Biarkan air mata ini mengalir bersama dengan dosa-dosa yang teringat. Lelapkan semua kesemuan dunia yang hanya sementara. Bukalah sedikit matamu untuk melihat dunia yang abadi, telungkupkanlah tanganmu untuk memberi... Berikan senyummu agar orang lain merasakan kabahagiaanmu... mari lukis perasan hati mencintaiNya dengan keimanan dan ketakwaan. Bismillah...

Rabu, 10 November 2010

Cintai Aku Apa Adanya..........!!

Suamiku adalah seorang insinyur, aku mencintai sifatnya yang alami dan aku menyukai perasaan hangat yang muncul dihatiku ketika aku bersandar di bahunya.

Tiga tahun dalam masa perkenalan, dan dua tahun dalam masa pernikahan,aku harus akui, ....bahwa aku mulai merasa lelah, alasan-alasan aku mencintainya dulu telah berubah menjadi sesuatu yang menjemukan. Aku seorang wanita yang keras namun juga sentimentil dan benar-benar sensitif serta berperasaan halus. Aku merindukan saat-saat romantis seperti seorang anak yang menginginkan permen. Tetapi semua itu tidak pernah aku dapatkan.

Suami ku jauh berbeda dari yang ku harapkan. Rasa sensitif-nya kurang. Dan ketidakmampuannya dalam menciptakan suasana yang romantis dalam pernikahan kami telah mementahkan semua harapan ku akan cinta yang ideal.

Suatu hari, aku beranikan diri untuk mengatakan keputusan ku kepadanya, bahwa aku menginginkan perceraian.kukatakan pula bahwa aku telah memikirkanya masak-masak.

"Mengapa?", dia bertanya dengan terkejut. "Aku lelah, kamu tidak pernah bisa memberikan cinta yang ku inginkan". Dia terdiam dan termenung sepanjang malam di depan komputernya, tampak seolah-olah sedang mengerjakan sesuatu, padahal tidak.

Kekecewaanku semakin bertambah, seorang pria yang bahkan tidak dapat mengekspresikan perasaannya, apalagi yang bisa saya harapkan darinya? Dan akhirnya dia bertanya, "Apa yang dapat saya lakukan untuk merubah pikiranmu?".

Aku menatap matanya dalam-dalam dan menjawab dengan pelan, "Aku punya pertanyaan, jika kau dapat menemukan jawabannya di dalam hatiku, aku akan merubah pikiranku: Seandainya, aku menyukai setangkai bunga indah yang ada di tebing gunung dan kita berdua tahu jika kamu memanjat gunung itu, kamu akan mati.

Apakah kamu akan melakukannya untukku?" Dia termenung dan akhirnya berkata, "Saya akan memberikan jawabannya besok.". Hatiku langsung gundah mendengar responnya.kenapa harus menunggu besok, apasih susahnya menjawab “ya” atau “tidak”, sehingga persoalan cepat selesai.pikirku

Keesokan paginya, dia tidak ada di rumah, dan kutemukan selembar kertas dengan oret-oretan tangannya dibawah sebuah gelas yang berisi kopi hangat yang bertuliskan ... "Sayang, aku tidak akan mengambil bunga itu untukmu, tetapi ijinkan aku untuk menjelaskan alasannya." Kalimat pertama ini menghancurkan hati ku. Ternyata benar, dia bukan lelaki yang pas buatku. Dia ternyata tidak mencintaiku. Pantas saja dia tidak romantis, tidak hangat. Pasti ada orang lain yang ia cintai….. Aku melanjutkan untuk membacanya.

"Kamu bisa mengetik di komputer dan selalu mengacaukan program di PC-nya dan akhirnya menangis di depan monitor, saya harus memberikan jari-2 saya supaya bisa membantumu dan memperbaiki programnya. Kamu selalu lupa membawa kunci rumah ketika kamu keluar rumah, dan saya harus memberikan kaki saya supaya bisa mendobrak pintu, dan membukakan pintu untukmu ketika pulang. Kamu suka jalan-jalan ke luar kota tetapi selalu nyasar di tempat-tempat baru yang kamu kunjungi, saya harus menunggu di rumah agar bisa memberikan mata saya untuk mengarahkanmu. Kamu selalu pegal-pegal pada waktu "teman baikmu" datang setiap bulannya, dan saya harus memberikan tangan saya untuk memijat kakimu yang pegal. Kamu senang diam di rumah, dan saya selalu kuatir kamu akan menjadi "aneh". Dan harus membelikan sesuatu yang dapat menghiburmu di rumah atau meminjamkan lidahku untuk menceritakan hal-hal lucu yang aku alami. Kamu selalu menatap komputermu, membaca buku dan itu tidak baik untuk kesehatan matamu, saya harus menjaga mata saya agar ketika kita tua nanti, saya masih dapat menolong mengguntingkan kukumu dan mencabuti ubanmu. Tanganku akan memegang tanganmu, membimbingmu menelusuri pantai, menikmati matahari pagi dan pasir yang indah. Menceritakan warna-warna bunga yang bersinar dan indah seperti cantiknya wajahmu.

"Tetapi sayangku, saya tidak akan mengambil bunga itu untuk mati. Karena, saya tidak sanggup melihat air matamu mengalir menangisi kematianku. Sayangku, saya tahu, ada banyak orang yang bisa mencintaimu lebih dari saya mencintaimu. Untuk itu sayang, jika semua yang telah diberikan tanganku, kakiku, mataku, tidak cukup bagimu. Aku tidak bisa menahan dirimu mencari tangan, kaki, dan mata lain yang dapat membahagiakanmu."

Air mata saya jatuh ke atas tulisannya dan membuat tintanya menjadi kabur, tetapi saya tetap berusaha untuk membacanya.

"Dan sekarang, sayangku, kamu telah selasai membaca jawaban saya. Jika kamu puas dengan semua jawaban ini, dan tetap menginginkanku untuk tinggal di rumah ini, tolong bukakan pintu rumah kita, saya sekarang sedang berdiri disana menunggu jawabanmu. Jika kamu tidak puas, sayangku, biarkan aku masuk untuk membereskan barang-barangku, dan aku tidak akan mempersulit hidupmu. Percayalah, bahagiaku bila kau bahagia."

Saya segera berlari membuka pintu dan melihatnya berdiri di depan pintu dengan wajah penasaran sambil tangannya memegang susu dan roti kesukaanku.

Oh, kini saya tahu, tidak ada orang yang pernah mencintai saya lebih dari dia mencintaiku.

Itulah cinta, di saat kita merasa cinta itu telah berangsur-angsur hilang dari hati kita karena kita merasa dia tidak dapat memberikan cinta dalam wujud yang kita inginkan, maka cinta itu sesungguhnya telah hadir dalam wujud lain yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.

Seringkali yang kita butuhkan adalah memahami wujud cinta dari pasangan kita, dan bukan mengharapkan wujud tertentu

Sesuatu itu dapat dilihat dari sudut pandang yang berbeda, bunga mawar itu indah bagimu belum tentu bagi orang lain, sesuatu yang romantis bagimu belum tentu bagi orang lain

Tidak ada komentar: