Biarkan air mata ini mengalir bersama dengan dosa-dosa yang teringat. Lelapkan semua kesemuan dunia yang hanya sementara. Bukalah sedikit matamu untuk melihat dunia yang abadi, telungkupkanlah tanganmu untuk memberi... Berikan senyummu agar orang lain merasakan kabahagiaanmu... mari lukis perasan hati mencintaiNya dengan keimanan dan ketakwaan. Bismillah...

Sabtu, 06 November 2010

Bara, Api dan Asap ( Renungan)


BARA, APIASAP (Sebagai bahan Renungan )
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Saudaraku yang baik, pasti pernah membaca buku Fenomenal “Laa Tahzan” karangan Dr. Aidh Al Qorni. Sebuah tulisan yang sangat menyejukkan hati, mungkin karena buku tersebut di tulis saat Ia dalam penjara, sehingga perenungan-perenungan yang ia tuangkan sangat menyentuh. Saya tidak membahas isi buku tsb, hanya ingat kata Pak Kiswan ( Mas, sesama Muslim kita wajib saling mengingatkan, meskipun terkadang menyakitkan ) .Dan Saya hanya ingin sekedar meng-kaitkan buku yang saya beli di Bontang 8 tahun lalu itu dengan sebuah Dongeng berikut :
Suatu ketika, ada sebuah kapal pesiar berlayar dilautan lepas, disuatu malam yang gelap pekat, tiba-tiba turun hujan disertai angin dan badai. Tak berapa lama kapal tersebut tenggelam diterjang badai. Semua porak poranda. Tak ada awak yang tersisa, kecuali satu orang yang berhasil mendapatkan pelampung. Namun, nasib baik belum berpihak pada pria ini. Dia terdampar pada sebuah pulau kecil tak berpenghuni…. sendiri, dan tak punya bekal makanan.
Dalam keadaan takut, kalut, kebingungan akhirnya ia mencoba berharap pada Tuhan, Ia baru sadar bahwa ia butuh campur tangan Tuhan untuk menyelamatkanya. Dalam rasa malunya (pada Tuhan) ia mencoba berdo’a dan terus berdo’a agar Tuhan mau untuk menyelamatkan jiwanya. Setiap saat, dipandangnya ke penjuru cakrawala, mengharap ada kapal yang datang merapat.
Sayang, pulau ini terlalu terpencil. Hampir tak ada kapal yang mau melewatinya.
Nyatanya, pertolongan Tuhan tak serta-merta datang padanya, Lama kemudian, pria ini pun lelah berharap dan tertidur. Keesokan harinya Ia terbangun ketika sinar matahari menyentuh tubuhnya yang menggigil. Lalu, untuk menghangatkan badan, ia membuat perapian, sambil mencari kayu dan pelepah nyiur untuk tempatnya beristirahat. Dibuatnya ruman-rumahan, sekedar tempat untuk melepas lelah. Disusunnya semua nyiur dengan cermat, agar bangunan itu kokoh dan dapat bertahan lama.
Ketika matahari telah mulai condong ke barat, pria malang ini merasa  perutnya semakin lapar lalu ia mengelilingi pulau untuk mencari makanan. Dicarinya buah-buahan untuk penganjal perutnya. Semua pelosok dijelajahi, hingga kemudian, ia kembali ke gubuknya. Namun, ia terkejut bukan kepalang. Di hadapanya api menyala-nyala, Semuanya  hangus terbakar, rata dengan tanah, hampir tak bersisa. Gubuk itu terbakar, karena perapian yang lupa dipadamkannya. Asap membubung tinggi, dan hilanglah semua kerja kerasnya semalam. Pria ini berteriak marah, “Ya Tuhan, aku telah berdo’a padamu, aku telah memohon pada-Mu agar KAU melindungiku. Tapi mengapa justru  Kau lakukan ini padaku. Mengapa?… Mengapa?”. Teriaknya melengking menyesali nasib.
Di sela-sela keputus asaannya itu, Tiba-tiba…terdengar peluit yang ditiup. Tuittt…..tuuitttt. Ternyata ada sebuah kapal yang datang. Kapal itu mendekati pantai, dan turunlah beberapa orang menghampiri pria yang sedang menangisi gubuknya ini. Pria ini kembali terkejut, ia lalu bertanya, “Bagaimana kalian bisa tahu kalau aku ada disini?
Mereka menjawab, “Kami melihat simbol asap buatanmu!!”. Mendengar jawaban itu Pria tersebut hanya melongo sambil memandangi orang-orang tersebut.
Maaf…ini hanya sekedar Dongengan saja….
Namun Saudaraku….. sangat mudah memang bagi kita, untuk marah saat musibah itu tiba, saat harapan tak sesuai kenyataan.
Nestapa yang kita terima, tampak akan begitu berat, saat terjadi dan berulang-ulang. Seakan-akan kita ini orang paling menderita didunia. Kita memang bisa memilih untuk marah, mengumpat, dan terus mengeluh. Namun, teman, agaknya kita tak boleh kehilangan hati kita. Sebab, Tuhan selalu ada pada hati kita, walau dalam keadaan yang paling berat sekalipun. Kita kadang tak mengerti dengan rencana Tuhan. Ibarat kita meminta kupu-kupu yang Indah, tetapi Tuhan memberikan kita ulat berbulu.(kutipan kata-kata kiriman Pak Arie Boedi)
Dan teman, ingatlah, saat ada “bara, asap dan api” yang membubung dan terbakar dalam hatimu, jangan kecil hati. Jangan sesali semua itu. Jangan hilangkan perasaan sabar dalam kalbumu. Jangan katakan “sabar itu ada batasnya”, karena saat engkau mangatakan itu maka berarti hanya sampai disitulah kemampuanmu untuk bersabar. Kata orang bijak “ jangan memutuskan sesuatu masalah saat ada marah dalam hatimu “ .Sebab, kala nampak kemarahan pada diri kita. bisa jadi, itu semua adalah sebagai tanda dan simbol bagi orang lain untuk datang padamu, dan mau menolongmu. Sebab, untuk semua hal buruk yang kita pikirkan, akan selalu ada jawaban yang menyejukkan dari-Nya.
 Tuhan Maha Tahu yang terbaik buat kita. Jangan hilangkan harapan itu.
.Semua yang dimulai dengan rasa marah, akan berakhir dengan rasa malu.
( Benjamin Franklin )
. Kebanyakan dari kita tidak mensyukuri apa yang sudah kita miliki, tetapi kita selalu menyesali apa yang belum kita capai.
( Schopenhauer )
. Kita berdoa kalau kesusahan dan membutuhkan sesuatu, mestinya kita juga berdoa dalam kegembiraan besar dan saat rezeki melimpah.
( Kahlil Gibran )
Terima kasih telah membaca.
Hope you are well and please do take care.

Wassalamualaikum wr wb.

Tidak ada komentar: