memang anak yang tak tau berterimakasih”
Begitu sampai di depan pintu, ia melihat ibunya duduk diteras dengan wajah letih dan cemas, karena telah mencarinya ke semua tempat. Ketika ibunya melihat Ririn, kalimat pertama yang keluar dari mulut ibunya, “Ririn maafkan ibu ya nak, kemana saja kamu. Ibu sangat mencemaskanmu, cepat masuk, ibu telah menyiapkan makan malam untukmu dan makanan itu akan menjadi dingin jika kau tidak segera memakannya.”
Ririn sangat terharu melihat kasih ibunya yang begitu besar kepadanya, ia tidak dapat menahan air matanya dan ia segera lari memeluk ibunya, ia menangis sepuasnya dipelukan ibunya……………..
Referensi :
وَوَصَّيۡنَا ٱلۡإِنسَـٰنَ بِوَٲلِدَيۡهِ حَمَلَتۡهُ أُمُّهُ ۥ وَهۡنًا عَلَىٰ وَهۡنٍ۬ وَفِصَـٰلُهُ ۥ فِى عَامَيۡنِ أَنِ ٱشۡڪُرۡ لِى وَلِوَٲلِدَيۡكَ إِلَىَّ ٱلۡمَصِيرُ (١٤)
Dan Kami perintahkan kepada manusia [berbuat baik] kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun [1] Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (Qs: Luqman : 14)
******************
Saudaraku…sekali waktu, mungkin kita akan sangat berterima kasih kepada orang lain di sekitar kita untuk suatu pertolongan “kecil” yang diberikannya kepada kita. Tetapi.., kepada orang yang sangat dekat dengan kita, khususnya orang tua kita, Suami atau Istri kita, pernahkah kita berpikir untuk berterima kasih kepada mereka ??. Kepada Orangtua kita yang telah merawat, membesarkan, mendidik dan melimpahkan kasih sayangnya kepada kita. Kepada Suami / Istri kita, yang mendampingi kita dikala susah maupun senang, yang dengan susah payah mendidik anak-anak kita..??? Apakah kita juga akan mengatakan bahwa Hal itu sudah menjadi tugasnya..?? Renungkanlah.............................(SRT)

Senin, 24 Januari 2011

Cinta Sang Ayah......!!

          “ Ayahku tak pernah menyayangiku, Ia tak pernah memelukku, Ia juga jarang membelikan aku hadiah “ kata putri beberapa tahun lalu ketika dengan perasaan iri melihat Rina teman sebangku diantar ayahnya dengan sedan putih metalik. Putri melihat betapa sayangnya ayah rina, sebelum rina turun dari mobil ayahnya masih sempat membetulkan kerah baju rina yang kusut, kemudian mengecup kening rina dengan lembut.  Sedangkan ayah Putri ? tidak pernah memperlakukan nya sebagaimana ayah rina. ”Put, kamu naik bis saja ya, kemarin  ayah sudah kasih tau khan bagaimana kamu harus naik bis, jalur mana yang harus kamu pilih?” kata ayah putri ketika hari pertama masuk SMP. Padahal Putri ingin sekali diantar ayahnya seperti teman-temannya yang lain.
***********
     Putri kini sudah menjadi mahasiswi tingkat akhir di jogja, ayahnya hanya sesekali menjenguknya. Namun tidak demikian dengan ibunya yang selalu menjenguknya setahun sekali.
Siang itu Putri sedang mengahadap  dosen walinya, Profesor Hartono.MM, seorang dosen senior yang menjadi panutan dosen-dosen muda dikampus itu, “ Putri,sebentar lagi kamu lulus. Nilai-nilaimu bagus, mudah-mudahan kamu secepatnya dapat pekerjaan seperti yang kamu inginkan” Kata sang dosen membuka pembicaraan.” Terimakasih Pak, semua juga karena atas bimbingan bapak. Tanpa bimbingan Bapak, mungkin saya tak seperti ini.”.kata putri.”Putri…memang selama kuliah kamu beberapa kali menjadi bimbingan saya, kamu tak harus berterimakasih pada saya  tapi seharusnya kamu berterimakasih kepada seseorang,dan itu bukan saya….”. Putri tersentak kaget,  ” Seseorang ? saya tidak paham maksud Bapak..? “Tanya putri penasaran. ”Ayahmu Putri..!!” jawab Pak Hartono semakin membuat bingung Putri. Ayah..?? kenapa ayah, kata putri dalam hati. Ia tetap tak mengerti maksud Pak Hartono.
“Benar Putri, kamu tahu kalau sejak semester pertama kamu menjadi bimbinganku, ayahmu hampir setiap minggu menghubungiku”, kata Pak Hartono seperti memahami isi hati Putri.” Dia selalu menanyakan perkembanganmu, Ayahmu juga sangat kuatir tentang dirimu, ayahmu takut kalau-kalau kamu salah bergaul di kota ini. makanya Ayahmu selalu menanyakan keadaanmu dan  hasil-hasil ujianmu”.Pak Hartono menjelaskan panjang lebar. Putri serasa tak yakin dengan apa yang barusan dia dengar, benarkah ayahnya melakukan itu semua. Bukankah ayah selama ini cuek-saja dengan kuliahnya.
“Putri..” kata sang dosen mengangetkan lamunan putri.” Bapak punya sebuah buku bagus, bacalah bak-baik” Pak Hartono mengulurkan sebuah buku berukuran setengah quarto, “Cinta Ayah” begitu judul yang tertera disampul buku yang kini ada ditangan putri. ”Terimakasih Pak “ kata putri sambil membolak-balik buku ditanganya. Sesaat kemudian putri berpamitan.
Sepanjang perjalanan  menuju kontrakan, pikiran Putri tak menentu, perkataan Pak Hartono tentang ayahnya terngiang-ngiang ditelinganya, ”benarkah ayah yang melakukan semua ini” putri masih belum percaya sepenuhnya.
Putri segera masuk kekamarnya, jantungnya berdegup agak kencang ketika mengeluarkan buku hadiah dari Profesor Hartono. Dia amati sebentar buku kecil itu, kemudian perlahan dia membuka dan membaca dengan seksama halaman demi halaman.
"Sudah selayaknya seorang anak mengidolakan orangtuanya sendiri, terutama Ayah…..", begitu bunyi tulisan yang tertera dihalaman pertama buku itu.
    Biasanya, bagi seorang anak perempuan yang sudah dewasa, anak perempuan yang sedang bekerja diperantauan, anak perempuan yang ikut suaminya merantau di luar kota atau luar negeri, anak perempuan yang sedang bersekolah atau kuliah jauh dari kedua orang tuanya…..akan sering merasa kangen sekali dengan ibunya.Ingin rasanya selalu dekat dengan sang ibu
Lalu bagaimana dengan Ayah?
Mungkin karena ibu lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu setiap hari,sehingga kamu merasa bahwa ibu sangat perhatian padamu. tapi tahukah kamu......., jika ternyata ayah-lah yang selalu mengingatkan Ibu untuk menelponmu ?

Mungkin dulu sewaktu kamu kecil, Ibu-lah yang lebih sering mengajakmu bercerita atau berdongeng, tapi tahukah kamu, bahwa sepulang Ayah bekerja dan dengan wajah lelah Ayah selalu menanyakan pada Ibu tentang kabarmu dan apa yang kau lakukan seharian?
Pada saat dirimu masih seorang anak perempuan kecil…… ingatkah kamu bahwa dengan telaten Ayah mengajari putri kecilnya naik sepeda. Dan setelah Ayah mengganggapmu bisa, Ayah akan melepaskan roda bantu di sepedamu…
Kemudian Ibu bilang : “Jangan dulu Ayah, jangan dilepas dulu roda bantunya” ,
Ibu takut putri manisnya terjatuh lalu terluka….
Tapi sadarkah kamu?
Bahwa Ayah dengan yakin akan membiarkanmu, menatapmu, dan menjagamu mengayuh sepeda dengan seksama karena dia tahu putri kecilnya PASTI BISA. Ayahmu menutupi kekawatiranya denga keyakinan.
Pada saat kamu menangis merengek meminta boneka atau mainan yang baru, Ibu menatapmu iba...dan ingin membelikanya jika ada uang lebih. Tetapi Ayah akan mengatakan dengan tegas : “Boleh, kita beli nanti, tapi tidak sekarang”
Tahukah kamu, Ayah melakukan itu karena Ayah tidak ingin kamu menjadi anak yang manja dengan semua tuntutan yang selalu dapat dipenuhi?.Karena jika kamu menjadi perempuan yang manja, kamu akan merepotkan suamimu kelak.
Saat kamu sakit pilek, Ayah yang terlalu khawatir sampai kadang sedikit membentak dengan berkata :
“Sudah di bilang! . kamu jangan minum air dingin ! begini akibatnya..”.
Berbeda dengan Ibu yang memperhatikan dan menasihatimu dengan lembut. Ketahuilah, saat itu Ayah benar-benar mengkhawatirkan keadaanmu.
Ketika kamu sudah beranjak remaja….
Kamu mulai menuntut pada Ayah untuk dapat izin keluar malam, dan Ayah bersikap tegas dan mengatakan: “Tidak boleh!”.

Kamu tahu kenapa kala itu ayah tak menoleh kepadamu tapi pandanganya tetap tertuju pada layar laptopnya, karena ayah tak mau melihat kesedihan diwajahmu yang cantik. Lalu kenapa ayahmu selalu melarangmu
Tahukah kamu, bahwa Ayah melakukan itu untuk menjagamu?
Karena bagi Ayah, kamu adalah sesuatu yang sangat – sangat luar biasa berharga..
Setelah itu kamu marah pada Ayah, dan masuk ke kamar sambil membanting pintu…Dan yang datang mengetok pintu dan membujukmu agar tidak marah adalah Ibu…bukan ayah.
Tahukah kamu, bahwa saat itu Ayah memejamkan matanya dan menahan gejolak dalam batinnya,
Bahwa Ayah sangat ingin mengikuti keinginanmu, Tapi lagi-lagi dia HARUS menjagamu?
Ketika saat seorang cowok mulai sering menelponmu, atau bahkan datang ke rumah untuk menemuimu, kamu bilang “dia teman sekolahku yah”.kamu tak menyadari bahwa ayah tahu kamu telah berbohong.
Ayah akan memasang wajah paling kereng (angker)  sedunia…. Ayah sesekali menguping atau mengintip saat kamu sedang ngobrol berdua di ruang tamu..
Ssstt…..Sadarkah kamu, kalau hati Ayah merasa cemburu?
Saat kamu mulai lebih dipercaya, dan Ayah melonggarkan sedikit peraturan untuk keluar rumah untukmu, kamu akan memaksa untuk melanggar jam malamnya.
Maka yang dilakukan Ayah adalah duduk di ruang tamu, dan menunggumu pulang dengan hati yang sangat khawatir…
Dan setelah perasaan khawatir itu berlarut – larut…Ketika melihat putri kecilnya pulang larut malam hati Ayah akan mengeras dan Ayah memarahimu.. .
Sadarkah kamu, bahwa ini karena hal yang di sangat ditakuti Ayah akan segera datang?
“Bahwa putri kecilnya akan segera pergi meninggalkan Ayah”

Setelah lulus SMA, Ayah akan sedikit memaksamu untuk menjadi seorang Sarjana. ”Yah aku tidak suka fakultas ini, aku lebih suka fakultas itu..”begitu kamu menolak keinginan ayah.
Ketahuilah, bahwa seluruh paksaan yang dilakukan Ayah itu semata – mata hanya karena memikirkan masa depanmu nanti…
Tapi toh Ayah tetap tersenyum dan mendukungmu saat pilihanmu tidak sesuai dengan keinginan Ayah..
Ketika kamu menjadi gadis dewasa…..Dan kamu harus pergi kuliah dikota lain…
Ayah harus melepasmu di bandara.
Tahukah kamu bahwa badan Ayah terasa kaku untuk memelukmu?, sedangkan kamu... kamu hanya membayangkan indahnya masa-kuliah, pikiranmu sudah berada di kota lain.
Ayah hanya tersenyum sambil memberi nasehat ini – itu, dan menyuruhmu untuk berhati-hati. .
Padahal Ayah ingin sekali menangis seperti Ibu dan memelukmu erat-erat.
Yang Ayah lakukan hanya menghapus sedikit air mata di sudut matanya, dan menepuk pundakmu berkata “Jaga dirimu baik-baik ya sayang”.Kata sayang yang asing bagimu karena ayah jarang mengucapkanya untukmu.
Ayah melakukan itu semua agar kamu KUAT…kuat untuk pergi dan menjadi dewasa.
Disaat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupanmu, orang pertama yang mengerutkan kening adalah Ayah.
Ayah pasti berusaha keras mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dengan teman-temannya yang lain.
Ketika permintaanmu bukan lagi sekedar meminta boneka baru, dan Ayah tahu ia tidak bisa memberikan yang kamu inginkan….
Kata-kata yang keluar dari mulut Ayah adalah : “Tidak….. Tidak bisa!”
Padahal dalam batin Ayah, Ia sangat ingin mengatakan “Iya sayang, nanti Ayah belikan untukmu”.
Tahukah kamu bahwa pada saat itu Ayah merasa gagal membuat anaknya tersenyum?
Saatnya kamu diwisuda sebagai seorang sarjana.
Ayah adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untukmu.
Ayah akan tersenyum dengan bangga dan puas melihat “putri kecilnya yang tidak manja berhasil tumbuh dewasa, dan telah menjadi seseorang”
Sampai saat seorang teman Lelakimu datang ke rumah dan meminta izin pada Ayah untuk mengambilmu darinya.
Ayah akan sangat berhati-hati memberikan izin..
Karena Ayah tahu……
Bahwa lelaki itulah yang akan menggantikan posisinya nanti.
Dan akhirnya….
Saat Ayah melihatmu duduk di Panggung Pelaminan bersama seseorang Lelaki yang di anggapnya pantas menggantikannya, Ayah pun tersenyum bahagia…..
Apakah kamu mengetahui, di hari yang bahagia itu Ayah pergi kebelakang panggung sebentar, dan menangis?
Ayah menangis karena ayah sangat berbahagia, kemudian Ayah berdoa…..
Dalam lirih doanya kepada Tuhan, Ayah berkata:
“Ya Allah, ya Tuhanku rasanya baru kemarin ia berceloteh ketika pulang sekolah di hari pertama masuk TK,….kini .Putri kecilku yang lucu dan kucintai telah menjadi wanita dewasa yang cantik….Bahagiakanlah ia bersama suaminya…”
Setelah itu Ayah hanya bisa menunggu kedatanganmu bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk menjenguk…padahal kamu tahu ayah masih ingin melihatmu sesering mungkin.
Akhirnya  ayah menyadari, Ayah telah menyelesaikan tugasnya menjagamu …..dan ayah selalu berharap kelak suamimu bisa lebih baik dalam menjaga putri-putrinya, bukan seperti ayah.....

Airmata Putri menetes membasahi lembar-lembar terakhir buku itu,
Ayah..ternyata aku salah menilaimu, maafkan aku ayah..aku sayang sama ayah” bisik putri lirih
Baru pertama kalinya ayah ada dihati putri...................................................(SRT)
************************************

Minggu, 23 Januari 2011

Cintamu Ibu...

 Kelopak mata wanita muda itu tiba-tiba terlihat berkaca-kaca. Nampak sekali ia sedang berupaya untuk menahan tetes-tetes air matanya. Namun rasa duka yang memenuhi relung-relung jiwanya membuatnya tak bisa lebih lama lagi menahan air matanya. Tangis sedih wanita berkerudung itupun meledak. Air matanya mengalir deras membasahi kedua pipi merahnya. Hatinya seperti tertusuk sembilu. Dari dalam sukmanya membuncah rasa gundah. Rasa pedih yang datang mendera tak kunjung pergi menepi. Air mata wanita itu tak jua mereda................................( maaf belum ada ide)

Rabu, 19 Januari 2011

Cinta Seorang Anak.........(Story)

Cerita mengharukan  dibawah ini saya baca dari sebuah kisah yang kemudian saya tulis kembali dengan gaya tulisan saya sendiri,  pun demikian semoga tak mengurangi maknanya dan semoga ada hikmah yang dapat kita jadikan renungan.
     Dua puluh tahun yang lalu , Marry melahirkan seorang anak laki-laki, suatu kebanggaan bagi marry melahirkan seorang anak laki-laki. Wajah bayi mungil itu lumayan tampan, namun…betapa terkejutnya Marry bahwa bayi yang diidam-idamkannya itu terlihat agak bodoh. Meski demikian Sam, suami Marry tak terlihat sedikitpun gurat kecewa diwajahnya, Ia memberinya nama Eric. Hari demi hari makin lama semakin nampak jelas bahwa anak ini memang agak terbelakang. Rasa bangga marry luntur perlahan. Marry merasa amat kecewa dan  berniat memberikannya kepada orang lain saja. Namun Sam mencegah niat buruk itu. Akhirnya dengan  terpaksa Marry membesarkannya juga.
    Di tahun kedua setelah Eric dilahirkan marry pun melahirkan kembali seorang anak perempuan yang cantik mungil. Sam dan marry menamainya Angelica. Marry sangat menyayangi Angelica, demikian juga Sam. Kekecewaan marry sedikit terobati dengan kehadiran angelica, Ia berusaha melupakan Eric dengan cara menghabiskan harinya hanya dengan sikecil angelica. Seringkali Marry mengajak angelica  pergi ke taman hiburan dan membelikannya pakaian anak-anak yang indah-indah. Namun tidak demikian halnya dengan Eric. Ia hanya memiliki beberapa stel pakaian butut. Berkali -kali Sam berniat membelikannya, namun marry selalu melarangnya dengan dalih penghematan uang keluarga. Sam selalu menuruti perkataan marry istrinya.
   Prahara itu datang keduakalinya dikehidupan marry. Saat usia Angelica 2 tahun, Sam meninggal dunia. Eric sudah berumur 4 tahun kala itu. Keluarga itu menjadi semakin miskin dengan hutang yang semakin menumpuk. Akhirnya marry mengambil tindakan yang kelak akan membuatnya menyesal seumur hidup. Marry pergi meninggalkan kampung kelahirannya beserta Angelica. Eric yang sedang tertidur lelap di tinggalkan begitu saja dengan diam-diam. Kemudian Marry mengembara kekota, dan tinggal di sebuah rumah petak yang hanya cukup untuk mereka berdua. Setahun, 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun.. telah berlalu sejak kejadian itu.
   Marry telah menikah dengan seorang pria bernama Brad. Usia pernikahan mereka telah menginjak tahun kelima. Berkat Brad, sifat-sifat buruk marry  yang semula pemarah, egois, dan tinggi hati, berubah sedikit demi sedikit menjadi lebih sabar dan penyayang. Angelica telah berumur 12 tahun dan mereka  menyekolahkan dia di asrama putri sekolah
perawatan. Tidak ada lagi yang ingat tentang Eric dan tidak ada lagi yang mengingatnya.
  Tiba-tiba terlintas kembali kisah ironis yang terjadi dulu seperti sebuah film yang diputar dikepala marry. Baru sekarang marry menyadari betapa jahatnya perbuatannya dulu. Silih berganti bayangan Eric dan Sam melintas kembali di pikirannya. Ya Eric, Mama akan menjemputmu Eric. Tanpa berpikir panjang Sore itu marry memaksa Brad untuk mengantarnya kekampung kelahiranya. Meski heran Brad meng iyakannya. Mereka  segera meluncur dengan sedan warna birunya menuju ke desa yang sudah lama dilupakan marry. Perjalanan itu dirasa amat lama bagi marry.
Beberapa saat kemudian sampailah marry disebuah gubuk reot yang ia sendiri hampir tak mengenalnya, namun getaran didadanya menandakan bahwa ada sebuah ikatan antara gubuk itu dengan dirinya. Marry  memarkir mobil birunya di samping gubuk itu, dan Brad dengan pandangan heran menatap nya dari samping. “Marry, apa yang
sebenarnya terjadi?”
“Oh, Brad, ampunilah aku… kau pasti akan membenciku seumur hidupmu setelah ku ceritakan  hal mengerikan yang telah ku lakukan dulu.” .Marry menceritakan kisahnya dengan linangan airmata. Diluar dugaan marry, ternyata Tuhan sungguh baik kepada nya. Ia telah memberikan Brad, seorang suami yang begitu baik dan penuh pengertian. Setelah tangis marry reda.Ia keluar dari mobil diikuti oleh Brad dari belakang. Mata nya menatap lekat pada gubuk yang terbentang dua meter dari hadapan nya. Marry mulai teringat betapa gubuk itu pernah di tinggali beberapa tahun lamanya dan Eric.. Eric… Pandangan marry menyapu kedalan gubuk itu, namun  tidak menemukan siapapun juga di dalamnya. Hanya ada sepotong kain butut tergeletak di lantai tanah. Dengan tangan bergetar marry mengambil kain itu seraya mengamatinya dengan seksama… Matanya kembali  berkaca-kaca, Marry mengenali potongan kain tersebut sebagai bekas baju butut yang dulu dikenakan Eric sehari-harinya. Tiba-tiba Marry dan Brad dikagetkan oleh suara seorang wanita dari belakang gubuk, suasana saat itu sudah mulai gelap. Tak lama  terlihatlah wajah orang itu yang demikian kotor. Ternyata ia seorang wanita tua. Kembali marry  tersentak kaget manakala wanita tua itu  tiba-tiba menegurnya dengan suaranya yang parau.
“Heii…! Siapa kamu?! Mau apa kau kemari?!”
Dengan memberanikan diri, marry pun bertanya, " Ibu, apa ibu kenal dengan seorang anak laki-laki bernama Eric yang dulu tinggal disini ?"
Wanita tua itu menjawab, “Hei..kamu siapa, apa kamu keluarganya. Kalau kamu ibunya, kamu sungguh tega, Tahukah kamu, 10 tahun yang lalu sejak kamu meninggalkannya di sini, bocah malang itu terus menunggu ibunya dan selalu memanggil, ‘Mama…, mama!’ Karena tidak tega, aku terkadang memberinya makan dan mengajaknya tinggal bersamaku. Walaupun aku orang miskin dan hanya bekerja sebagai pemulung sampah, namun aku tidak akan meninggalkan anakku seperti itu! Tiga bulan yang lalu Eric meninggalkan secarik kertas ini. Kamu tahu  Ia belajar menulis setiap hari selama bertahun-tahun hanya untuk menulis ini untukmu…”
Marry pun membaca tulisan di kertas itu…
“Mama, mengapa Mama  tidak pernah kembali lagi…? Mama marah sama Eric, ya? Mama, maafkan Eric ya ma, biarlah Eric yang pergi saja, tapi Mama harus berjanji kalau Mama tidak akan marah lagi sama Eric. Selamat tinggal, Mama…”
Marry menjerit histeris membaca surat itu. "Ibu..tolong katakan...katakan dimana ia sekarang ? saya berjanji akan menyayanginya ! saya tidak akan meninggalkannya lagi, Bu ! Tolong katakan ...!!"
Brad memeluk tubuh marry yang bergetar keras.
“Nyonya, semua sudah terlambat. Sehari sebelum nyonya datang, Eric telah meninggal dunia. Ia meninggal di belakang gubuk ini. Tubuhnya sangat kurus, ia sangat lemah. Hanya demi menunggumu ia rela bertahan
di belakang gubuk ini tanpa ia berani masuk ke dalamnya. Ia takut apabila Mama-nya datang, Mama-nya akan pergi lagi bila melihatnya ada di dalam gubuk… Ia hanya berharap dapat melihat Mama-nya dari belakang gubuk ini saja… Meskipun hujan deras, dengan kondisinya yang lemah ia terus bersikeras menunggu Nyonya di sana…………….”
           (NN/SRT)
Sahabatku, saudaraku. Apa yang diberikan Tuhan padamu adalah yang terbaik untukmu, maka Syukurilah. Waktu demi waktu adalah cobaan dan ujian untuk kita, maka berbaik sangkalah pada-Nya, sehingga apapun yang dipilihkan untuk kita, kita dapat iklas menjalaninya.....Semoga...
Terimakasih telah membaca......................


Sabtu, 15 Januari 2011

Antara Cangkir dan Kopi

                                                 Ketika mendengar kata kopi atau cangkir, pikiran saya langsung teringat teman-teman dikantor yang senang sekali menikmati secangkir kopi didapur kantor, atau juga ke tempat kursus Bahasa Inggris saya dilantai 3 gedung Pusdiklat PT.Pupuk Kaltim. Karena memang hanya disitulah saya minum kopi 2 kali seminggu .itupun kopi campur cream, maklum saya memang bukan penyuka kopi. Namun tentu saja saya bukan ingin cerita tentang hal itu, ada sebuah cerita yang pernah saya baca.yang berjudul Antara Cangkir dan Kopi , cerita yang sungguh sarat makna ( maaf, lagi-lagi saya lupa sumber aslinya)
    Sekelompok alumni sebuah universitas mengadakan reuni di rumah salah seorang Profesor favorit mereka yang dianggap paling bijak dan layak didengarkan. Hampir semua alumni yang notabene sudah jadi "orang " itu menyempatkan hadir. Satu jam pertama, yach seperti umumnya diskusi di acara reuni, diisi dengan menceritakan (baca: membanggakan) prestasi di tempat kerja masing-masing. Adu prestasi, adu posisi dan adu gengsi, tentunya pada akhirnya bermuara pada berapa Dollar yang mereka punya dan kelola, mewarnai acara kangen-kangenan ini.

Jam kedua mulai muncul guratan dahi yang menampilkan keadaan sebenarnya. Dari situ terlihat bahwa hampir semua yang hadir ternyata sedang stres, karena sebenarnya pekerjaan, prestasi, kondisi ekonomi, keluarga dan situasi hati mereka tak secerah apa yang mereka miliki dan duduki. Bahwa rupiah mengalir deras, adalah sebuah fakta yang terlihat dengan jelas dari mobil yang mereka kendarai serta merek baju dan jam tangan yg mereka pakai. Namun di lain pihak, mereka sebenarnya sedang dirundung masalah berat, yakni "kehilangan makna hidup". Di satu sisi mereka sukses meraih kekayaan, di sisi lain mereka miskin dalam menikmati hidup dan kehidupan itu sendiri. They have money but not life.
Waktu berikutnya, Sang profesor masih tetap asyik mendengarkan celotehan mereka sambil menyiapkan seteko kopi hangat dan seperangkat cangkir. Ada yang terbuat dari kristal yang mahal, ada yang dari keramik asli Cina oleh-oleh salah seorang dari mereka, dan ada pula gelas dari plastik murahan untuk perlengkapan perkemahan sederhana. “Serve yourself,” kata profesor, memecah kegerahan suasana. Semua mengambil cangkir dan kopi tanpa menyadari bahwa sang profesor sedang melakukan kajian akademik pengamatan perilaku, seperti layaknya seorang profesor yang senantiasa memiliki arti dan makna dalam setiap tindakannya.
“Jika engkau perhatikan, kalian semua mengambil cangkir yang paling mahal dan indah. Yang tertinggal hanya yang tampaknya kurang bagus dan murahan. Mengambil yang terbaik dan menyisakan yang kurang baik adalah sangat normal dan wajar. Namun, tahukah kalian bahwa inilah yang menyebabkan kalian stres dan tidak dapat menikmati hidup?” sang profesor memulai wejangannya. “Now consider this: life is the coffee, and the jobs, money and position in society are the cups. They are just tools to hold and contain life, and do not change the quality of life. Sometimes, by concentrating only on the cup, we fail to enjoy the coffee provided,” kali ini kalimatnya mulai menekan hati. “So, don’t let the cups drive you, enjoy the coffee instead,” demikian ia berkata sambil mempersilakan mereka menikmati kopi bersama.
Sesederhana itu rupanya ..??. Profesor yang bijak selalu membuat yang sulit jadi mudah, sedangkan politikus selalu membuat yang mudah jadi sulit. Betapa banyak di antara kita yang salah menyiasati hidup ini dengan memutarbalikkan kopi dan cangkir. Tak jelas apa yang ingin kita nikmati, kopi yang enak atau cangkir yang cantik nan indah.
     Ada tiga tipe pekerja (baca: profesional dan pengusaha) yang sering kita lihat dalam menyiasati kopi dan cangkir kehidupan ini. Pertama, pekerja yang sibuk mengejar pekerjaan, jabatan yang akhirnya hanya bertumpu pada kepemilikan jumlah dan kualitas cangkir kehidupan. Paradigmanya sangat sederhana, semakin banyak cangkir yang dipunyai, semakin bercahaya. Semakin bagus cangkir yang dimiliki akan mengubah rasa kopi menjadi enak. Fokus hidup hanya untuk menghasilkan kuantitas dan kualitas cangkir. Ini yang menyebabkan terus terjadinya persaingan untuk menambah kepemilikan. Sukses diukur dengan seberapa banyak dan bagus apa yang dimiliki. Kala yang lain bisa membeli mobil mewah, ia pun terpacu mendapatkannya. Alhasil, tingkat stres menjadi sangat tinggi dan tak ada waktu untuk membenahi kopi. Semua upaya hanya untuk bagian luar, sedangkan bagian dalam semakin ketinggalan.
Kedua, pekerja yang menyadari bahwa kopinya ternyata pahit – artinya hidup yang terasa hambar; penuh kepahitan, dengki dan dendam; serta tak ada damai dan kebahagiaan — mencoba menutupnya dengan menyajikannya dalam cangkir yang lebih mahal lagi. Pikirannya juga sangat mudah, kopi yang tidak enak akan terkurangi rasa tidak enaknya dengan cangkir yang mahal. Rasa kurang dicintai rekan kerja, dikompensasi dengan mengadopsi anak asuh dan angkat. Tak merasa diperhatikan, dibungkus dengan memberikan perhatian pada korban bencana dan sejenisnya. Tak menghiraukan lingkungan, ditutup halus dengan program environmental development yang harus diresmikan pejabat Kementerian Lingkungan Hidup. Tak memperhatikan orang lain dengan tulus, dibalut dengan program community development yang wah. Kalau tidak hati-hati, akan muncul pengusaha kaum Farisi yang munafik bagai kubur bersih, tapi di dalamnya sebenarnya tulang tengkorak yang jelek dan bau.
Ketiga, ada pula pekerja yang berkonsentrasi membenahi kopinya agar lebih enak, semakin enak dan menjadi sangat enak. Tipe ini tak terlalu pusing dengan penampilan cangkir. Pakaian yang mahal dan eksklusif tak mampu membuat borok jadi sembuh. Makanan yang mahal tak selalu membuat tubuh jadi sehat, malahan yang terjadi acap sebaliknya. Fokus pada kehidupan dan hidup menyebabkan ia dapat santai menghadapi hari-hari yang keras. Ia tak mau berkompromi dengan pekerjaan yang merusak martabat, sikap dan kebiasaan. Menyuap yang terus-menerus dilakukan hanya akan membuat dirinya tak mudah merasa bersalah kala disuap. Fokus pada kopi yang enak, membuat ia tak mudah menyerah pada tuntutan pekerjaan, tekanan target penjualan yang mengontaminasi karakternya. Baginya, ini adalah kebodohan yang tak pernah dapat dipulihkan.
Dalam sebuah buku seorang Profesor berkata , Take no thought for your life, what you shall eat or drink, nor your body what you shall put on. Is not the life more than meat and the body than raiment?” Kalau kita tidak sadar, kita bakal terjerembab: mengkhawatirkan cangkir padahal seharusnya kita fokus pada kopi. Enjoy your coffee, my friend!
Ah…itulah kenyataan hidup,  pikir saya. Kita seringkali terjebak dalam keinginan untuk mencapai keduniaan yang tiada ujung pangkalnya. Kita seringkali mendewakan Harta, kedudukan dan jabatan.
    Saya Ingat betul kata-kata bijak dari Sahabat baik saya Pak WH dari SDM yang mengatakan bahwa, “ Harta,kedudukan dan prestasi sebenarnya tanpa makna selama semua itu hanya untuk diri kita sendiri. Semua itu akan berujung pada satu kata "jenuh". Karena sesungguhnya seseorang baru akan dapat merasakan  bahagia yang hakiki manakala ia merasa sudah bermakna bagi orang lain dan lingkungannya”

Ok, Sobat....mari renungkan, sebenarnya untuk apa sih kita ada di dunia ini........?!!...(NN / SRT)

Salam Hangat

Jumat, 14 Januari 2011

Masihkah Hari ini Engkau Sabar...??

                                                                          Pagi ini kita mulai hari dengan sedikit ujian dari-Nya, Jam didinding menunjuk angka 04:45, samar terdengar adzan subuh sudah berkumandang “ Assholatu khoiru minna naum …”.terdengar merdu, bahkan saking merdunya terkadang yang masuk ketelinga kita menjadi " Annauma khoiru minnassholah..." bukan begitu ?. ujian kecil pertama haruskah kita tarik kembali selimut ditubuh kita ?.Sementara orang lain sudah berduyun-duyun menuju Masjid Baiturrohman, Al-Furqon dan Fathul Khoir.Setelah sejenak bergulat dengan kantuk, akhirnya.. dengan sedikit malas kitapun  bangun, dengan terpaksa dan mata masih setengah terpejam kita ambil air wudlu. Ternyata…diluar turun hujan meski tak begitu lebat. Ujian kecil kedua untuk kita, haruskah berjamaah di masjid,atau….sholat subuh dirumah saja kemudian tidur lagi, bukankah esok masih banyak waktu untuk pergi ke masjid ?
     Saudaraku, sahabatku..Skenario Allah itu sangat indah, apapun yang terjadi pada kita..walaupun itu berat, walaupun itu pahit dan menyakitkan hati..dan bahkan terkadang membuat kita sengsara..Jalanilah dengan tabah, Tetap bergembiralah, karena Sang Sutradara Hidup sedang melewatkan kita di jalan yang TERBAIK untuk kita...
Semua akan menjadi indah pada saatnya..,

    Dari Suhaib r.a., bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Sungguh menakjubkan perkaranya orang yang beriman, karena segala urusannya adalah baik baginya. Dan hal yang demikian itu tidak akan terdapat kecuali hanya pada orang mukmin; yaitu
jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan yang terbaik untuknya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi
dirinya.” (HR. Muslim).


Dan Alloh pun berfirman ;
يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱسۡتَعِينُواْ بِٱلصَّبۡرِ وَٱلصَّلَوٰةِ‌ۚ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّـٰبِرِينَ
"Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan [kepada Allah] dengan sabar dan [mengerjakan] shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar". (Al-Baqoroh :153)
وَأَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُ ۥ وَلَا تَنَـٰزَعُواْ فَتَفۡشَلُواْ وَتَذۡهَبَ رِيحُكُمۡ‌ۖ وَٱصۡبِرُوٓاْ‌ۚ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّـٰبِرِينَ
"Dan ta’atlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar". (Al-Anfal :46)
    Berdo'a dan bersabarlah atas segala yang terjadi dan menimpa dalam hidupmu.
Tak ada do'a dan permohonan yang sia-sia, karena sesungguhnya Allah akan menjawab sebuah doa kita melalui 3 jalan:
Pertama :Dia berkata “Ya”, dan memberi apa yang engkau pinta...kaupun bergembira karena merasa alloh sayang kepadamu.
Kedua    : Dia berkata “Tidak” dan memberimu sesuatu yang lebih baik dari yang kamu minta…Kau katakan Alloh tak menyayangiku, padahal itu hanya karena mata kita tak melihat apa yang telah Ia berikan pada kita.
Ketiga    :Dia berkata Sabar, dan akan memberimu hal yang paling baik..
وَقَالَ رَبُّڪُمُ ٱدۡعُونِىٓ أَسۡتَجِبۡ لَكُمۡۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَسۡتَكۡبِرُونَ عَنۡ عِبَادَتِى سَيَدۡخُلُونَ جَهَنَّمَدَاخِرِينَ
Dan Tuhanmu berfirman: "Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku [1] akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina". (Al-Mu’min / Al-Ghofir : 60)
Sabda Rasulallah Saw:
Tidak ada seorang muslim yang berdoa melainkan akan dikabulkan, ada kalanya disegerakan didunia, ada kalanya disimpankannya untuknya di akhirat. Dan ada kalanya digunakan untuk menghapuskan dosa-dosanya sesuai dengan kadar doa yang ia ucapkan selama ia tidak berdoa untuk dosa atau memutuskan tali persaudaraan”.
Dan beliaupun bersabda:
Nanti pada hari kiamat Allah Swt akan memperlihatkan setiap doa yang dipanjatkan oleh setiap orang sewaktu di dunia yang tidak Allah kabulkan, dimana Allah berfirman: Hambaku, pada suatu hari kamu memanjatkan doa kepadaku, namun Aku tahan doamu itu, maka inilah pahala sebagai pengganti doamu itu”.  Orang yang berdoa itu terus menerus diberi pahala sehingga ia berharap kiranya semua doanya itu hanya dibalas di akhirat saja dan tidak diberikan di dunia”.

Saudaraku, bersyukurlah akan segala ni’mat yang telah Alloh berikan Pada kita.
Kita diberi keluarga dan anak-anak yang manis, tapi terkadang kita meradang karena kegaduhan malaikat-malaikat kecil itu mengganggu tidur siang kita.
Kita diberi pekerjaan yang baik, tapi terkadang tak ada syukur yang kita panjatkan.
Kita diberi saudara dan sahabat-sahabat yang perhatian, pemaaf, penuh cinta dan kasih, namun terkadang kita angkuh dan menyakiti..
فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Maka ni’mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?.....( Ar-Rohman :…)
Dimanakah kesabaran kita, kala kegaduhan anak-anak menambah pusing  karena tugas yang menumpuk hingga membuat kita meradang. Dimana kesabaran kita kala sahabat menasehati kita, kala saudara mengingatkan kita, hanya karena kedudukan kita lebih baik dari mereka.sehingga kita tak acuh.
     Kehendak Alloh itu terkadang terlihat sulit bagi kita, pemahaman kita yang dangkal membuat kita mudah berputus asa, padahal Alloh telah berkata” Tak ada dari umatku yang berputus asa, kecuali dari golongan orang-orang kafir”
Saudaraku, sahabatku. Janji Alloh adalah Pasti, maka mari jadikan sisa-sisa hidup kita lebih bermakna, mari mulai dari diri kita, keluarga kita dan saudara-saudara kita.
Dekap malaikat-malaikat dan bidadari-bidadari kecil kita, katakan pada mereka” maafkan ketidak sabaran ayah/ibu”
Jabat erat tangan saudara-saudara kita, sahabat kita dan katakan “ saudaraku, sahabatku, maafkan atas keacuhanku,maafkan keegoanku.maafkan atas kesombonganku”
Sahabat…janganlah engkau berjalan di depanku, karena aku mungkin tak dapat mengikutimu..
Janganlah pula engkau berjalan di belakangku, karena Aku mungkin tak dapat membimbingmu...
Tapi,..Berjalanlah seiring bersamaku,..
dan...jadilah temanku, jadilah saudaraku yang hanya dipertemukan dan dipisahkan oleh dien-Nya yang haq….Al-Islam...

Salam hangat selalu ……

Sebuah renungan diri diantara tumpukan maksiat dan dosa…………….(SRT)

Minggu, 09 Januari 2011

Mewaspadai " EMPAT PERKARA "

    Hari ini adalah hari teramat "istimewa " buat saya, karena sore tadi saya baru saja bertemu dan sharing dengan seorang sahabat yang "Luar biasa" selama hampir 1,5 jam. Bukan sharing sih, mungkin lebih tepatnya "beliau" memberi wejangan dan petuah kepada saya. Meski kami sudah saling mengenal  lebih dari 10 tahunan, tapi karena sibuknya beliau sehingga baru sore tadi kami sempat "ngobrol" panjang kali lebar. Wejangan dan petuahnya mengalir bak air sungai yang mengalir tenang namun pasti. Ada satu petuah beliau yang membuat saya merenung, Beliau berkata;"Banyak rekan-rekan kita yang nampak sukses,nampak sempurna secara materi maupun dalam karir,. Namun jangan kira mereka sudah bahagia, karena 'bahagia' itu akan terasa manakala kita 'merasa' bermanfaat bagi orang lain dan perasaan tidak 'gersang', karena kita selalu iklas dalam ' berkarya' dan beribadah".
    Sobat, tidak cukup saya tuliskan disini semua petuah-petuah yang diberikan sahabat 'luar biasa' saya sore tadi. Namun berkait dengan kata "BAHAGIA"yang disampaikan sahabat tsb, saya kemudian membaca dan mencoba mengkaitkan dengan aktivitas kita sehari-hari dan dengan hubungan vertikal kita kepada Alloh..Lalu, pertanyaanya adalah ; Sudahkah kita merasa 'bahagia' ??.

    Kebahagiaan, sebuah kata yang didambakan oleh setiap mahluk yang bernama Manusia. Siapapun manusia yang hidup didunia ini hakekatnya adalah mencari kebahagiaan. Ada yang mencari bahagia di kantor, di warung kopi, di mall,di pasar atau dimana saja. Mungkin ada yang bahagia saat membeli mobil baru, saat membeli perhiasan baru, dan ada yang merasa bahagia saat menerima gaji. Ada yang merasa bahagia karena memiliki teman-teman banyak, memiliki tetangga-tetangga yang baik, bahkan ada yang memiliki rasa bahagia hanya karena mendapat telepon dari orang yang dicintai. Tapi beberapa rasa 'bahagia' diatas sifatnya hanya 'sementara'.
     Siapapun berhak memiliki rasa bahagia, karena memang bahagia itu milik siapa saja, baik yang kaya maupun yang miskin, yang berpangkat maupun tidak, yang tua maupun muda, yang memiliki jabatan tinggi maupun rendah dan lain sebagainya. Intinya, semua berhak mendapatkan sesuatu yang bernama BAHAGIA, karena hakekat bahagia adalah mendapatkan sesuatu yang diinginkan.
    Tetapi sobat, cobalah tengok aktivitas keseharian kita. Pagi-pagi sekali, usai sholat subuh berjama’ah dimasjid maupun berjamah dengan istri dan anak-anak dirumah, telepon mulai berdering, televisi menginformasikan bursa efek dan valuta asing, bahkan terkadang sepagi itu televisi telah menyuguhkan berita kriminalitas atau mungkin infotaimen yang membeberkan rahasia keluarga seorang artis dll. Sedangkan al-Qur’an nyaris kita tinggalkan, ia bertengger rapi dirak-rak lemari paling atas, kita enggan mereview ulang bacaan kita, tajwid kita. Seolah kita lupa , atau..jangan-jangan kita tidak pernah tahu terhadap perintah Rasululloh : Sinarilah rumahmu dengan bacaan Al-Qur’an.
    Sobatku, saudaraku tercinta ingatkah kita akan perkataan Rosululloh bahwa : Jika hak-hak Alloh tersisihkan dari hati kita, maka sesungguhnya Alloh akan menumbuhkan EMPAT PERKARA pada diri kita.
Rasululloh bersabda : Barang siapa yang pada pagi harinya menjadikan dunia sebagai konsentrasi yang utama, dan sama sekali tak memperhatikan hak-hak Alloh, niscaya alloh akan menumbuhkan empat perkara kepadanya Partama : Keinginan yang tiada pernah habis-habisnya. Kedua : Kesibukan yang serasa tak pernah terselesaikan olehnya. Ketiga : Kebutuhan yang tiada berujung. Ke empat : angan-angan yang tidak pernah tercapai. (HR.Dailami)
   Hal tersebut terjadi karena konsentrasi kita belum seimbang, namun saudaraku ingatlah bahwa; sesungguhnya segala sesuatu itu bisa kita biasakan. Cara yang efektif untuk menghindari keempat penyakit tersebut adalah sbb; Ketika kita makan, seyogyanya diniatkan untuk mengisi ulang energi dalam rangka beribadah kepada Alloh. Manakala kita hendak bekerja, lafadzkan niat bahwa bekerja adalah perintah Alloh yang wajib dilaksanakan untuk menafkahi istri dan keluarga. Ketika engkau mencari teman, niatkanlah bahwa pertemanan ini adalah karena Alloh dalam rangka Ukhuwah Islamiyah
Dengan demikian, bekerja atau aktivitas apapun yang kita tujukan untuk kepentingan keluarga dan masyarakat, InsyaAlloh akan  bernilai ibadah disisi Alloh SWT.
وَقُلِ ٱعۡمَلُواْ فَسَيَرَى ٱللَّهُ عَمَلَكُمۡ وَرَسُولُهُ ۥ وَٱلۡمُؤۡمِنُونَ‌ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَـٰلِمِ ٱلۡغَيۡبِ وَٱلشَّہَـٰدَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمۡ تَعۡمَلُونَ (١٠٥)
Dan katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu’min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada [Allah] Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan".( QS:At-Taubah:105)

   Bekerja adalah nikmat Alloh yang wajib kita syukuri, lalu seperti apakah wujud syukur kita akan pekerjaan kita. Yang lazim di pesankan para ustad dan ustadzah. Rasa syukur tersebut diaplikasikan dengan menyumbangkan sebagian kecil harta yang kita peroleh kepada orang yang berhak menerimanya. Karena sesungguhnya dalam harta kita ada hak-hak orang lain yang wajib kita tunaikan. Dalam beberapa hadist disebutkan bahwa mendermakan harta merupakan salah satu upaya untuk membersihkan harta dari hal-hal yang mengandung syubhat, menolak mala petaka dan bencana serta penyakit, serta akan mendatangkan rezeki yang lebih berkah disamping menderma adalah menggembirakan saudara sesama muslim ( idkhalus suruur lil mu’minin…dari suatu sumber/Red)).
   Sebagian dari kita beranggapan bahwa sedekah itu hanya berupa barang/harta, namun sebenarnyalah sedekah itu hakekatnya adalah segala sesuatu kebaikan yang kita berikan dan bermanfaat bagi orang lain. Bisa berupa harta benda, makanan, sandang, ilmu bahkan berupa nasehat atau ajakan. Sehingga, sedekah itu tak hanya kita peruntukkan bagi fakir miskin, tetapi bisa kepada siapa saja yang menbutuhkan, saudara,tetangga, sahabat dan lain sebagainya.
   Dengan demikian keempat penyakit tadi dapat kita hindarkan dari kehidupan kita segala keinginan pasti terbatas karena hanya Alloh semata yang tiada batasnya, kesibukan akan terselesaikan, karena alloh senantiasa memberikan inayah (pertolongan) pada hambanya. Kebutuhan akan terpenuhi, karena alloh senantiasa memberkahi, dan tidak ada angan-angan yang lebih mulia selain mengharap Ridlho Alloh SWT.

  Saudaraku, darinya, marilah kita mulai kehidupan hari ini dan esok dengan membiasakan segala aktivitas kita hanya kita tujukan untuk mendapat Ridlho dari Nya, yang memiliki jiwa dan ruh kita ditanganNya. Semoga 'rasa' bahagia itu senantiasa ada dalam hati kita.

Terkhusus untuk sahabat 'luarbiasa' saya, terimakasih yang tak terhingga atas semua petuahnya, Sahabat...tadi sore saya serasa berhadapan dengan seorang BEGAWAN......terimakasih atas buku-nya, dan...jangan bosan baca e-mail saya.

Salam Hangat...........
BSD......... Sebuah renungan dari Kenyataan Hidup.....(SRT)

Sabtu, 08 Januari 2011

Yang Datang dengan KEBAIKAN..!!

           Bagaimanakah jadinya jika sifat malu telah luntur bahkan hilang sama sekali dari diri kita, sungguh..hidup tiada harganya lagi. Dijaman yang kian semrawut ini Tak sedikit wanita yang telah menanggalkan rasa malunya. Dari caranya berbusana, bergaul, dan gaya hidup ‘modern’ lainnya, hal-hal tersebut setidaknya memberikan gambaran fenomena dimaksud. Padahal, Islam telah menjadikan sifat malu ini sebagai sifat mulia, bahkan merupakan salah satu cabang keimanan.

    Sifat malu memang identik dengan wanita karena merekalah yang dominan memilikinya. Namun sebenarnya sifat ini bukan hanya milik kaum hawa. Laki-laki pun disukai bila memiliki sifat malu. Bahkan sifat mulia ini selain termasuk salah satu cabang keimanan, malu juga menjadi salah satu faktor kebahagiaan seorang insan. Karena dengan sifat ini, hanya kebaikanlah yang bakal diraupnya, sebagaimana sabda Rosul SAW :
الْحَيَاءُ لاَ يَأْتِي إِلاَّ بِخَيْرٍ
“Malu itu tidaklah datang kecuali dengan kebaikan.”
الْحَيَاءُ خَيْرٌ كُلُّهُ
“Malu itu baik seluruhnya.” (Shahih, HR. Al-Bukhari dan Muslim)
       Adanya sifat malu pada diri seseorang akan mendorongnya kepada kebaikan dan mencegahnya dari kejelekan. Bila malu ini hilang dari diri seseorang, ia akan jatuh dalam perbuatan maksiat dan dosa, ketika sendirian maupun di hadapan kerabat dan tetangga. Karena itulah bersabda Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam:
إِنَّ مِمَّا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلاَمِ النُّبُوَّةِ الأْوْلَى: إِذَا لَمْ تَسْتَحِ فَافْعَلْ مَا شِئْتَ
“Termasuk yang diperoleh manusia dari ucapan kenabian yang pertama adalah: jika engkau tidak malu, berbuatlah sekehendakmu.” (Shahih, HR. Al-Bukhari)

Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sangat pemalu sehingga shahabat yang mulia Abu Sa’id Al-Khudri radhiallahu ‘anhu berkata:
كَانَ رَسُوْلُ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَشَدُّ حَيَاءً مِنَ الْعُذَرَاءِ فِي خِدْرِهَا
“Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sangat pemalu dibandingkan dengan gadis perawan yang berada dalam pingitannya.” (Shahih, HR. Al-Bukhari dan Muslim)

   Semoga Allah merahmati Abu Sa’id Al-Khudri, di mana beliau membuat permisalan untuk kita dengan gadis perawan. Lalu apa gerangan yang akan beliau katakan bila melihat pada hari ini gadis perawan itu telah menanggalkan rasa malunya dan meninggalkan tempat pingitannya? Ia pergi keluar rumahnya dengan hanya ditemani sopir pribadi. Ia pergi ke pasar, berbincang-bincang akrab dengan para pedagang dan penjahit, dan sebagainya. Demikian kenyataan pahit yang ada.

Sebagian kaum muslimin juga membiarkan putri-putri mereka bercampur baur dengan laki-laki di sekolah-sekolah dan di tempat kerja. Karena telah tercabut dari mereka rasa malu dan sedikit ghirah (kecemburuan) yang tertinggal.
    Bila malu ini telah hilang dari diri seorang insan, ia akan melangkah dari satu kejelekan kepada yang lebih jelek lagi, dari satu kerendahan kepada yang lebih rendah lagi. Karena malu pada hakekatnya adalah menjauhkan diri dari hal-hal yang Allah ta`ala haramkan dan menjaga anggota tubuh agar tidak digunakan untuk bermaksiat kepada-Nya. Apakah pantas seseorang disifati malu sementara matanya digunakan untuk melihat perkara yang Allah haramkan? Apakah pantas dikatakan malu, bila lidah masih digunakan untuk ghibah, mengadu domba, dusta, mencerca, dan mengumpat? Apakah pantas digelari malu, bila nikmat berupa pendengaran digunakan untuk menikmati musik dan nyanyian?

Saudaraku… wajib bagi kita untuk terus merasakan pengawasan Allah dan malu kepada-Nya di setiap waktu dan tempat.

Kala dikau sendiri dalam kegelapan dan jiwa mengajakmu tuk berbuat nista, Maka malulah dikau dari pandangan Al-Ilah, Dan katakan pada jiwamu:
" Dzat yang menciptakan kegelapan ini senantiasa melihatku "
    Seorang muslim yang jujur dalam keimanannya akan merasa malu kepada Allah jika melanggar kehormatan orang lain dan mengambil harta yang tidak halal baginya. Sementara orang yang telah dicabik tirai malu dari wajahnya, ia akan berani kepada Allah dan berani melanggar larangan-Nya.

Saudariku muslimah… bila engkau telah mengetahui pentingnya sifat malu, maka berupayalah untuk menumbuhkannya di hati keluarga dan anak-anak. Karena ketika malu ini masih ada, maka akan terasa betapa besar dan jelek perbuatan yang mungkar, sementara kebaikan senantiasa mereka agungkan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah melewati seseorang yang tengah mencela saudaranya karena sifat malunya, maka beliau bersabda:
دَعْهُ فَإِنَّ الْحَيَاءَ مِنَ الإِيْمَانِ
“Biarkan dia, karena malu itu termasuk keimanan.” (HR. Al-Jama`ah)
       Saudaraku… perlu engkau ketahui bahwa Allah tidaklah malu dari kebenaran. Maka bukan termasuk sifat malu bila engkau diam ketika melihat kebatilan, engkau enggan menolong orang yang terzalimi, dan berat untuk mengingkari kemungkaran. Dan bukan pula termasuk sifat malu bila engkau tidak mau bertanya tentang perkara agama yang samar bagimu, karena Allah ta`ala berfirman:
فَسْأَلُوْا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لاَ تَعْلَمُوْنَ
“Maka tanyakanlah kepada ahlu dzikr (orang yang memiliki ilmu), jika kalian tidak mengetahui.” (An-Nahl: 43)
   Ketahuilah wahai saudariku…tidak sepantasnya kita malu dari suatu perkara yang bisa membawa kepada kebaikan. Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu menceritakan: “Datang seorang wanita menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam guna menawarkan dirinya kepada beliau agar diperistri oleh beliau. Wanita itu berkata: “Apakah engkau, wahai Rasulullah, punya keinginan terhadap diriku?”
  Seorang putri Anas, ketika mendengar kisah ini, berkomentar tentang wanita itu: “Alangkah sedikit rasa malunya!”
Anas berkata: “Wanita itu lebih baik darimu, dia menawarkan diri kepada orang yang paling mulia dan paling baik (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam).” (Shahih, HR. Al-Bukhari secara makna)

Semoga Allah senantiasa menganugerahkan kepada kita sifat malu yang membawa kita untuk selalu berbuat baik dan mencegah dari kejahatan dan kerendahan akhlak. Amin…!