Biarkan air mata ini mengalir bersama dengan dosa-dosa yang teringat. Lelapkan semua kesemuan dunia yang hanya sementara. Bukalah sedikit matamu untuk melihat dunia yang abadi, telungkupkanlah tanganmu untuk memberi... Berikan senyummu agar orang lain merasakan kabahagiaanmu... mari lukis perasan hati mencintaiNya dengan keimanan dan ketakwaan. Bismillah...

Selasa, 16 November 2010

Maafkan Aku Ayah.....!!

Cerita ini pernah saya kirim melalui webmail,  Namun mudah-mudahan masih tetap dapat meg-inspirasi kita bahwa “sebenarnya” apa sih yang kita cari,….. dan untuk siapa ??
          Sebuah keluarga  pasangan muda. Seperti pasangan lain di kota-kota besar yang “terbiasa” meninggalkan anak-anak diasuh pembantu rumah sewaktu bekerja. Anak tunggal pasangan ini, gadis cantik berusia 3.5 tahun. sendirian ia di rumah dan kerap kali dibiarkan pembantunya karena sibuk bekerja di dapur.

Si gadis sendirian bermain Air, bermain pasir, ataupun memetik bunga dan lain-lain di halaman rumahnya.

Suatu hari dia menemukan sebatang paku yang sudah karatan. Ia amati paku itu dengan seksama, tersungging senyum manis dibibirnya yang mungil, entah apa yang dipikirkanya. Dan ia pun membungkuk mencoret lantai tempat mobil ayahnya diparkirkan, tetapi karena lantainya terbuat dari marmer maka coretan tidak kelihatan. Dicobanya lagi pada dinding, namun hasilnya tak memuaskan hatinya, kemudian pandanganya beralih pada mobil baru ayahnya yang baru dibeli akhir tahun lalu. Ia coba mencoret, kemudian mencoba lagi, lagi dan lagi. Ya... karena mobil baru itu bewarna gelap, maka coretannya tampak jelas. Si gadis ini pun makin bersemangat membuat coretan-coretan sesuai dengan imajinasinya. Sesekali nampak senyumnya mengembang.

         
Hari itu ayah dan ibunya bermotor ke tempat kerja karena ingin menghindari macet,kebiasaan kota-kota besar setiap pagi memang macet, apalagi dua hari terakhir hujan mengguyur kota itu.
Kembali pada si gadis kecil, Setelah sebelah kanan mobil sudah penuh coretan maka ia beralih ke sebelah kiri mobil. Dibuatnya gambar ibu dan ayahnya, gambar dirinya sendiri, lukisan ayam, kucing dan lain sebagainya mengikut imaginasinya. Kejadian itu berlangsung tanpa disadari oleh si pembantu rumah.
Saat pulang petang, terkejutlah pasangan suami istri itu melihat mobil yang baru setahun dibeli dengan bayaran angsuran yang masih lama lunasnya. Si Ayah yang belum lagi masuk ke rumah ini pun langsung  menjerit, "Kerjaan siapa iniii….. !!!" tubuhnya bergetar hebat, pertanda menahan amarah yang amat sangat.
Pembantu rumah yang tersentak dengan jeritan itu berlari keluar. Dia juga beristighfar. Mukanya merah padam ketakutan lebih2 melihat wajah bengis tuan-nya. Sekali lagi diajukan pertanyaan keras kepadanya, dia terus mengatakan “ Saya tidak tahu..tuan." "Mbok dirumah sepanjang hari, apa saja yg mbok lakukan?" hardik si isteri pula.
Si anak yang mendengar suara ayahnya, tiba-tiba berlari keluar dari kamarnya. Dengan penuh manja dia berkata "DIta yg membuat gambar itu ayahhh.. bagus ...kan!" katanya sambil memeluk ayahnya dengan bermanja seperti biasa. Si ayah yang sudah hilang kesabaran itu menghempaskan tubuh sikecil dan tanganya menyambar  sebatang ranting  dari pohon di depan rumahnya, dipukulnya tangan sigadis kecil terus dipukulkannya berkali2 ke telapak tangan anaknya. Si anak yang tak mengerti apa apa menagis kesakitan, pedih sekaligus ketakutan. Puas memukul telapak tangan, si ayah memukul pula punggung tangan anaknya hingga terkelupas kulit ranting kayu tersebut.
Sedangkan Si ibu cuma mendiamkan saja, tubuhnya mematung seolah merestui dan merasa puas dengan hukuman yang dikenakan.
Pembantu rumah terbengong, tdk tahu hrs berbuat apa,ia tidak berani membela momongan kecilnya... Si ayah cukup lama memukul-mukul tangan kanan dan kemudian ganti tangan kiri anaknya. Setelah si ayah masuk ke rumah diikuti si ibu, pembantu rumah tersebut menggendong anak kecil itu, membawanya ke kamar.
Dia terperanjat melihat telapak tangan dan punggung tangan si kecil luka2 dan berdarah,bahkan nampak cuilan-cuilan kulit kayu. Pembantu rumah memandikan anak kecil itu. Sambil menyiramnya dengan air, dia ikut menangis. Anak kecil itu juga menjerit-jerit menahan pedih saat luka2nya itu terkena air. Lalu si pembantu rumah menidurkan anak kecil itu. Si ayah sengaja membiarkan anak itu tidur bersama pembantu rumah.Ia benar-benar merasa kesal luar biasa hari ini, Keesokkan harinya, kedua belah tangan si anak bengkak. Pembantu rumah mengadu ke majikannya. "Oleskan obat saja!" jawab bapak si anak.
Pulang dari kerja, dia tidak memperhatikan anak kecil itu yang menghabiskan waktu di kamar pembantu. Si ayah konon mau memberi pelajaran pada anaknya. Tiga hari berlalu, si ayah tidak pernah menjenguk anaknya sementara si ibu juga masih kesal, meski setiap hari bertanya kepada pembantu rumah. "Dita demam, Bu"...jawab pembantunya ringkas. "Kasih minum panadol aja ," jawab si ibu. Sebelum si ibu masuk kamar tidur dia menjenguk kamar pembantunya. Saat dilihat anaknya Dita dalam pelukan pembantu rumah, dia menutup lagi pintu kamar pembantunya. Masuk hari keempat, pembantu rumah memberitahukan tuannya bahwa suhu badan Dita terlalu panas. "Sore nanti kita bawa ke klinik. Pukul 5.00 sudah siap" kata majikannya itu. Sampai saatnya si anak yang sudah lemah dibawa ke klinik. Dokter mengarahkan agar ia dibawa ke rumah sakit karena keadaannya sudah serius. Setelah beberapa hari di rawat inap dokter memanggil ayah dan ibu anak itu. "Tidak ada pilihan..." kata dokter.” Maksud Dokter, Tanya suami istri tersebut hampir bersamaan”. Dokter tersebut mengusulkan agar kedua tangan anak itu dipotong karena sakitnya sudah terlalu parah dan infeksi akut..."Ini sudah bernanah, demi menyelamatkan nyawanya maka kedua tangannya harus dipotong dari siku ke bawah" kata dokter itu. Si ayah dan ibu bagaikan tersambar halilintar mendengar kata-kata itu. Terasa dunia berhenti berputar, tapi apa yg dapat dikatakan lagi.
Si ibu meraung merangkul si anak. Dengan berat hati dan lelehan air mata isterinya, si ayah bergetar tangannya menandatangani surat persetujuan pembedahan. Beberapa jam berlalu, Keluar dari ruang bedah, selepas obat bius yang disuntikkan habis, si anak menangis kesakitan. Dia juga keheranan melihat kedua tangannya berbalut kasa putih dan tidak merasakan jari-jemarinya. Ditatapnya muka ayah dan ibunya. Kemudian ke wajah pembantu rumah. Dia mengerutkan dahi melihat mereka semua menangis. Dalam siksaan menahan sakit, si anak bersuara dalam linangan air mata. "Ayah.. ibu... Dita tidak akan melakukannya lagi.... Dita tak mau lagi ayah pukul. Dita tak mau jahat lagi... Dita sayang ayah.. sayang ibu. Dita minta maaf..dita minta maaf.", katanya berulang kali membuatkan si ibu gagal menahan rasa sedihnya. "Dita juga sayang Mbok
Narti.." katanya memandang wajah pembantu rumah, sekaligus membuat wanita itu meraung histeris.
Sikecil meng-amati kedua tanganya bergantian, ia merasa ada yng hilang, kemudian ia coba menggoyang-goyangkan kedua tanganya,namun tak terasa apa-apa. Iapun mulai menagis “ Ayah..ayah..mana tangan Dita..mana jari-jari Dita “ tangis sikecil semakin keras, membuat perasaan suami istri itu semakin teriris-iris.

"Ayah.. kembalikan tangan Dita. Ibu mana tangan Dita…Untuk apa diambil.. Dita janji tidak akan mengulanginya lagi! Bagaimana caranya Dita mau makan nanti?... Bagaimana Dita mau bermain nanti?... Dita janji tdk akan mencoret-coret  mobil ayah lagi, Dita minta maaf ayah, Dita minta maaf ibuuu… " katanya berulang-ulang.

Hancur lebur  hati si ibu mendengar kata-kata gadis kecilnya.Dalam tidurpun si gadis kecil kerapkali menagis, mengigau meminta maaf ,tak jarang ia sampai terbangun ditengah malam sambil menangis dan baru terlelap lagi manakala ia sudah kelelahan menagis.Inilah yang semakin menambah hancur perasaan kedua orangtuanya,apalagi si ibu, Menjerit-jerit dia sekuat hati namun takdir yang sudah terjadi tiada manusia dapat menahannya. Nasi sudah jadi bubur.

 Pada akhirnya si gadis cantik itu meneruskan hidupnya tanpa kedua tangan dan ia masih belum mengerti mengapa tangannya tetap harus dipotong meski sudah minta maaf….Ia tetap tidak bisa memahami sebesar apa kesalahan yang telah ia lakukan.

     Tahun demi tahun kedua orang tua tsb menahan kepedihan dan kehancuran bathin ,sampai suatu saat Sang Ayah tak kuat lagi menahan kepedihannya dan wafat diiringi tangis penyesalannya…. yg tak bertepi...,
Namun..., si Anak dengan segala keterbatasan dan kekurangannya tsb tetap hidup tegar bahkan sangat sayang dan selalu merindukan ayahnya…ENTAH SAMPAI KAPAN….( nn/man )
PESAN :
Buang rasa iri hati, cemburu, dendam, egois dan ketakutanmu. Kau akan menemukan bahwa sesungguhnya banyak hal dalam hidupmu tidak sesulit yang kau bayangkan. Sesungguhnya untuk apa, untuk siapa engkau bekerja keras membanting tulang ?? apakah engkau takut akan hilangnya hartamu ?? Percayalah Tuhan-mu tidak akan membuatmu Fakir hanya karena kau sisihkan sedikit waktu untuk orang-orang yang membutuhkanmu.

Salam Hangat