Biarkan air mata ini mengalir bersama dengan dosa-dosa yang teringat. Lelapkan semua kesemuan dunia yang hanya sementara. Bukalah sedikit matamu untuk melihat dunia yang abadi, telungkupkanlah tanganmu untuk memberi... Berikan senyummu agar orang lain merasakan kabahagiaanmu... mari lukis perasan hati mencintaiNya dengan keimanan dan ketakwaan. Bismillah...

Jumat, 12 November 2010

Keranjang untuk Kakek (Anak adalah Cermin Pribadi Orangtua Bag.2 )

    Perilaku anak bisa menjadi sebuah cermin pribadi  dari orangtuanya. Saat masih kecil, anak belajar dari lingkungan sekitarnya dan lingkungan terdekat adalah keluarga. Anak melihat apa yang dilakukan orangtuanya, mencontoh kebiasaan-kebiasaan mereka, dan merekam kata-kata yang diucapkannya.
Setiap orangtua pasti menginginkan anaknya memunyai perilaku yang baik. Namun terkadang orangtua tak menyadari bahwa pendidikan perilaku yang paling utama berada dalam keluarga. Keluarga menjadi sumber nilai bagi anak. Nilai-nilai itulah yang akan menjadi dasar perilakunya saat dewasa.
Ketidaktahuan orangtua tentang hal tersebut membuat mereka kurang hati-hati. Akbibatnya bisa fatal, anak akan meniru perbuatan yang kurang baik dari orangtuanya dan menjadi kebiasaan sampai ia dewasa.
Ada sebuah kisah menarik yang mengajarkan kepada para orangtua untuk selalu menjaga perilakunya agar bisa menjadi contoh untuk anak-anaknya. Pada suatu masa, hiduplah sebuah keluarga dengan seorang anak laki-laki. Dalam keluarga itu, tinggal juga seorang tua renta dan buta. Ia adalah kakek anak laki-laki itu.
Suatu hari, sang istri mengeluh kepada suaminya karena orang tua yang juga mertuanya itu semakin menyusahkan karena sering meminta yang aneh-aneh. Sang suami mengerti. Memang, ia melihat ayahnya sudah sangat merepotkan. Setiap hari ia dan istrinya harus merawat sang ayah sehingga anak mereka tak terurus.
Suatu malam, suami dan istri itu bersepakat untuk memjauhkan orang tua itu dari rumah mereka. Disusunlah rencana untuk mengajaknya pergi ke suatu tempat dan meninggalkannya di situ. Mereka berharap ada orang baik hati yang merawatnya. Sang suami mendapat tugas membujuk dan membawanya pergi. Malam itu sang suami berkata kepada ayahnya, “Besok pagi kita akan pergi rekreasi.” Sikakek hanya mengangguk perlahan.
Paginya sang suami bergegas bangun. Diambilnya beberapa bilah bambu untuk membuat keranjang yang akan digunakan untuk menggendong ayahnya. Tanganya cekatan sekali merajut bilah-bilah bambu menjadi bentuk yang diingini. Tiba-tiba, anaknya yang masih kecil sudah berdiri dibelakngnya sembari bertanya, “Apa yang Ayah lakukan pagi-pagi begini?”
“Ayah sedang membuat keranjang untuk menggendong kakekmu, anakku.”
“Memang kakek mau dibawa ke mana?” tanya anaknya kembali.
“Ayah akan mengajak kakek rekreasi,nah disana kakekmu bisa  menghirup udara segar supaya kakekmu tidak bosan” jawabnya.
“Ayah!” kata anak kecil itu, “bolehkah aku minta keranjang itu dibawa pulang kembali dan disimpan baik-baik?”
“Untuk apa?” si ayah penasaran
“Kalau Ayah sudah seperti kakek nanti, aku akan menggendong ayah dengan keranjang itu, biar aku tak susah-susah membuatnya lagi. Aku akan meletakkan ayah di tempat rekreasi seperti kakek.”
Sang suami terperanjat. Ternyata, anaknya mendengar semua rencana yang dibicarakan dengan istrinya dan si anak mengira kalau perbuatan itu sudah seharusnya dilakukan kepada orang yang sudah tua renta, seperti yang dilakukan ayahnya terhadap kakeknya.

Sahabat, mari jauhkan rasa Iri dengki, emosi, egois yang kesemuanya adalah penyakit hati. Mari belajar bersikap lembut kepada siapapun, tumbuhkan kasih sayaing dihatimu jika engkau ingin di kasihi dan disayangi orang lain………………Semailah kembang dihatimu dan jangan kau biarkan ilalang tumbuh disana..
Salam,