Biarkan air mata ini mengalir bersama dengan dosa-dosa yang teringat. Lelapkan semua kesemuan dunia yang hanya sementara. Bukalah sedikit matamu untuk melihat dunia yang abadi, telungkupkanlah tanganmu untuk memberi... Berikan senyummu agar orang lain merasakan kabahagiaanmu... mari lukis perasan hati mencintaiNya dengan keimanan dan ketakwaan. Bismillah...

Sabtu, 27 November 2010

Sayangi Bapak Ibuku Yaa ALLOH........!! (Bag.2)

     BACA BAGIAN 1 DULU YAA...!!
     Jam setengah enam aku sudah sampai dirumah, Bapak ibuku sudah menunggu diruang tamu, dimeja terhidang teh panas dan Pisang goreng yang dijanjikan ibuku.
”Ayo Hariman, kita ngobrol disini, bapakmu sudah sejak tadi menunggu” kata ibuku sembari menuang teh kedalam gelas bapak. Aku segera duduk dan mengambil sepotong pisang goreng, hangat. Ahh..harum, masih khas seperti pisang goreng buatan ibuku 20 tahun lalu. Dulu ketika Aku SMA, karena jauh aku terpaksa Kost, dua minggu sekali setiap sabtu sore aku pulang, ibuku sudah menyiapkan sepiring pisang goreng dimeja. Aku masih bisa merasakan bau harum yang sama dengan pisang goreng yang ada ditanganku. “ Gimana Man, ketemu sama teman-temanmu” Tanya Bapak sembari menyeruput teh ditangannya. “Itulah Pak, kenapa semua berubah ya. Aku tidak ketemu temanku seorangpun” jawabku. Bapak hanya manggut-manggut.tanpa komentar.
Ibu menuangkan teh kedalam gelas didepanku, kemudian beliau mengambil satu sendok gula dan mengaduknya untukku.


"Ibu... tidak usah repot-repot Bu, aku khan sudah dewasa"  pintaku pada Ibu. Wajah tua itu langsung berubah.Beliau tertegun dan terdiam. Pun ketika kemarin ibu belanja sayuran pada pedagang sayur keliling yang lewat didepan rumah. Buru-buru kukeluarkan uang dan kubayar semuanya. Ingin kubalas jasa Ibu selama ini dengan hasil keringatku. Raut sedih itu tak bisa disembunyikan. Aku merasa heran,Kenapa tiba-tiba Ibu mudah sekali sedih ? Aku hanya bisa mereka-reka, mungkin sekarang fasenya aku mengalami kesulitan memahami Ibu karena dari sebuah artikel yang kubaca ... orang yang lanjut usia bisa sangat sensitiv dan cenderung untuk bersikap sedikit kanak-kanak ..... tapi entahlah.... Niatku ingin membahagiakan malah membuat Ibu sedih. Seperti biasa ketika ibu bertengkar dengan bapak, Ibu tidak akan pernah mengatakan apa-apa ,ibu akan diam hingga semuanya membaik kembali.begitupula saat ini.
 "Bu, maafkan hariman kalau telah menyakiti perasaan Ibu. Apa yang membuat Ibu sedih ? "
Kutatap sudut-sudut mata Ibu, ada genangan air mata di sana. Terbata-bata Ibu berkata,  " Tiba-tiba Ibu merasa kalian tidak lagi membutuhkan Ibu. Kalian sudah dewasa, sudah bisa menghidupi diri sendiri. Ibu tidak boleh lagi menyiapkan uang saku untuk kalian, Ibu tidak bisa lagi menyiapkan sarapan pagi  kalian. Semua sudah bisa kalian lakukan sendiri. Ibuku sendu.
Ah, Ya Allah, ternyata buat seorang Ibu .. bersusah payah melayani anak-anaknya adalah sebuah kebahagiaan.
Satu hal yang tak pernah kusadari sebelumnya. Niat membahagiakan bisa jadi malah membuat orang tua menjadi sedih karena kita tidak berusaha untuk saling membuka diri melihat arti kebahagiaan dari sudut pandang masing-masing.
Diam-diam aku bermuhasabah. .. Apa yang telah kupersembahkan untuk Ibu dalam usiaku sekarang ? Adakah Ibu bahagia dan bangga pada anak-anaknya ?
 Pada hari raya Iedul Fitri kemarin di telpon sempat kutanyakan pada ibuku. Ibu menjawab, "Banyak sekali kebahagiaan yang telah kalian berikan pada Ibu."
“Kalian tumbuh sehat dan lucu ketika bayi adalah kebahagiaan . Kalian berprestasi di sekolah adalah kebanggaan buat Ibu. Kalian berprestasi di pekerjaan adalah kebanggaan buat Ibu . Setelah dewasa, kalian berprilaku sebagaimana seharusnya seorang hamba, itu kebahagiaan buat Ibu. Setiap kali binar mata kalian mengisyaratkan kebahagiaan di situlah kebahagiaan orang tua. Ketika cucu-cucuku berceloteh ditelepon, itu adalah kebahagiaan"
Lagi-lagi aku hanya bisa berucap, "Ampunkan aku ya Allah kalau selama ini sedikit sekali ketulusan yang kuberikan kepada Bapak Ibu. Aku Masih banyak beralasan ketika Ibu menginginkan sesuatu. "
Betapa sabarnya Ibuku melalui liku-liku kehidupan. Sebagai seorang Petani miskin kapankah Ia pernah “cuti” dari mengurus anak-anak, bahkan dalam sakitpun masih tidak dirasakan. Semua demi anak-anaknya agar bisa tetap merasakan sesuap nasi. Aku masih ingat betul Kebiasaan ibuku setiap hari adalah menerima pesanan-pesanan dari aku,kakaku dan adik-adikku “Bu, besok bangunin jam lima ya, aku mau belajar” atau” bu aku dibangunin pagi-pagi biar bisa sholat dimesjid “. Ibu tidak pernah lupa melaksanakan perintah-perintah kami. Meski tak jarang setelah ibu kembali kedapur  untuk menyiapkan sarapan, aku dan adik-adik sering tertidur lagi...tidak jadi bangun.
Ah, maafkan kami Ibu ... 18 jam sehari sebagai "pekerja" seakan tak pernah membuat Ibu lelah.. Sanggupkah aku ya Allah ?
Aku segera beringsut mendekati Ibuku, kuambil gelas dan sendok dari tanganya, kurangkul Ibu sehangat mungkin, kuciumi pipinya yang mulai keriput, kutatap matanya lekat-lekat seraya kuucapkan, " Terimakasih Ibu, aku beruntung sekali memiliki Ibu dan Bapak yang baik hati, ijinkan aku membahagiakan Ibu...Ibu dan Bapak telah banyak berkorban untuk kami, seharusnyalah kami yang gantian melayani Bapak dan Ibu".
Kulihat binar kebahagiaan dimatanya, demikianpula Bapak . Bapak Ibu, Aku masih sangat membutuhkan kalian. .. Maafkan aku yang belum bisa menjabarkan arti kebahagiaan untuk Bapak dan Ibu........( SRT )

Sahabat.. tidak selamanya kata sayang harus diungkapkan dengan kalimat "aku sayang padamu... ", namun begitu, Rasulullah menyuruh kita untuk menyampaikan rasa cinta yang kita punya kepada orang yang kita cintai karena Allah.
Mari kita mulai dari orang terdekat yang sangat mencintai kita ... Istri/Suami, anak-anak, Ibu dan Bapak walau mereka tak pernah meminta dan mungkin telah tiada.
Percayalah.. . kata-kata itu akan membuat mereka sangat berarti dan bahagia.  Wallaahua'lam
"Ya Allah, cintai Bapak Ibuku, beri aku kesempatan untuk bisa membahagiakan nya..., dan jika saatnya nanti mereka Kau panggil, panggillah dalam keadaan khusnul khatimah. Ampunilah segala dosa-dosanya dan sayangilah ia sebagaimana ia menyayangi aku selagi aku kecil"
Bukit Sekatup Damai, Akhir Nopember 2010