Biarkan air mata ini mengalir bersama dengan dosa-dosa yang teringat. Lelapkan semua kesemuan dunia yang hanya sementara. Bukalah sedikit matamu untuk melihat dunia yang abadi, telungkupkanlah tanganmu untuk memberi... Berikan senyummu agar orang lain merasakan kabahagiaanmu... mari lukis perasan hati mencintaiNya dengan keimanan dan ketakwaan. Bismillah...

Sabtu, 27 November 2010

Sayangi Bapak Ibuku Yaa ALLOH.....!! (Bag.1)

                                                                    Aku tergagap dan segera kusingkap selimut dari tubuhku, diluar riuh terdengar suara burung-burung mencari makan di pepohonan belakang rumah.. Segera kulipat selimut dan merapikan tempat tidurku, setelah itu aku bergegas menuju “padasan” dibelakang rumah. Ahh…airnya tinggal sedikit, bagaimana cukup untuk berwudlu, pikirku. mataku mencari-cari ember yang biasanya telah disiapkan oleh bapak untuk menambah air wudlu. Bapak memang luar biasa, meski beliau belum “mau” menjalankan sholat lima waktu, namun Air padasan ini tidak pernah kosong. Setiap pagi dan sore Bapak selalu mengisinya. Selain itu, sebelum pergi ke kebun bapak juga tak lupa menaruh seember air untuk jaga-jaga bila air wudlu habis.Tetapi aku yang masih duduk dikelas dua SMP belum mampu mencerna betapa bertanggung jawabnya bapak. Aku segera menuang air dari ember kedalam padasan, Hari kian terang tanah, aku bergegas kedalam kamar dan melaksanakan sholat subuh. Tak seperti biasanya, malam tadi selepas dari masjid dan usai  belajar mataku susah sekali untuk bertahan dari kantuk, biasanya hari apapun selesai belajar aku segera berkumpul dengan teman-temanku di gardu ronda, tanpa penerangan lampu kami bercanda, bermain aneka permainan disekitar gardu. Aku tak pernah berpikir akankah suatu ketika PLN masuk kekampungku. Sekitar jam 23.00 biasanya bapak-bapak kami yang bertugas meronda baru mulai berdatangan. Sebagian dari kami segera pulang menuju rumah masing-masing, Aku dan beberapa temanku lebih sering tidur dimasjid. Sehingga kalau ada diantara kami yang tidak pulang, orangtua kami tidak akan kebingungan mencari.” Mas, sudah mandi belum sih, sudah jam enam lebih “Rini adik perempuanku yang masih kelas tiga SD  bertanya ketika melihat aku keluar dari ruang sholat masih mengenakan sarung.”Belum, aku kesiangan, Mas nata mana ?” aku balik bertanya.” Belum bangun, tuh di ruang depan” kata adikku sembari sibuk mengikat tali sepatunya. Mas Nata memang tidak pernah bangun sebelum jam enam, dia baru akan bangun jam setengah tujuh, mandi kemudian mengayuh sepedanya kencang-kencang menuju sekolah yang berjarak lima kilometer dari rumah. Meski mas nata dan aku selisih tiga tahunan, tapi kami sama-sama duduk dikelas dua SMP, mas nata memang malas belajar sehingga beberapa kali harus tinggal kelas. Aku satu kelas dengan kakakku sejak kelas empat SD.
      Selesai mandi dan mengenakan seragam aku segera sarapan. Tidak banyak yang dimasak ibuku, dimeja makan hanya ada nasi, beberapa potong tempe goreng, telur dadar dan sayur bayam. Setiap hari Bapak dan Ibuku pagi-pagi sekali sudah pergi kekebun, bahkan kami sering hanya berkumpul kala malam hari. Namun demikian Ibuku memang terbiasa bangun jam sebelum subuh, kemudian sibuk didapur dan ketika hari sedikit terang bapak dan ibu ku segera berangkat kekebun. Sebelum pergi ibuku tak lupa menaruh uang duaratus rupiah untuk ongkos angkotku kesekolah. Terkadang jika tidak sempat menukarkan uang receh, beliau menaruh uang seribu rupiah untuk ongkosku lima hari.
“ Hariman, bangun... sudah mau adzan subuh. Katanya mau sholat subuh dimasjid, katamu mau ketemu teman-temanmu..." Tangan Ibuku menyentuh lembut dan menggoyang-goyang pundakku, aku segera membuka mata dan memandangi ibuku yang berdiri disisi tempat tidurku.” Kenapa, kamu bermimpi Man ?” Tanya ibuku ketika melihatku masih terdiam, ditepuk-tepuk kedua pipiku dengan lembut. “ Ayo bangun, sebentar lagi adzan, jadi kemasjid tidak” Ibuku mengulagi pertanyaanya padaku. Aku segera bangun dan duduk disisi tempat tidur.Kuraih kedua tangan ibuku, tangan yang kini telah keriput, ku elus dan kucium tangan itu.” Bu..terimakasih dan hariman minta maaf atas kesalahan-kesalahan hariman” Kataku kemudian. ” Hariman kamu kenapa,pagi-pagi begini kok ngomongnya nggak karuan” ibuku sedikit heran.”Tidak apa-apa bu, aku hanya merasa bahwa selama ini aku kerap melalaikan bapak dan Ibu, sekarangpun aku cuti hanya beberapa hari, setelah itu akupun harus kembali kekalimantan untuk bekerja dan entah kapan lagi bisa mengunjungi bapak dan Ibu” kataku sendu.” Ssst..sudahlah,nanti kita ngobrol lagi ya, sekarang segera mandi dan pergi kemasjid, aku dan bapakmu sholat dirumah. Sepulang dari masjid kita minum teh, ibu telah buatkan Pisang goreng kesukaanmu” kata ibuku sambil tersenyum. Selesai mandi dan berganti pakaian aku bergegas pergi kemasjid. Sepanjang jalan menuju masjid tak henti-hentinya kuucapkan syukur kepada Robb, dua hari yang lalu, aku tiba dirumah orangtuaku. Aku memang mneyempatkan waktu libur 3 hari usai dinas dijakarta untuk menjenguk kedua orangtuaku. Aku bersyukur,terkejut sekaligus merasa malu. Batapa tidak Dulu bapakku yang pernah marah besar padaku, gara-gara aku mengatakan tidak ada gunanya Bapak membakar kemenyan dan dupa setiap tanggal 1 suro, kini berbalik 180 derajat. Beberapa menit sebelu adzan sholat lima waktu,bapak sudah duduk terpekur di ruang sholat. Selesai sholat beliau juga betah berlama-lama bermunajat kepada Alloh. Sedangkan Aku, aku masih sering terburu-buru, usai sholat hanya berdo’a secukupnya lalu sibuk lagi dengan kesibukan duniawiku.

Adzan sudah berkumandang, aku mempercepat langkahku. sampai didepan masjid aku merasa heran, hanya beberapa pasang sandal jepit disana, kemana yang lainya pikirku. Aku segera masuk dan berdiri diantara orang-orang untuk menunggu adzan selesai dikumandangkan.Kusalami beberapa orang dikanan kiriku.”Mas Hariman,kapan datang, apa khabarnya “bisik Pak Fauzan yang berdiri disebelah kananku. ”Alhamdulillah Baik Pak, saya datang kemarin sore “ bisikku pula. Beberapa orang yang lain memandangku,mengangguk dan tersenyum, barangkali ingin bertanya pertanyaan yang sama dengan Pak Fauzan. Kepulanganku ini memang yang pertama setelah lima tahun aku bekerja di Kalimantan. Wajar kalau kedatanganku menimbulkan Tanya, kok baru pulang, sibuk ya ?? begitu kira-kira.
Beberapa saat kemudian Sholat subuh didirikan, suasana yang berbeda dengan belasan tahun yang lalu, dulu ketika sholat subuh begini banyak sekali anak-anak berjamaah.Namun sekarang, kemanakah generasi setelah itu ? adakah kemajuan jaman justru merenggut mereka, dengan adanya PLN yang masuk beberapa tahun lalu, telah mengubah pilihan generasi adik-adikku. Mereka lebih betah tinggal dirumah didepan televisi hingga larut malam sehingga bangun terlambat.Berbagai pertanyaan muncul dibenakku..........BERSAMBUNG