Biarkan air mata ini mengalir bersama dengan dosa-dosa yang teringat. Lelapkan semua kesemuan dunia yang hanya sementara. Bukalah sedikit matamu untuk melihat dunia yang abadi, telungkupkanlah tanganmu untuk memberi... Berikan senyummu agar orang lain merasakan kabahagiaanmu... mari lukis perasan hati mencintaiNya dengan keimanan dan ketakwaan. Bismillah...

Kamis, 25 November 2010

Berjalanlah Lebih Lambat.........!!!

               Disebuah kota Metropolitan, Tersebutlah seorang pengusaha muda dan bertumpuk kekayaan. Ia baru saja membeli mobil mewah, sebuah Jaguar warna hitam yang mengkilap, terlalu sulit orang awam untuk menerka berapa rupiah harga jaguar itu.

Kini, sang pengusaha, sedang menikmati perjalanannya dengan mobil baru itu. Dengan kecepatan bervariasi, dipacunya kendaraan itu mengelilingi jalanan sekitar hingga ke pinggiran kota dengan penuh rasa bangga dan prestise. Di pinggir jalan, tampak beberapa anak yang sedang bermain sambil sesekali mengganggu kendaraan yang melintas. Namun, karena berjalan terlalu kencang, tak terlalu diperhatikannya anak-anak itu.
Tiba-tiba, dia melihat seseorang anak kecil yang melintas dari arah mobil-mobil yang di parkir di tepi jalan. Tapi, bukan anak-anak yang tampak melintas sebelumnya.
"Buuk….!"  Aah…, ternyata, ada sebuah batu seukuran kepalan tangan yang menimpa Jaguar itu yang dilemparkan si anak itu. Sisi pintu mobil itupun koyak, tergores batu yang dilontarkan seseorang.
"Cittt…." ditekannya rem mobil kuat-kuat. Dengan geram, dimundurkannya mobil itu menuju tempat arah batu itu di lemparkan. Jaguar yang tergores, bukanlah perkara sepele. Apalagi, kecelakaan itu dilakukan oleh orang lain, begitu pikir sang pengusaha dalam hati. Amarahnya memuncak. Dia pun keluar mobil dengan tergesa-gesa. Di tariknya anak yang dia tahu telah melempar batu ke mobilnya, dan di pojokkannya anak itu pada sebuah mobil yang diparkir.
"Apa yang telah kau lakukan…!? Sialan,Lihat perbuatanmu pada mobil baruku….!! Lihat goresan itu", teriaknya sambil menunjuk goresan di sisi pintu.
"Kamu tentu paham, mobil baru jaguarku ini akan butuh banyak ongkos dibengkel untuk memperbaikinya." Ujarnya lagi dengan kesal dan geram, tampak ingin memukul anak itu.
Si anak tampak menggigil ketakutan  pucat pasi wajahnya, dengan terbata dia berusaha meminta maaf.
"Maa…maa..Maaf Pak, Maaaf. Saya benar-benar minta maaf. Sebab, saya tidak tahu lagi harus melakukan apa."
Air mukanya tampak ngeri, dan tangannya bermohon ampun.
"Maaf Pak, saya terpaksa melemparkan batu itu, karena tak ada seorang pun yang mau berhenti…."
Dengan air mata yang mulai berjatuhan di pipi dan leher bercampur keringat dingin karena takut, anak itui menunjuk ke suatu arah, di dekat mobil-mobil parkir tadi.
"Itu disana ada kakakku yang lumpuh. Dia tergelincir, dan terjatuh dari kursi roda. Saya tak kuat mengangkatnya, dia terlalu berat, tapi tak seorang pun yang mau menolongku. Badannya tak mampu kupapah, dan sekarang dia sedang kesakitan.." Kini, ia mulai terisak.
Dipandanginya pengusaha tadi. Matanya berharap pada wajah yang perlahan mulai tercenung itu.
"Maukah Bapak membantuku mengangkatnya ke kursi roda? Tolonglah, kakakku terluka, tapi saya tak sanggup mengangkatnya."
Tak mampu berkata-kata lagi, pengusaha muda itu terdiam.
          Wajahnya yang garang mulai melunak, amarahnya mulai sedikit reda setelah dia melihat seorang lelaki belasan tahun  tergeletak yang sedang mengerang kesakitan.
Kerongkongannya tercekat. Ia hanya mampu menelan ludah. Segera dia berjalan menuju anak lelaki tersebut, di angkatnya si cacat itu menuju kursi rodanya.

Kemudian, diambilnya sapu tangan mahal miliknya, untuk mengusap luka di lutut yang memar dan tergores, seperti sisi pintu Jaguar kesayangannya.
Setelah beberapa saat, kedua anak itu pun berterima kasih, dan mengatakan bahwa mereka akan baik-baik saja.
"Terima kasih, dan semoga Tuhan akan membalas semua kebaikan  Bapak."
Keduanya berjalan beriringan, meninggalkan pengusaha yang masih nanar menatap kepergian mereka. Matanya terus mengikuti langkah sang anak yang mendorong kursi roda itu, melintasi sisi jalan entah menuju kemana.
Berbalik arah, pengusaha tadi berjalan sangat perlahan menuju Jaguar miliknya. Ditelusurinya pintu Jaguar barunya yang telah tergores oleh lemparan batu tersebut, sambil merenungkan kejadian yang baru saja di lewatinya.
Kerusakan yang dialaminya bisa jadi bukanlah hal sepele, tapi pengalaman tadi menghentakkan perasaannya. Kehidupanya yang selalu “mulus” menjadikanya tak pernah terbetik kejadian seperti yang barusan dia alami.
Akhirnya ia memilih untuk tak menghapus goresan itu. Ia memilih untuk membiarkan goresan itu, agar tetap mengingatkannya pada hikmah ini. Ia menginginkan agar pesan itu tetap nyata terlihat:
"Janganlah melaju dalam hidupmu terlalu cepat, karena, seseorang akan melemparkan batu untuk menarik perhatianmu."
Saudaraku, seperti kendaraan, hidup akan terus melaju dari waktu ke waktu. Detik-detik berlalu menyeret kita ke akhir hidup ini.
          Dan kita adalah pengusaha muda tadi. Kita fokus dengan apa yang kita kejar. Kita nikmati hasil usaha kita sendiri. Kita bahagia sendirian. Kita pacu kendaraan kita dengan cepat. Kita injak pedal hidup kita dengan mantap untuk meraih tujuan di depan kita secepatnya. Hingga tak jarang kita lupa sekeliling kita.

Saat kita melaju ada banyak hal yang terjadi di kanan kiri kita. Banyak hal yang bisa kita jadikan pelajaran. Banyak hal yang sebenarnya adalah peringatan buat kita. Namun, kita melaju terlalu cepat. Kita terlalu fokus terhadap keinginan kita. Hingga kita lupa segalanya.

Allah tak pernah berhenti berbicara kepada kita. Dia berbicara lewat lidah orang-orang sekeliling kita. Ia berbicara lewat kejadian-kejadian di alam semesta. Bahkan, ia berbicara langsung kepada nurani kita. Namun, seringkali kita terlalu sibuk dengan diri kita dan tak punya waktu untuk sejenak mendengar ujaran-Nya. Berbagai bencana dan cobaan yang terjadi di negeri kita tercinta ini merupakan teguran buat kita yang selama ini berpaling dari-Nya
.   (NN / SRT)